Sleman,REDAKSI17.COM-Wali Kota Yogya, Hasto Wardoyo paparkan strategi Pemkot Yogya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam kuliah Perdana Tahun Akademik 2025/2026 yang diselenggarakan oleh Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (KMK), Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada.

Kegiatan tersebut berlangsung di Auditorium FK-KMK UGM, Kamis (21/8/2025), dan diikuti oleh mahasiswa baru dari tiga program studi magister yakni Magister Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, Magister Kesehatan Masyarakat, serta Magister Ilmu Kedokteran Tropis.

Pada kesempatan tersebut menekankan bahwa upaya pembangunan kesehatan di daerah harus dilakukan secara menyeluruh, berkesinambungan, dan berorientasi pada kebutuhan warga.

Penguatan layanan kesehatan primer menjadi salah satu prioritas utama. Menurutnya, Pemkot Yogya terus meningkatkan fasilitas kesehatan, memperluas pelatihan tenaga medis, serta memperkuat program kunjungan rumah bagi warga yang membutuhkan.

Selain itu, lanjutnya, integrasi layanan antar-fasilitas juga dilakukan agar masyarakat lebih mudah mendapatkan akses layanan kesehatan.

“Kota Yogya memiliki fasilitas kesehatan yang relatif lengkap dengan 18 puskesmas, 3 rumah sakit pemerintah, 15 rumah sakit swasta, 124 klinik, serta 171 tempat praktik mandiri dokter. Semua ini kami dorong agar benar-benar optimal melayani masyarakat,” ujarnya.

Selain itu, promosi kesehatan dan pencegahan penyakit juga menjadi fokusnya. Pemkot Yogya aktif melaksanakan kampanye edukasi kesehatan, skrining penyakit secara berkala, hingga sosialisasi gaya hidup sehat melalui berbagai komunitas dan sekolah.

“Selain itu peningkatan sanitasi dan kebersihan lingkungan juga terus dioptimalkan. Kami menargetkan capaian 100 persen akses air bersih dan sanitasi layak pada tahun 2030. Untuk mendukung hal itu, program pengelolaan sampah berbasis 3R (Reduce, Reuse, Recycle) terus digalakkan di berbagai wilayah,” ungkapnya.

Wali Kota Yogya Hasto Wardoyo saat menjadi narasumber pada kuliah Perdana Tahun Akademik 2025/2026 yang diselenggarakan oleh Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (KMK), Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada. 

Sementara terkait isu stunting, Hasto menegaskan bahwa meski prevalensi di Kota Yogya relatif rendah, pihaknya tetap serius melakukan intervensi. Sejumlah langkah dilakukan, antara lain pemberian makanan tambahan bagi balita dengan kondisi gizi kurang, pendampingan intensif ibu hamil berisiko, edukasi pola asuh serta pola tidur balita, hingga pemantauan konsumsi tablet tambah darah bagi remaja putri di sekolah.

“Upaya penurunan stunting tidak bisa hanya mengandalkan satu instansi atau satu program. Harus ada keterlibatan lintas sektor dan dukungan komunitas agar hasilnya lebih optimal,” terangnya.

Melalui strategi tersebut, Hasto berharap kualitas kesehatan masyarakat di Kota Yogya semakin meningkat.

Sementara itu Dekan FK-KMK UGM, Prof. dr. Yodi Mahendradhata, M.Sc., Ph.D., dalam sambutannya menjelaskan bahwa kuliah perdana ini tidak hanya dimaksudkan sebagai pengantar awal perkuliahan, melainkan juga sebagai wahana untuk menumbuhkan pemahaman kritis mahasiswa terhadap peran ilmu pengetahuan dalam membentuk kebijakan dan praktik kesehatan di tingkat lokal maupun nasional.

“Kami berharap para mahasiswa baru dapat memahami bahwa ilmu pengetahuan tidak hanya berhenti pada tataran akademik. Namun, harus menjembatani kebutuhan nyata masyarakat, terutama dalam menghadapi berbagai tantangan kesehatan saat ini,” ujarnya.

Salah satu mahasiswa adalah Tofiq, ia mengaku kagum dengan paparan Wali Kota Yogya. Ia menilai materi yang disampaikan Hasto tidak hanya menyentuh aspek kebijakan, tetapi juga menunjukkan keterhubungan langsung dengan kondisi nyata masyarakat.

“Saya terkesan karena Pak Wali Kota bisa menjelaskan strategi kesehatan dengan sangat detail, tetapi tetap mudah dipahami. Beliau memberi gambaran nyata bagaimana kebijakan kesehatan bisa diimplementasikan di lapangan, mulai dari puskesmas, rumah sakit, sampai program pemberdayaan masyarakat. Itu membuat kami sebagai mahasiswa semakin semangat belajar agar kelak bisa berkontribusi,” ujarnya.

Tofiq mengungkapkan paparan yang paling menginspirasi adalah penekanan Wali Kota pada kolaborasi lintas sektor dalam penanganan stunting dan upaya menjaga lingkungan sehat.

Menurutnya, hal itu menjadi bukti bahwa pendekatan kesehatan masyarakat tidak bisa berjalan sendiri, melainkan harus terintegrasi dengan pembangunan daerah secara keseluruhan.