MANTRIJERON,REDAKSI17.COM – Pemerintah Kota Yogyakarta terus memperkuat program Masyarakat Jogja Olah Sampah (Mas Jos) dengan menekankan pentingnya sistem pengelolaan sampah yang lebih optimal. Hal ini disampaikan oleh Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, saat mensosialisasikan program Mas JOS kepada masyarakat dan jajaran pemerintahan khususnya di Kemantren Mantrijeron, Kamis (18/9).
“Program Mas JOS tidak cukup hanya dengan kampanye atau edukasi. Harus ada sistem yang dibangun agar pengelolaan sampah benar-benar berjalan setiap hari,” tegas Hasto.
Ia menambahkan, Pemerintah Kota Yogyakarta memberikan waktu hingga bulan Desember 2025 untuk memastikan sistem tersebut berjalan dengan baik.
Upaya ini bahkan melibatkan seluruh organisasi perangkat daerah (OPD), sebagai pembina yang bertanggung jawab di tiap kelurahan agar sistem Mas JOS berjalan efektif.
Selain itu, Pemkot juga membentuk Tim Reaksi Cepat (TRC) Mas JOS yang dapat dihubungi masyarakat ketika menghadapi permasalahan sampah tertentu, seperti pohon tumbang, limbah rumah tangga berukuran besar, hingga sampah non-organik. Nomor panggilan TRC rencananya akan resmi diluncurkan pada Senin mendatang.
“Sarana kita sudah cukup, mulai dari biopori, gerobak sampah, hingga daya dukung lain. Tinggal bagaimana manajemennya agar optimal. OPD pembina harus memastikan sistemnya jalan, siapa melakukan apa, dan bagaimana pengawasannya,” jelas Hasto.
Hasto juga menjelaskan, Pemkot Yogyakarta akan membagikan ember yang mampu menampung 25 kg sampah kepada warga untuk memisahkan sampah dapur kering dan basah.
Selain itu, Pemkot Yogya tengah menyiapkan skema penghargaan (reward system) bagi masyarakat yang aktif dan berpartisipasi dalam program Mas JOS. “Kami ingin ada apresiasi untuk masyarakat yang disiplin mengelola sampahnya, agar gerakan ini bisa berkelanjutan,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta, Rajwan Taufiq, menjelaskan, saat ini distribusi sarana pengelolaan sampah organik menggunakan ember masih berjalan.
“Hari ini sudah didistribusikan 2 ember bagi para penggerobak. Besok ditargetkan selesai. Jumat semua kebutuhan sudah terpenuhi,” ujarnya.
DLH juga tengah menguji coba mesin pencacah kering berkapasitas 6 ton untuk mempercepat proses pembuatan kompos.
“Harapannya semakin banyak keluarga yang sadar memilah sampah, sehingga target zero sampah organik benar-benar bisa terwujud. Namun memang masih ada warga yang cuek, sehingga perlu pendekatan komunikasi secara langsung,” jelas Rajwan.
Selanjutnya, Mantri Pamong Praja (MPP) Kemantren Mantrijeron, Narotama juga turut menggerakkan Gerakan Mantrijeron Atasi Sampah (GEMAS) sebagai bentuk pengelolaan sampah. Program ini melibatkan 70 penggerobak dan menyasar 12 kampung dengan cakupan 231 RT dan 55 RW.
Sebelum adanya program Mas JOS, volume sampah di wilayah Mantrijeron mencapai 70 ton per hari. Namun, setelah program berjalan, angka turun menjadi 68 ton, atau berkurang sekitar 2 ton.
“Upaya yang kami lakukan dalam pengurangan sampah melalui edukasi pemilahan organik dan anorganik, serta penerapan berbagai teknologi ramah lingkungan, antara lain Biopori jumbo 22 unit dan biopori reguler 648 unit serta terdapat Komposter tanam sebanyak 462 unit. Di wilayah Kemantren Mantrijeron juga terdapat 59 bank sampah aktif,” ungkapnya.