Umbulharjo,REDAKSI17.COM – Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menegaskan kesiapsiagaan dalam menghadapi potensi bencana hidrometeorologi pada musim hujan tahun ini. Hal ini disampaikan Kepala Pelaksana BPBD Kota Yogyakarta, Nur Hidayat, dalam jumpa pers kesiapsiagaan musim hujan, di Kantor Dinkominfosan Kota Yogya, Kamis (18/9).
“Dalam rangka kesiapsiagaan menghadapi musim hujan sebagaimana informasi dari BMKG, peralihan musim kemarau ke musim hujan sudah diingatkan sejak awal. Bahkan sejak Agustus lalu sudah mulai turun hujan dengan intensitas cukup lebat, dan dampaknya sudah terjadi beberapa peristiwa, seperti rumah roboh, pohon tumbang, dan genangan air di sejumlah lokasi,” jelas Nur Hidayat.
Pihaknya juga mengingatkan bahwa pada September, Oktober, dan November 2015 perlu diantisipasi potensi cuaca ekstrem berupa hujan sedang hingga lebat yang disertai angin kencang.
Nur Hidayat mencatat sebanyak 169 kampung tangguh bencana (KTB) telah dibina dengan pelatihan keterampilan penanggulangan, mitigasi ancaman, hingga simulasi jalur evakuasi. Dari sisi peralatan, Kota Yogyakarta kini memiliki 26 unit Early Warning System (EWS) yang tersebar di tiga sungai besar yakni Sungai Code, Winongo, dan Gajahwong.
“Tahun ini, Kota Yogyakarta menambah sembilan unit EWS otomatis dari sebelumnya 17 unit manual. Memang sempat ada satu EWS yang rusak di Keparakan, tetapi sudah diperbaiki. Pada Oktober nanti juga akan dilakukan simulasi penggunaan EWS untuk memantau ketinggian air sungai,” ujarnya.
Selain itu, peralatan lain seperti sensor, perangkat evakuasi, hingga sarana pendukung di kampung tangguh juga terus dipantau kelayakannya.
Jumpa pers di Kantor Dinkominfosan Kota Yogya
Nur Hidayat juga membeberkan sejumlah upaya antisipasi juga dilakukan lintas perangkat daerah. Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman memperbaiki drainase dan talud di titik rawan longsor, Pembersihan saluran air dan selokan juga terus dilakukan. Sedangkan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) melakukan pemangkasan pohon besar agar tidak menimbulkan risiko tumbang.
Berdasarkan pemetaan yang telah dilakukan BPBD Kota Yogyakarta, Nur Hidayat mengungkapkan daerah rawan bencana hidrometeorologi tersebar di hampir seluruh kemantren dengan tingkat risiko berbeda-beda. Misalnya banjir dan genangan di wilayah bantaran Sungai Code diantaranya Gondokusuman, Jetis, Gedongtengen, Sungai Winongo yakni Tegalrejo, Ngampilan, Mantrijeron serta Sungai Gajahwong di wilayah Umbulharjo, Kotagede, dan sekitarnya.
Kemudian risiko tanah longsor di beberapa titik tebing di Kotagede, Umbulharjo, dan Kraton. Serta risiko pohon tumbang di jalur-jalur protokol dengan banyak pepohonan besar, seperti Jalan Kusumanegara, Jalan Wahid Hasyim, Jalan Kyai Mojo, dan kawasan sekitarnya. Selain itu, kawasan padat pemukiman di 14 kelurahan juga dicatat rawan genangan saat curah hujan tinggi.
“Kalau rumah kelihatan mau robo ya diperbaiki. Pohon yang miring sebaiknya segera ditebang. Kalau ada kerusakan atau potensi bahaya, segera lapor. Yang penting respon cepat, karena pertahanan awal ada pada diri kita sendiri. Kalau kita peka, insyaallah kita selamat,” tegasnya.
Lebih lanjut Kepala Bidang Pencegahan Kesiapsiagaan Dan Data Informasi Komunikasi Kebencanaan BPBD Kota Yogya, Iswari Mahendrarko menyebutkan selain berbagai kesiapan menghadapi musim hujan, BPBD Kota Yogyakarta juga telah menerbitkan Surat Edaran Kepala Pelaksana BPBD Kota Yogyakarta Nomor 100.3.4.4/1155 tentang Kesiapsiagaan Menghadapi Potensi Cuaca Ekstrem pada periode peralihan musim kemarau ke musim hujan sekitar bulan September–Oktober 2025.
“Surat edaran ini ditujukan kepada masyarakat, termasuk Kampung Tangguh Bencana dan wilayah-wilayah lain, dalam rangka meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat,” pungkasnya.