Jetis,REDAKSI17.COM – Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, menghadiri kegiatan Mas JOS Menyapa di Kelurahan Cokrodiningratan, tepatnya di Balai Pertemuan RT 22 RW 05 Jetisharjo, Selasa (23/9). Kegiatan ini menjadi ajang sosialisasi Program Mas JOS (Masyarakat Jogja Olah Sampah) sekaligus penguatan komitmen warga melakukan pengelolaan sampah mandiri.
Dalam kesempatan tersebut, Hasto Wardoyo menyampaikan lima langkah utama Program Mas JOS, yaitu memilah sampah sesuai jenis, menyetorkan sampah anorganik ke bank sampah, mengolah sampah organik, menghabiskan makanan, serta menggunakan wadah berulang.
Selain itu, diperkenalkan pula Tim Reaksi Cepat (TRC) Mas JOS yang memberikan layanan jemput sampah spesifik rumah tangga, seperti kasur, perabotan, barang elektronik, pangkasan pohon, hingga sampah berukuran besar lainnya.
Wali Kota Yogya, Hasto Wardoyo mensosialisasi lima langkah MAS JOS
“Saya sangat mengapresiasi semangat warga Cokrodiningratan yang optimistis bisa mencapai zero waste. Warga membuat galon tumpuk untuk mengolah sampah organik menjadi lindi, yang akan dibeli oleh kelurahan. Kalau tidak diolah ya dipisah kemudian akan diambil off taker. Juga punya incinerator sederhana, pengelolaan sampah di kelurahan ini semakin lengkap,” ujar Hasto.
Menurutnya, kebiasaan warga yang sudah sadar dalam mengolah sampah membuat penggerobak di kelurahan Cokrodiningratan sudah lama tidak lagi membawa sampah ke depo
“Hal ini dapat menjadi contoh baik bagi kelurahan lain di Kota Yogyakarta dalam mewujudkan pengelolaan sampah mandiri,” imbuhnya.
Lurah Cokrodiningratan, Adityo Bagus Baskoro, menjelaskan bahwa pihaknya bersama perangkat daerah pendamping yakni Sekretariat Dewan Kota Yogyakarta akan membagikan 2.000 galon tumpuk kepada 2000 rumah di wilayahnya.
“Upaya ini diharapkan mendorong masyarakat untuk mulai mengolah sampah organik di rumah masing-masing. Sebagai insentif, lindi yang dihasilkan dari galon tumpuk akan dibeli kelurahan dengan harga Rp500 per 1,5 liter,” jelasnya.
Incinerator sederhana di Kelurahan Cokrodiningratan
Selain galon tumpuk, warga juga sudah aktif melakukan pengolahan sampah organik dengan berbagai metode pengolahan seperti maggot dan pakan ternak. Kelurahan Cokrodiningratan juga telah memperoleh bantuan incinerator sederhana melalui program CSR Dinas Pariwisata DIY bekerja sama dengan Bank Indonesia. Incinerator tersebut dimanfaatkan di RW 5 sebagai percontohan pengelolaan sampah residu.
“Di RW 5, pengelolaan sampah sudah berjalan terpadu sampah organik diolah mandiri, sampah anorganik dikelola melalui bank sampah, dan sampah residu dimusnahkan menggunakan incinerator. Harapannya model ini dapat diikuti oleh RW lain, sehingga kelurahan kami benar-benar dapat mandiri dalam pengelolaan sampah,” tambah Adityo.
Pihaknya berharap segala upaya yang dilakukan warga Cokrodiningratan mampu menjadi kelurahan percontohan zero waste di Kota Yogyakarta dan menginspirasi wilayah lain dalam mewujudkan kota yang bersih, sehat dan berkelanjutan.