NGAMPILAN,REDAKSI17.COM – Pemerintah Kota Yogyakarta mengapresiasi atas kepedulian masyarakat Kampung Ngadiwinatan yang bergotong royong menggalang dana untuk memperbaiki rumah tidak layak huni(RTLH) di RT 56 RW 11 Ngadiwinatan, Ngampilan. Gotong royong memperbaiki RTLH itu sejalan dengan program bedah rumah yang digiatkan Pemkot Yogyakarta. Perbaikan RTLH di Ngadiwinatan itu adalah wujud nyata gotong royong masyarakat.
Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo mengapresiasi luar biasa gotong royong masyarakat Ngadiwinatan yang bisa mengumpulkan dana Rp 25 juta untuk bedah rumah RTLH yang ditempati Maryadi. Hasto mengatakan secara pribadi dirinya dan Ketua DPRD Kota Yogyakarta FX Wisnu Sabdono Putro juga akan membantu masing-masing semen 20 sak.
“Ini luar biasa. Kalau saya gotong royong bedah rumah di Kota Yogya, saya belum pernah ada dari (sumbangan dana) warga sendiri sampai dua puluh lima juta. Baru kali ini. Kami atas nama pemerintah betul-betul mengapresiasi,” kata Hasto saat mengawali bedah rumah di Ngadiwinatan, Sabtu (14/6/2025).

Usai serah terima bantuan, Hasto dan Wisnu menurunkan sejumlah genteng sebagai tanda mengawali bedah RTLH yang ditempati Maryadi. Hasto juga masuk ke dalam rumah yang kondisi bagian atap bocor meski ditutup terpal. Konstruksi atap rapuh, lantai plester rusak, dinding tanpa plester, lembab dan bagian dinding di dalam berupa anyaman bambu reot. Kondisi rumah itu tidak layak huni.
Hasto menuturkan salah satu anak Maryadi berusia 27 tahun meninggal dunia karena kena Leptospirosis, belum lama ini. Menurutnya kondisi rumah tidak layak huni karena kotor, atap bocor dan air masuk menjadi salah satu penyebab terkena penyakit Leptospirosis. Penyakit itu bisa tertular dari kencing tikus yang membawa bakteri Leptospira.
“(Bisa) Kena Lepto(spirosis) karena rumah basah, kumuh. Allhamdulilah dapat dukungan dan masyarakat gotong royongnya luar biasa. Sudah terkumpul uang dua puluh lima juta. Tidak pakai uang negara. Tetapi pakai uang gotong royong, murni,” terangnya.

Hasto menyatakan gotong royong masyarakat untuk peduli memperbaiki RTLH perlu disemangati kembali. Pihaknya meminta Mantri Pamong Praja dan Lurah Ngampilan ikut mengawasi gotong royong bedah rumah di Ngadiwinatan. Gotong royong masyarakat untuk bedah rumah menjadi solusi bagi RTLH yang belum ada sertifikat tanah maupun hanya menumpang di tanah dan bangunan milik orang lain. Jika penanganan RTLH itu diprogramkan dengan uang negara, sulit terealisasi.
“Tapi dengan cara gotong royong seperti ini rumah yang tanahnya tidak jelas, kita bisa selesai dengan baik. Makanya ini kita syukuri kekuatan gotong royong, kekuatan Segoro Amarto Semangat Gotong Royong Agawe Majuning Kota Yogyakarta. Ini betul-betul gotong royong,” tegas Hasto.
Sementara itu Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) Ngampilan Edy Haryono menyebut dana bedah rumah Rp 25 juta dikumpulkan dari sejumlah warga di Ngadiwinatan dan Corporate Social Responsibility (CSR) lokal. Edy mengaku rumah yang ditempati Maryadi sudah beberapa kali diusulkan perbaikan dengan dana pemerintah tapi belum terealisasi. Dia menduga Maryadi sebagai pengindung atau menempati rumah milik Jadi Mulyono sehingga tidak punya sertifikat tanah, menghambat dana bantuan pemerintah.
“Makanya kami berupaya untuk gotong royong dari CSR lokal dan warga. Kita dengan alasan kondisi rumah memprihatinkan seperti itu untuk mengetuk hati mereka. Apalagi Maryadi juga transporter sampah dan anaknya sakit belum lama ini meninggal,” jelas Edy sebagai Ketua Panitia Perbaikan RTLH Ngadiwinatan.
Sedangkan Maryadi mengucapkan terima kasih kepada masyarakat dan para pihak di Ngadiwinatan yang bergotong royong memperbaiki rumah yang ia tempati bersama istri dan anak terakhirnya. Termasuk kepada Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo dan Ketua DPRD Kota Yogyakarta FX Wisnu Sabdono Putro yang juga membantu.
“Saya senang sekali dan juga terharu. Semoga ke depannya saya dan keluarga kehidupannya nyaman dan layak. Anak saya yang ragil bisa belajar dengan tenang. Selama ini kalau hujan bocor meski udah dikasih terpal,” pungkas Maryadi.