Home / Daerah / Pemkab Kulon Progo Lestarikan Tradisi Budaya Melalui Siraman Agung Pusaka

Pemkab Kulon Progo Lestarikan Tradisi Budaya Melalui Siraman Agung Pusaka

 

Kulon Progo,REDAKSI17.COM – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kulon Progo kembali menyelenggarakan kegiatan budaya Siraman Agung Pusaka di Halaman Rumah Dinas Bupati Kulon Progo, Selasa (23/7). Kegiatan ini sebagai bagian dari upaya pelestarian tradisi luhur dan penguatan jati diri daerah yang dilaksanakan bertepatan dengan bulan Sura dalam penanggalan Jawa (Muharram dalam kalender Hijriah), yang selama ini dikenal sebagai bulan spiritual dan sakral bagi masyarakat Jawa.

Kegiatan ini berpusat pada prosesi siraman terhadap dua pusaka utama milik Kabupaten Kulon Progo, yakni Kanjeng Kyai Amiluhur, pusaka pemberian dari Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, dan Kanjeng Kyai Bantarangin, pusaka pemberian dari Kadipaten Pakualaman. Kedua pusaka tersebut merupakan simbol penting yang menggambarkan legitimasi dan pengayoman dari dua pusat kebudayaan utama di Daerah Istimewa Yogyakarta kepada Kabupaten Kulon Progo.

Dalam sambutannya, Bupati Kulon Progo yang diwakili oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Kulon Progo, Triyono, S.IP. M.Si. menekankan bahwa prosesi siraman pusaka bukan semata seremoni atau tradisi simbolik semata. Pemerintah Kabupaten Kulon Progo mengajak Pemkab dan seluruh jajaran untuk memaknai momentum ini secara lebih dalam, sebagai ajakan untuk membersihkan diri dari sifat-sifat negatif seperti kesombongan, egoisme, dan sikap tidak melayani.

“Momen ini bukan sekadar ritual budaya. Ini adalah simbol untuk membersihkan hati dan niat, agar kita bisa melayani masyarakat dengan tulus, jujur, dan sebaik-baiknya,” ujar Triyono.

Menurutnya, semangat nguri-uri kabudayan (melestarikan budaya) harus berjalan beriringan dengan semangat membangun jiwa pelayanan. Momentum siraman agung diharapkan menjadi refleksi bagi seluruh aparatur Pemkab untuk terus meningkatkan kualitas layanan kepada masyarakat.

“Bukan sekadar mengenakan pakaian adat atau mengikuti ritual, tetapi bagaimana nilai-nilai yang terkandung di dalamnya bisa kita internalisasi dalam sikap sehari-hari sebagai pelayan masyarakat dengan hati yang bersih, dengan hati yang jujur,” lanjutnya.

Pemkab berharap momen budaya seperti ini menjadi bagian dari intropeksi diri bagi Pemkab dan seluruh jajaran kalau ada pelaksanaan kegiatan-kegiatan pelayanan pada masyarakat yang belum optimal.

“Diharapkan momentum ini juga menjadi intropeksi untuk merubah pelayanan yang lebih baik lagi kepada Masyarakat,” ungkap Triyono.

Sebagai penutup, Pemkab Kulon Progo menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada seluruh panitia, tokoh budaya, abdi dalem, panewu, serta masyarakat yang telah mendukung kelancaran kegiatan ini.

“Melalui prosesi Siraman Agung ini, kita tidak hanya merawat pusaka, tetapi juga merawat semangat kebudayaan, spiritualitas, dan jati diri sebagai masyarakat Kulon Progo. Semoga tradisi ini senantiasa lestari dan dapat diwariskan kepada generasi mendatang dengan penuh makna,” pungkas Triyono.

Selanjutnya, Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kabupaten Kulon Progo, Drs. Eka Pranyata menyampaikan bahwa wilayah Kabupaten Kulon Progo mencakup tanah Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Puro Pakualaman, yang memiliki kekayaan budaya yang khas. Kedua lembaga budaya tersebut menyerahkan pusaka berupa tombak sebagai simbol perlindungan dan pengayoman kepada Pemerintah Kabupaten dan Kapanewon.

“Tombak dari Keraton diberi nama Amiluhur, sedangkan dari Puro Pakualaman bernama Bantarangin. Ini bukan sekadar benda pusaka, tapi simbol spiritual dan sejarah dari penyatuan dua unsur kebudayaan besar yang membentuk identitas Kulon Progo,” ujar Eka.

Pada tahun ini, prosesi siraman diikuti oleh perwakilan dari 12 Kapanewon, masing-masing membawa pusaka seperti tombak, song-song, dan perangkat tradisional lainnya yang dahulu diberikan secara serentak. Kegiatan ini menjadi bagian dari rangkaian acara yang dirancang terpadu dengan pertunjukan seni budaya.

Prosesi ini tetap dipertahankan karena dinilai penting dalam upaya pelestarian budaya lokal. Ke depan, Pemkab Kulon Progo berencana menyandingkan prosesi Siraman Agung dengan kegiatan pameran Tosan Aji (senjata tradisional seperti keris), sebagai bentuk literasi budaya kepada masyarakat.

“Kalau memungkinkan, kami akan hadirkan kembali pameran Tosan Aji seperti tahun kemarin. Masyarakat bisa belajar membedakan bentuk keris, asal-usulnya, hingga makna filosofinya. Edukasi ini penting untuk melestarikan kebudayaan sekaligus memperkuat identitas daerah,” pungkasnya.

Dengan digelarnya Siraman Agung secara konsisten, Pemkab Kulon Progo berharap seluruh lapisan masyarakat, khususnya para ASN dan pelayan publik, terus menjaga nilai-nilai budaya dan menghayatinya sebagai fondasi dalam memberikan pelayanan yang bersih, jujur, dan tulus kepada masyarakat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *