Home / Opini / Mas Anies dan Cak Imin Makin Mesra di Antara Rasa “Cinta dan Cemburu” Orang Lain

Mas Anies dan Cak Imin Makin Mesra di Antara Rasa “Cinta dan Cemburu” Orang Lain

Saat ini Anies Baswedan dan Cak Imin nampaknya makin besar peluangnya untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden 2024-2029. 

 

 

SETIAP “perjodohan” selalu melahirkan rasa cinta dan kemesraan pada tiap pasangan. Ketika perjodohan terjadi ada hati yang gembira dan tak sedikit juga hati yang kecewa. Begitu juga dalam setiap perjuangan selalu muncul dan hadir para pendukung yang setia dan mungkin juga ada pendukung cemburu, meski tetap setia. Menurut pemahaman saya, setidaknya Ada dua macam pendukung. Pertama, pendukung emosional. Publik mengenal dengan istilah “Die Hard”. Mereka adalah para pendukung fanatik. Pokoknya suka dia, maka pilih si dia. Tak peduli orang mau ngomong apa. Para pendukung ini cinta mati kepada calon. Sulit untuk dibelokkan, dan kecil kemungkinan untuk berpindah cinta atau melakukan “perselingkuhan.”

Mungkin saja melihat penampilannya menarik, cara bicaranya lembut, apa adanya dan tidak banyak drama, tidak marah ketika dihujat dan dicaci maki, tetap santun setiap menerima kritikan, tak ada kesan sombong pada dirinya dan tidak bersikap kasar, selalu peduli dan membela wong cilik, terutama mereka yang tempat tinggalnya tergusur. Dan yang pasti Calon atau pasangan ini yang dianggap berbeda dari yang lain.

Nah, Banyak faktor yang membuat para pemilih jatuh hati dan semakin cinta, lalu dengan tegas memilih calon itu. Pemilih Indonesia umumnya pemilih semacam ini, yaitu pemilih emosional. Kalau sudah “jatuh cinta”, tak ada orang lain yang mampu menodai cinta dan kasih sayangnya.

Kedua, pemilih rasional. Jumlahnya agak kalah banyak dengan pemilih emosional. Meski sedikit, para pemilih rasional punya pengaruh besar. Sebab, ini kaum yang berotak cerdas yang mengerti bagaimana bicara, menciptakan opini dan memengaruhi orang lain. Jangan anggap sepele pendukung ini meski terkesan sedikit tetapi mempengaruhi banyak orang lain untuk mencintai Anies dan Pasangannya.

Oleh karena itu, kita bisa saksikan para penulis, wartawan dan kaum akademisi yang terus menerus menyuarakan Anies Baswedan for presiden di ruang publik. Mungkin hanya puluhan hingga ratusan jumlah orangnya, akan tetapi kahadirannya luar biasa dalam memengaruhi para pemilih Indonesia yang emosional tersebut. Para pemilih rasional dan emosional bertemu di sini. Tak ada yang mampu memisahkannya.

Pemilih rasional ada dua. Pertama, pemilih yang idealis. Para pemilih idealis ini adalah orang-orang yang mau mikir. Selalu bertanya : calon ini bisa memimpin tidak kalau nanti terpilih? Lalu mereka melihat track recordnya. Melihat apa prestasi si calon itu. Bagaimana hasil kerjanya yang terlihat dan dirasakan rakyat. Dalam konteks ini, Anies Baswedan dan Cak Imin sebagai Capres dan Cawapres secara umum memang punya keunggulan. Ini bagian dari modal tersendiri. Tentu banyak data dan fakta yang mendukung pandangan ini.

Kedua, pemilih rasional yang pragmatis. Mereka hanya akan bergabung dengan calon yang diprediksi peluang menangnya lebih besar. Meski selama ini terkesan “cinta diam-diam” namun golongan ini hatinya selalu untuk Anies.

Siapa saja mereka? Pimpinan partai dan para pemilik moda atau pengusahal. Bagi mereka, integritas dan kapasitas bukan yang utama. Yang terpenting itu adalah kemenangan. Ya, kemenangan untuk dapat memberi manfaat buat mereka. Di samping itu, saya pribadi juga berharap kepada Partai Demokrat meski tak berjodoh dengan Mas Anies, Janganlah “bermusuhan”. Bukankah kebersamaan itu tak harus berakhir serumah dalam cinta? Oleh karena itu, mari perbaiki diri sambil merenung, semoga Partai Demokrat bisa kembali baik dengan Mas Anies untuk membangun cinta dalam negara kita tercinta.

Kalau calon yang mereka usung menang, jatah menteri untuk partainya jelas. Mereka juga akan ikut menikmati kue kekuasaan. Bagi para pemodal, bisnisnya aman, bahkan bisa berkembang karena adanya akses ke kekuasaan. Namanya juga bergabung dengan pemenang. Ya pasti dech kebahagiaan dan keberuntungan juga akan terasa.

Nah, saat ini Anies Baswedan dan Cak Imin nampaknya makin besar peluangnya untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden 2024-2029. Konsolidasi organik para relawan semakin marak dan penuh antusiasme di berbagai kota dan daerah. Kolaborasi pemilih rasional idealis dan pemilih rasional membentuk konsolidasi para relawan. Eforia penyambutan Anies di berbagai even sebagai bentuk nyata keberhasilan konsolidasi itu. Ini boleh diclaim bahwa rakyat menghendaki Anies menjadi Presiden.

Suasana semacam ini pernah terjadi dan mirip dengan SBY di tahun 2004 dan Jokowi di tahun 2014. Suasana macam ini tidak bisa direkayasa, apalagi dibendung. Ini “natural” atau alami datang dari rakyat yang bersemangat untuk menjadikan Anies Presiden. Situasi ini linier dengan hasil survei dimana elektabilitas Anies terus naik. Meski ada juga lembaga “survey bayaran dan pesanan” yang menempatkan Anies pada posisi yang tak indah. Namun banyak survey berkualitas yang selalu obyektif, Anies unggul. Ya, Trend politik nampaknya sedang berpihak ke Anies Baswedan, cucu AR Baswedan, salah satu pahlawan Indonesia itu.

Kondisi ini akan terus dibaca oleh parpol dan para pemodal. Lebih-lebih lagi, ketika PKB sudah bersamanya. Jika Nasdem selalu mengirim pesan dukungan ke Anies, dan perayaan harlah PKS di DPW-DPW terus menghadirkan Anies, juga pernyataan Ketum salah satu Parpol baru-baru ini (meski terkesan malu-malu) tentang Anies presiden, boleh dibilang sebagai bukti adanya kesadaran bahwa Anies memang memiliki peluang besar untuk memimpin Indonesia 2024.

Para pemodal nampak mulai merapat. Salah satu Dukungan Amran Sulaiman, mantan Mentan dan pengusaha kaya asal Sulawesi kepada Anies memperkuat kesimpulan adanya peluang besar itu. Hal yang sama pernah dilakukan Amran Sulaiman kepada Jokowi tahun 2014. Itulah politik penuh romantika, dinamika dan kejutan yang sulit diprediksi oleh siapapun. Maka bagi pemain politik agar terkesan hebat, buanglah perasaannya ke langit. Sehingga tidak cepat marah, cemburu, sinis dan selalu menyalahkan orang lain ketika tujuannya tak terwujud.

Memang Tidak semua parpol dan pengusaha berani untuk menunjukkan dukungan terang-terangan ke Anies Baswedan. Dukungan “silent” dari parpol, pengusaha dan tokoh-tokoh, tentu punya alasan tersendiri untuk tidak diekspos ke media. Mereka selalu ingin nyaman dan tak mau dianggap “pengkhianatan” oleh penguasa saat ini.

Kesimpulannya adalah semakin Capres dan Cawapres itu kuat, maka akan semakin banyak yang merapat. Inilah yang kita sebut “sunnatullah” dalam dunia politik. Dan Anies nampaknya sedang mendapat anugerah ini… Hal ini sekaligus akan dapat menambah energi kepada mereka dalam mempertahankan “perjodohan” sampai menuju ke pelamin Presiden RI nanti dalam mewujudkan “Keluarga Indonesia” Baldatun Tayyibatun Wa Rabbul Ghafur. Semoga perjuangan mulia membawa berkah untuk bangsa yang besar ini. In Sya Allah, Aamiin Yaa Rabbal Alamin.

——-

Bumi Serambi Mekkah, 06 September 2023.

T.M. Jamil, Associate Profesor, Social Scienties, Pengamat Politik, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *