Foto: Graeme Sloan/Getty Images
Jakarta,REDAKSI17.COM – The Federal Reserve akhirnya memangkas suku bunga acuannya pada hari Rabu, untuk pertama kalinya sejak Desember lalu. Langkah ini diambil karena kekhawatiran meningkatnya angka pengangguran di Amerika Serikat, terutama di kalangan kelompok kulit hitam, pekerja muda, serta jam kerja mingguan yang terus menyusut.
Semua ini menunjukkan tanda-tanda pasar tenaga kerja yang mulai melemah. The Fed menurunkan suku bunga sebesar seperempat poin ke kisaran 4,00%-4,25% dan mengisyaratkan akan ada pemangkasan lebih lanjut pada pertemuan Oktober dan Desember mendatang.
Keputusan ini sejalan dengan tekanan dari Presiden Donald Trump yang sejak lama mendesak pemangkasan suku bunga secara agresif, meski angka yang diberikan The Fed masih jauh dari tuntutan Trump. Gubernur baru The Fed, Christopher Waller, yang baru saja dilantik dan sebelumnya menjabat sebagai penasihat ekonomi Gedung Putih, menjadi satu-satunya suara yang berbeda pendapat dalam pertemuan itu.
Ia mendesak agar suku bunga langsung diturunkan setengah poin, dan diperkirakan ingin agar tingkat suku bunga turun di bawah 3% sebelum akhir tahun.
Ketua The Fed, Jerome Powell, menyampaikan bahwa pasar tenaga kerja kini menjadi perhatian utama para pembuat kebijakan moneter.
“Tidak ada jalan yang sepenuhnya bebas risiko. Tidak mudah untuk menentukan langkah terbaik,” ujarnya seperti dikutip dari Reuters, Kamis (18/9/2025).
Powell menjelaskan bahwa laju penciptaan lapangan kerja saat ini bahkan sudah lebih lambat dari angka minimal yang dibutuhkan agar tingkat pengangguran tidak naik. Jika perusahaan mulai melakukan pemutusan hubungan kerja secara masif, angka pengangguran bisa melonjak lebih cepat dari yang diperkirakan.
Powell menambahkan bahwa kelompok minoritas dan anak muda kini paling rentan terhadap perlambatan ekonomi. Selain itu, The Fed juga mencatat bahwa kenaikan tarif impor yang diterapkan oleh pemerintahan Trump tidak menghasilkan lonjakan inflasi yang berkelanjutan seperti yang dikhawatirkan sebelumnya.
“Kita melihat pengangguran di kelompok minoritas meningkat. Anak-anak muda juga lebih rentan terhadap siklus ekonomi. Ditambah dengan rendahnya pertumbuhan pekerjaan secara keseluruhan, ini menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja sedang melemah di titik kritis. Kita tidak butuh pelemahan lebih jauh,” jelas Powell.
Meskipun inflasi sempat naik, The Fed memperkirakan tekanan harga akan mulai menurun, bahkan saat kebijakan moneter mulai dilonggarkan. Pada saat yang sama, tanda-tanda pelemahan pasar tenaga kerja mulai terlihat, dengan pertumbuhan jumlah pekerja yang nyaris berhenti.
Pertemuan Dilakukan di Tengah Drama Politik
Keputusan pemangkasan suku bunga ini tidak lepas dari aroma drama politik. Trump diketahui berupaya memecat Gubernur The Fed Lael Brainard, meski gagal, dan buru-buru menunjuk Waller sebagai gubernur baru.
Penunjukan Waller dilakukan sehari sebelum rapat dimulai, dan masa jabatannya kemungkinan hanya berlaku sampai Januari. Meski begitu, dua gubernur lain yang juga merupakan pilihan Trump, Michelle Bowman dan Richard Clarida, kali ini ikut mendukung konsensus, meskipun mereka sempat berbeda pendapat dalam rapat sebelumnya.
Secara keseluruhan, intervensi Trump terhadap The Fed sejauh ini belum terlalu mengganggu independensi lembaga tersebut. Namun jelas bahwa tekanan politik, kekhawatiran terhadap pasar tenaga kerja, dan prospek ekonomi yang melemah telah mendorong bank sentral AS untuk mulai mengendurkan kebijakan moneternya lebih cepat dari perkiraan.