UMBULHARJO,REDAKSI17.COM – Pemerintah Kota Yogyakarta menegaskan kembali komitmen tugas Juru Pengawas Pemilahan Sampah (Jumilah) dan Kelurahan untuk mengawal pengurangan sampah. Jumilah harus bisa menjalankan tugas memastikan sampah yang dibawa penggerobak sudah dipilah masyarakat. Para jumilah diharapkan bisa menyampaikan ke Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta jika menghadapi kendala-kendala di lapangan.
Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo mengatakan mulai Januari nanti sampah sudah tidak diperbolehkan dibawa ke Piyungan. Pemkot Yogyakarta sendiri mampu mengolah volume sampah dari depo maksimal 190 ton di Unit Pengolahan Sampah di Kota Yogyakarta. Jika volume sampah ke depo di seluruh Kota Yogyakarta bisa diturunkan sehari 150 ton maka bisa ditangani. Oleh sebab itu gerakan Masyarakat Jogja Olah Sampah (Mas JOS) digencarkan salah satunya memilah sampah.
“Untuk mengurangi sampah ke depo maka harus memilah. Sebagai juru pengawas pemilahan sampah bukan hanya masalah ayo memilah sampah. Tapi juga ‘memerangi’ mindset cara berpikir masyarakat agar memilah sampah,” kata Hasto saat rapat koordinasi persiapan pengumpulan sampah organik di Balai Kota Yogyakarta, Selasa (23/9/2025).

Menurutnya sangat penting untuk mengkondisikan sampah terpilah, ember sampah organik diambil penggerobak dan offtaker agar volume ke depo bisa dikurangi. Hasto juga mengingatkan agar para Jumilah tidak sebatas mengawasi dan bertugas seperti kapten yang memberi perintah. Namun juga harus ikut bermain atau membantu mengkondisikan sampah terpilah dan jika kondisi darurat juga harus ikut menangani bersama penggerobak.
“Ini saya kawal betul karena harus bisa menurunkan jumlah sampah di depo. Saya percaya dan yakin bapak ibu (jumilah) bisa mengawal mengingatkan penggerobak untuk mengambil ember (sampah organik) dan warga yang belum punya wadah dilaporkan ke lurah dan DLH,” tegasnya.
Pihaknya juga mengingatkan para lurah untuk memastikan tiap rumah punya galon maupun ember wadah untuk menampung sampah organik. Evaluasi gerakan Mas JOS, emberisasi dan galonisasi di wilayah akan dilakukan dan disampaikam hasilnya pada 7 Oktober saat HUT Kota Yogyakarta. Para Jumilah juga diharapkan ikut mengawal hal tersebut.

Hasto menjelaskan sampah dari masyarakat dipilah dan diambil penggerobak. Untuk sampah organik dari masyarakat ditampung di ember-ember di penggerobak. Sampah anorganik dibawa penggerobak ke bank sampah dan sampah organik di ember dibawa offtaker. Jika masih ada sisa sampah organik dibuang ke biopori jumbo .
Sekretaris DLH Kota Yogyakarta Lusiningsih menegaskan pertemuan dengan Jumilah dan Kelurahan untuk membangun komunikasi karena Pemkot Yogyakarta baru memulai ketugasan Jumilah. Jika ada kendala-kendala harus dideteksi agar tidak berlarut-larut sehingga bisa diantisipasi. Dia berharap Jumilah tidak segan berkomunikasi dengan DLH Kota Yogyakarta maupun kelurahan agar semua berjalan.
“Karena ini sebenarnya kita butuh komitmen. Kalau kita tidak membangun komitmen bareng seperti ini takutnya berjalan terus berhenti. Kita kuatkan dan tegaskan peran serta kewenangan Jumilah,” papar Lusiningsih.
Sementara itu Kepala Bidang Pengembangan Kapasitas dan Pengawasan Lingkungan Hidup DLH Kota Yogyakarta Supriyanto menyebut sudah mulai mengambil sampah organik di ember di wilayah yang bekerja sama dengan offtaker. Pada tahap awal kemarin sudah diambil 135 ember dan langsung dikerjakan bersama-sama Jumilah.
“Jadi tugas dari masyarakat memilah. Tugas transporter (penggerobak) membawa hasil pilahan dalam ember yang sudah terpisah antara mentah dan matang lalu dibawa ke titik kumpul yang sudah ditentukan. Jumilah kita tugaskan juga untuk memberi edukasi dan mencatat ember dari transporter sampah organik mentah dan matang serta jumlah sampah yang ke depo dengan sistim estimasi dan timbangan,” tandas Supriyanto.