Umbulharjo,REDAKSI17.COM – Pemerintah Kota Yogyakarta membagikan 5.000 ember untuk menampung sampah organik sisa dapur rumah tangga bagi para penggerobak di 45 kelurahan.
Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo menerangkan ajakan Masyarakat Jogja Olah Sampah atau Mas JOS, pada dasarnya bertujuan untuk membentuk pemahaman dan kebiasaan baru masyarakat untuk memilah dan mengolah sampah sejak dari level rumah tangga.
“Masyarakat itu tidak hanya diajak tapi juga difasilitasi, ayo sisa sampah dapur itu dipilah, dipisahkan masuk ke ember kecil atau galon bekas, kalau sudah dipisahkan nanti setiap hari akan diambil oleh transporter yang di tiap gerobaknya juga sudah disediakan ember khusus untuk sampah organik dari rumah tangga,” terangnya saat ditemui usai Apel Luar Biasa Pendampingan Pengelolaan Sampah pada Jumat (19/9/2025) di Kompleks Balai Kota.
Pihaknya menyatakan volume sampah organik per hari di Kota Yogyakarta sekitar 125 ton. Setiap penggerobak sudah dibekali 2 ember yang mampu menampung 50 kilogram sampah organik sisa dapur.
“Sampah organik kurang lebih 125 ton itu dari rumah tangga dan warung makan, satu ember itu bisa cukup 25 kilogram, jadi untuk 1 ton butuh 40 ember. Hari ini sudah dibagikan 5.000 ember untuk penggerobak nanti masing-masing dapat 2 ember, secara kolektif akan mengumpulkan sampah sisa dapur dari warga setiap hari,” ujarnya.
Hasto menekankan, pemilahan sampah menjadi langkah pertama dalam mengatasi persoalan sampah. Setelah terpilah pengelolaan sampah akan berjalan lebih optimal. Seperti halnya yang menjadi ajakan dalam gerakan Mas JOS.
“Pilah sampah sesuai jenisnya, bawa sampah anorganik ke bank sampah atau pengepul, olah sampah organik, habiskan makanan dan gunakan wadah berulang. Dimulai dari rumah kita masing-masing, sehingga kita bisa jadi contoh termasuk juga ASN, seluruh perangkat daerah Pemkot juga akan mendampingi 45 kelurahan soal pengelolaan sampah,” tandasnya.
Kami terus mengajak warga masyarakat, lanjut Hasto, supaya bisa gotong royong menyelesaikan permasalahan sampah. Kalau masih ada yang ragu memilah sampah karena beberapa bilang nanti di gerobak juga akan tercampur, setiap transporter telah difasilitasi ember khusus untuk sampah organik, dan sisanya adalah sampah residu karena anorganik sudah masuk ke bank sampah atau pengepul.
“Setelah sampah terpilah, nanti khusus organik diambil penggerobak masuk ke ember besar, setelah terkumpul akan diambil oleh off taker yang akan membeli, sifatnya B2B jadi jual beli itu ya dengan penggerobak atau kesepakatan dengan warga setempat. Nanti Pemkot melalui perangkat daerah maupun kemantren mencari off taker dari swasta dan mengubungkannya dengan wilayah sebagai supplier sampah organik,” lanjutnya.
Pihaknya menambahkan pemilahan sampah di tingkat rumah tangga, akan didampingi secara langsung baik melalui Juru Pengawas Pemilahan Sampah atau Jumilah di tiap kelurahan maupun Satpol PP juga Linmas.
“Ada 90 Jumilah di 45 kelurahan, 650 anggota Satpol PP, kemudian nanti ada juga linmas dan perangkat daerah pendamping kelurahan akan bergilir datang langsung turun ke wilayah, untuk mengajak, mendampingi maupun bentuk pengawasan sejauh mana pemilahan sampah itu berjalan. Sebab ini upaya kita bersama membangun sistem dan kebiasaan baru dalam mengatasi sampah,” imbuhnya.
Sementara itu Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta Rajwan Taufiq mengatakan sejauh ini ada tiga off taker yang akan mengabdi sampah organik dari wilayah Kota Yogyakarta. Dalam satu kali angkut mampu membawa 1 ton sampah sisa dapur rumah tangga.
“Kami targetkan setidaknya satu kelurahan ada satu off taker, jadi harapannya sampai akhir tahun sudah ada 45 off taker baik peternak maupun pengepul sampah organik. Sekali jalan bisa 1 ton, tinggal nanti kesepakatan dengan wilayah masing-masing mampu berapa kali angkut. Terkait titik kumpul pengambilan juga tidak harus di depo sampah, bisa juga di kelurahan atau titik lain yang disp penggerobak tiap wilayah,” katanya.