Home / Nasional / AS Pakai Standar Ganda soal Hamas Vs Israel, Ratu Arab Murka

AS Pakai Standar Ganda soal Hamas Vs Israel, Ratu Arab Murka

AS Pakai Standar Ganda mengenai Hamas Vs Israel, Ratu Arab Murka

Jakarta,REDAKSI17.COM – Konflik bersenjata antara Israel dengan kelompok pejuang Palestina, Hamas, nyatanya turut menyeret Amerika Serikat (AS). Sebagian besar pihak menilai Washington berat sebelah dalam menanggapi konflik itu.

Dalam 20 bulan terakhir, AS terus mengkampanyekan kekejaman yang mana digunakan dikerjakan Rusia di dalam tempat Ukraina. Washington mengecam aksi Rusia itu sebagai sesuatu yang dimaksud ilegal serta kejam, dengan membeberkan Moskow melakukan pembunuhan terhadap warga sipil.

Namun hal yang mana digunakan berbeda dijalani Negeri Paman Sam dalam Gaza. Meski sudah dijalani jatuh ribuan korban jiwa pasca serangan udara Israel, pemerintah AS yang tersebut yang disebut dipimpin Presiden Joe Biden belum mengeluarkan kecaman apapun terhadap Tel Aviv.

 

Yang terjadi justru sebaliknya. Ia membela Israel yang mana menurutnya tengah melakukan aksi pembelaan diri juga mengklaim bahwa dirinya merupakan seseorang Zionis, atau kelompok yang dimaksud mana mempercayai paham bahwa negara Israel harus berdiri dalam wilayah Bukit Sion, yang mana mana merupakan milik Palestina.

Hal ini pun mulai mengundang reaksi. Salah satunya adalah Ratu Yordania, Ratu Rania. Dalam sebuah wawancara dengan CNN International, ia mempertanyakan bagaimana AS serta sebagian Negara Barat menyikapi serangan Israel ke Palestina.

“Dalam beberapa minggu terakhir kita telah terjadi terjadi melihat standar ganda yang tersebut mencolok dalam dunia ketika tanggal 7 Oktober terjadi, dunia segera lalu dengan tegas membantu Israel, kemudian mencoba membela diri lalu mengutuk serangan yang mana terjadi, apa yang tersebut kita lihat,” ujarnya, dikutip Rabu (25/10/2023).

“Tahukah Anda, negara-negara mulai belaka menyatakan keprihatinan atau mengakui adanya korban jiwa, namun selalu dengan kata pengantar pernyataan dukungan terhadap Israel.Apakah kita diberitahu bahwa membunuh satu keluarga dan juga juga seluruh keluarga dengan todongan senjata adalah tindakan yang digunakan salah, namun tidaklah hambatan jika merudal mereka itu sampai mati?”

Eskalasi dalam dalam wilayah Gaza terus meningkat setelah Israel membombardir wilayah itu dengan sporadis. Ini dilaksanakan Tel Aviv untuk menghancurkan kelompok Hamas, yang tersebut dimaksud menyerang Negeri Yahudi itu pada 7 Oktober lalu lalu menewaskan 1.400 warga.

Meski mengaku menargetkan Hamas, serangan Israel nyatanya telah dilakukan dijalankan membawa kerusakan besar bagi warga sipil. Sejauh ini, total total korban tewas di dalam area Gaza telah lama diimplementasikan mencapai sedikitnya 5.700 orang.

Pada Senin, setidaknya 400 orang dilaporkan tewas pada seluruh Gaza, setelah serangan udara Israel tanpa henti dalam 24 jam terakhir. Tercatat pengeboman terjadi dalam tempat 25 titik pada enklave Palestina itu.

 

Selain serangan besar-besaran, Israel juga sudah memutus akses materi logistik, air, kemudian juga utilitas ke wilayah Gaza. Kondisi ini pun telah dilakukan dikerjakan mengancam kehidupan warga wilayah itu, dengan infrastruktur kesehatan yang mana digunakan makin kewalahan akibat banyaknya korban juga stok obat-obatan serta listrik yang mana mana terbatas.

Para pemimpin Arab sudah menyuarakan rasa frustrasi dia terhadap keengganan AS untuk mencoba mengekang blokade Israel. Yordania, Mesir kemudian juga Otoritas Palestina menarik diri dari pertemuan puncak yang dimaksud direncanakan di tempat area Yordania dengan Presiden AS Joe Biden pekan lalu.

Sementara itu, kecemasan meningkat bahwa konflik itu dapat meluas ke negara-negara tetangga dalam Timur Tengah. Pasalnya, Israel mendesak warga sipil pada bagian utara Gaza untuk pindah ke selatan menjauhi operasi darat yang dimaksud mana diantisipasi.

“Memaksa warga sipil Gaza untuk pindah merupakan kejahatan perang terdiri dari pemindahan paksa,” kata Dewan Pengungsi Norwegia.

 

Perintah Tel Aviv ini pun juga mendapatkan pertentangan keras dari para pemimpin Yordania serta juga Mesir. Mereka mengatakan bahwa tindakan yang digunakan disebut dapat menjerumuskan wilayah hal itu ke dalam perang.

“Perpindahan warga Palestina ke Yordania serta Mesir akan menjadi garis merah,” lalu mengatakan baik Yordania maupun Mesir bukan ada akan menerima pengungsi dari Gaza,” ujar Raja Yordania Abdullah.

“Setiap saran yang dimaksud yang disebut diajukan kedua negara untuk menampung warga Gaza yang dimaksud digunakan melarikan diri adalah sebuah rencana yang tersebut mana dikerjakan oleh para tersangka untuk mencoba lalu menciptakan kesulitan de facto pada lapangan.”

 


Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *