Kulon Progo (21/05/2025) REDAKSI17.COM – Angka kemiskinan di DIY masih mencapai 10,40 persen pada 2024, dengan perempuan menjadi kelompok yang paling terdampak. Oleh sebab itu, pemerintah mendorong pemberdayaan perempuan melalui berbagai program, termasuk penguatan ekonomi produktif lewat pengembangan tanaman lokal seperti pegagan. Melalui Desa Prima serta Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK), perempuan diajak untuk aktif meningkatkan produktivitas ekonomi dengan memanfaatkan sumber daya lokal dan membangun kemandirian.
Hal ini disampaikan oleh Wakil Ketua I TP PKK DIY, GKBRAA Paku Alam, saat membuka acara Panen Raya Pegagan pada Rabu (21/05) di Embung Canggal, Sidoharjo, Samigaluh, Kulon Progo. Acara panen raya ini menjadi simbol nyata dari kolaborasi antara pemerintah daerah, kelompok perempuan di Desa Prima, TP PKK DIY, akademisi UGM, dan pelaku usaha seperti PT Naturindo Fresh.
Gusti Putri menyampaikan, kolaborasi ini bukan hanya soal produksi, tetapi juga soal bagaimana hasil panen bisa terjual dan memberi dampak ekonomi nyata bagi masyarakat. Kerjasama dengan akademisi dan pelaku bisnis memastikan kualitas produksi yang mengikuti standar pertanian organik dan praktik pertanian yang baik, sehingga produk pegagan ini siap bersaing di pasar nasional dan bahkan internasional.
Gusti Putri juga mengajak semua pihak untuk terus bersinergi, saling mendukung, dan menyebarkan keberhasilan ini sebagai contoh keberhasilan program dana keistimewaan yang menyentuh hingga ke desa-desa. “Semoga hasil dari kolaborasi ini bisa memberi manfaat luas dan berkelanjutan bagi masa depan perempuan dan masyarakat Kulon Progo,” tutupnya.
Turut hadir, Bupati Kulon Progo, Agung Setyawan memberikan apresiasi tinggi atas inisiatif bersama ini. Ia menyatakan komitmen pemerintah kabupaten untuk mendukung pengembangan potensi lokal melalui kebijakan yang berpihak pada pelaku usaha dan pemberdayaan masyarakat. “Biofarmaka adalah salah satu lini unggulan kami. Kami ingin mendorong kemajuan ekonomi berbasis kearifan lokal dengan dukungan penuh dari seluruh pihak,” tegas Agung.
Pada kesempatan yang sama Paniradya Pati Paniradya Kaistimewan, Aris Eko Nugroho mengatakan, bahwa daerah Samigaluh adalah contoh nyata sistem integrated farming yang ramah lingkungan. “Ini baru pegagan, bayangkan kalau nanti ada tanaman atau komoditas lain yang kita kembangkan secara terpadu. Potensi Kulon Progo luar biasa, dan kita bisa pecahkan banyak masalah secara bersama-sama lewat inovasi yang saling menguatkan,” tutupnya.
Sementara itu, CEO PT. Naturindo Fresh, Teguh Adhi Nugraha, menggarisbawahi pentingnya mengolah hasil pegagan menjadi simplisia kering yang siap diproses lebih lanjut. Naturindo berkomitmen untuk menjalin kemitraan dengan kelompok tani lokal agar rantai pasok lebih efisien dan berkelanjutan. “Kami berharap pengembangan budidaya pegagan di Kulon Progo ini bisa jadi penggerak ekonomi baru sekaligus menjaga kearifan lokal,” tutur Teguh.
Dosen Farmasi UGM, Djoko Susanto, menegaskan bahwa pegagan selama ini sering dianggap sebagai tanaman liar yang tidak terpakai, kini memiliki nilai luar biasa sebagai superfood yang kaya manfaat untuk kesehatan kulit, otak, dan peredaran darah. Potensi pegagan sangat tepat dikembangkan di Kalurahan Sidoharjo karena iklim dan kelembapan yang ideal, serta dukungan penuh dari berbagai pihak.
Acara ditutup dengan penandatanganan MoU antara berbagai pihak termasuk Pemkab Kulon Progo, Kelurahan Sidoharjo, DP3AP2 DIY, dan PT Naturindo Fresh. Seluruh pihak menegaskan komitmen mereka untuk menjaga keberlanjutan pengembangan pegagan.
HUMAS PEMDA DIY