Umbulharjo,REDAKSI17.COM – Suasana toleransi dan semangat kebersamaan akan kembali mewarnai Kota Yogyakarta melalui pelaksanaan Kirab Gunungan Undhuh-undhuh 2025, yang akan digelar pada Minggu, 8 Juni 2025. Kirab ini akan start dari Kantor Kelurahan Klitren pukul 09.00 WIB, melintasi Jalan Solo dan Jalan dr. Wahidin dan berakhir di kawasan Embung Langensari.
Pawai yang akan digelar pada akhir pekan ini mengusung tema besar Wujud Syukur Rangkulan Iman dan Toleransi di Kota Yogyakarta melibatkan lintas agama serta berbagai elemen masyarakat.
Lurah Klitren Asruri menyampaikan bahwa Undhuh-undhuh adalah bentuk rasa syukur masyarakat kepada Tuhan atas berbagai hasil panen, yang dimaknai secara luas.
“Pawai Undhuh-undhuh ini adalah wujud rasa syukur warga kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Panen yang dimaksud tidak hanya hasil bumi, tapi juga hasil dari berbagai ikhtiar, seperti keberhasilan dalam pendidikan, kesembuhan dari penyakit, hingga keberhasilan usaha atau dagangan yang laris,” ungkap Asruri saat jumpa pers di Kantor Dinkominfosan Kota Yogya, Rabu (4/6).
Lebih lanjut, Asruri menegaskan bahwa makna “panen” dalam tradisi Undhuh-undhuh dimaknai secara luas, mencakup segala bentuk pencapaian dan perjuangan warga. Oleh karena itu, pawai ini bukan sekadar pertunjukan budaya, tetapi juga refleksi rasa syukur kolektif atas berbagai nikmat yang dirasakan masyarakat.
Tahun ini merupakan penyelenggaraan Unduh-Unduh yang ke-7 di Kelurahan Klitren. Yang membedakan dari tahun-tahun sebelumnya, menurut Asruri, adalah dukungan yang lebih luas dari berbagai pihak. Selain partisipasi warga dan komponen masyarakat kelurahan, kegiatan ini juga didukung oleh Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Yogyakarta.
“Ini menunjukkan semangat kebersamaan dalam keberagaman, serta komitmen bersama untuk menjaga dan mengembangkan nilai-nilai kultural yang hidup di tengah masyarakat,” imbuhnya.
Jumpa Pers di Kantor Dinkominfosan Kota Yogya, Rabu (4/6)
Sementara itu, Ketua Panitia, Joko Pamungkas menjelaskan tradisi ini awalnya berasal dari tradisi gereja, namun sejak 2019 diadopsi oleh masyarakat dan dijadikan agenda budaya lintas agama. Ia menambahkan kemeriahan pawai tahun ini ditandai dengan keikutsertaan berbagai elemen, mulai dari gereja-gereja, sekolah-sekolah, perguruan tinggi, hingga paguyuban pedagang kaki lima.
“Akan ada enam andong di barisan depan. Di dalamnya ada Wali Kota Yogyakarta, Ketua DPRD Kota, tokoh-tokoh agama dari enam agama,” ujar Joko.
Rangkaian kirab akan dimulai pada pukul 09.00 WIB dari Kantor Kelurahan Klitren, menyusuri Jalan Solo dan Jalan dr. Wahidin, serta berakhir di Embung Langensari. Di depan Gereja Kristen Jawa (GKJ) Gondokusuman, kirab akan berhenti untuk menyuguhkan sendratari religius yang menggambarkan harmoni antar agama. Prosesi ini dilanjutkan dengan sambutan dari Wali Kota Yogyakarta dan prosesi pemberkatan seluruh gunungan oleh enam tokoh agama, sebagai simbol doa dan harapan bersama.
Setidaknya lebih dari 20 gunungan akan diarak oleh berbagai komunitas. Setelah diberkati, gunungan-gunungan tersebut akan diarahkan menuju Embung Langensari, di mana masyarakat umum dapat berebut isi gunungan atau rayahan sebagai simbol keberkahan yang dibagi bersama.
“Rombongan kirab juga dimeriahkan oleh drumband siswa SD dan ditutup secara atraktif oleh penampilan barongsai yang dinanti-nantikan masyarakat,” ungkap Joko.
Ia juga menjelaskan bahwa Undhuh-undhuh tahun ini menjadi istimewa karena untuk pertama kalinya semua agama secara bersama-sama terlibat dalam proses pemberkatan gunungan, setelah sebelumnya hanya melibatkan tiga komunitas agama.
“Ini adalah simbol kuat dari Yogyakarta sebagai kota budaya dan kota toleransi. Harapan kami, pawai ini bisa menjadi wadah memperkuat kebersamaan, semangat gotong royong, dan persatuan dalam keberagaman,” pungkasnya.