Prabowo Subianto kini resmi memegang tampuk kepemimpinan sebagai Presiden Republik Indonesia ke-8. Baru-baru ini, pidatonya di Sidang Umum PBB ke-80 menuai apresiasi global, menegaskan kembali posisi Indonesia sebagai pilar penting dalam menjaga perdamaian dunia.
Prabowo Subianto Djojohadikusumo, nama yang identik dengan ketegasan dan nasionalisme, telah mengukir jejak panjang dalam sejarah Indonesia. Lahir pada 17 Oktober 1951 di Jakarta, ia adalah putra dari ekonom terkemuka Soemitro Djojohadikoesoemo dan Dora Marie Sigar.
Latar belakang keluarganya yang berwawasan luas dan beragam, termasuk keberagaman agama di antara saudara-saudaranya, membentuk karakter Prabowo sejak dini. Masa kecilnya yang berpindah-pindah di berbagai negara seperti Singapura, Hong Kong, Malaysia, Swiss, dan Inggris, membuatnya fasih dalam beberapa bahasa asing seperti Inggris, Prancis, Belanda, dan Jerman. Pengalaman ini tidak hanya memperkaya wawasannya tetapi juga membentuk perspektif globalnya yang kini terlihat dalam kebijakan luar negeri Indonesia.
Presiden Prabowo Pidato di Sidang Umum PBB ke-80
Presiden Indonesia Prabowo Subianto menegaskan komitmen Indonesia dalam memperjuangkan keadilan dan perdamaian dunia, khususnya bagi rakyat Palestina.
Dalam pidatonya di Sidang Umum ke-80 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Prabowo mengecam keras berbagai bentuk ketidakadilan dan pelanggaran hukum internasional yang masih berlangsung.
Pidato Presiden Prabowo di Sidang Umum PBB yang ke-80 juga menyoroti beberapa poin penting dan mendalam mengenai isu-isu global seperti:
- Isu Kemanusiaan: Prabowo menekankan pentingnya solidaritas dan kesetaraan bagi seluruh umat manusia. Ia mengecam ketidakadilan yang terjadi pada rakyat Palestina dan menegaskan bahwa Indonesia menolak doktrin yang menganggap “yang kuat melakukan apa yang mereka bisa, yang lemah menderita”.
- Peran Indonesia dan PBB: Mengingat sejarah Indonesia yang pernah mengalami penjajahan, Prabowo menyoroti peran penting PBB dalam kemerdekaan Indonesia. Ia menegaskan kembali komitmen Indonesia terhadap multilateralisme dan perlunya memperkuat PBB sebagai lembaga perdamaian dunia.
- Perdamaian Global: Untuk mengatasi konflik seperti yang terjadi di Gaza, Ukraina, Sudan, dan Libya, Indonesia siap mengirimkan 20.000 pasukan perdamaian. Selain itu, Indonesia secara penuh mendukung solusi dua negara untuk Palestina dan Israel.
- Isu Lingkungan dan Ketahanan Pangan: Prabowo juga menyampaikan komitmen Indonesia terhadap perubahan iklim dengan target net zero emission pada 2060 atau lebih cepat. Di bidang ketahanan pangan, Indonesia telah mencapai swasembada beras dan berupaya menjadi lumbung pangan dunia.
Usai menyampaikan pidato, Presiden Prabowo menerima apresiasi positif dari berbagai pemimpin dunia. Beberapa di antaranya, seperti Raja Abdullah II dari Yordania dan Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva, secara langsung menghampiri Prabowo untuk memberikan ucapan selamat. Mereka mengapresiasi pesan-pesan kuat yang disampaikan, terutama terkait isu kemanusiaan di Gaza dan seruan untuk persatuan global.
Latar Belakang Keluarga dan Pendidikan
Prabowo Subianto lahir di Jakarta pada 17 Oktober 1951. Ayahnya, Soemitro Djojohadikoesoemo, adalah seorang begawan ekonomi Indonesia yang pernah menjabat sebagai menteri di era Presiden Soekarno dan Soeharto. Ibunya, Dora Marie Sigar, berasal dari Minahasa. Keluarga Djojohadikoesoemo memiliki sejarah panjang dalam kontribusi terhadap bangsa, termasuk kakek Prabowo, Margono Djojohadikoesoemo, yang merupakan pendiri Bank Negara Indonesia (BNI) dan Ketua Dewan Pertimbangan Agung pertama.
Pendidikan formal Prabowo dimulai di TK Sekolah Sumbangsih Jakarta, kemudian dilanjutkan di berbagai sekolah internasional di Singapura, Hong Kong, Malaysia, Swiss, dan Inggris. Setelah menamatkan SMA di The American School London, ia memilih jalur militer dengan masuk Akademi Militer Nasional (AKABRI) di Magelang pada tahun 1970 dan lulus pada tahun 1974 sebagai Letnan Dua.
Perjalanan Karier Militer yang Gemilang
Karier militer Prabowo Subianto dimulai setelah lulus dari AKABRI. Ia mengabdi selama 28 tahun di TNI Angkatan Darat, sebagian besar di pasukan khusus. Berikut adalah beberapa posisi penting dalam karier militernya:
Periode | Jabatan | Organisasi |
---|---|---|
1976 | Komandan Peleton Grup Komando-1 Kopassandha | Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha) |
1983-1985 | Wakil Komandan Detasemen-81 Kopassus | Komando Pasukan Khusus (Kopassus) |
1987-1991 | Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 328 | Kostrad |
1993-1995 | Komandan Grup-3/Sandi Yudha Kopassus | Komando Pasukan Khusus (Kopassus) |
1995-1998 | Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus | Komando Pasukan Khusus (Kopassus) |
Maret-Mei 1998 | Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) | Kostrad |
Salah satu pencapaian pentingnya adalah menjadi komandan peleton termuda dalam Operasi Nanggala di Timor Timur pada usia 26 tahun. Ia juga memimpin Operasi Pembebasan Sandera Mapenduma di Papua pada tahun 1996, sebuah misi penyelamatan yang kompleks dan berhasil.
Transisi ke Dunia Bisnis dan Politik
Setelah pensiun dari militer pada tahun 1998, Prabowo sempat menekuni dunia bisnis, memimpin berbagai perusahaan di sektor kelapa sawit, migas, pertambangan, pertanian, kehutanan, dan perikanan. Namun, panggilan politik membawanya kembali ke panggung nasional.
Ia memulai karier politiknya dengan bergabung ke Partai Golkar pada tahun 2004, meskipun belum berhasil dalam konvensi calon presiden. Pada tahun yang sama, ia terpilih sebagai Presiden Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) dan menjabat hingga 2010.
Pada tahun 2008, Prabowo mendirikan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) dan menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina, kemudian menjadi Ketua Umum partai sejak 2014. Ia beberapa kali mencalonkan diri sebagai calon wakil presiden (2009 mendampingi Megawati Soekarnoputri) dan calon presiden (2014 berpasangan dengan Hatta Rajasa, 2019 berpasangan dengan Sandiaga Uno).
Meskipun sempat mengalami kekalahan, kegigihannya membawanya pada posisi Menteri Pertahanan di Kabinet Indonesia Maju pada tahun 2019.
Prestasi dan Pencapaian Penting
Sepanjang kariernya, Prabowo Subianto telah menorehkan berbagai prestasi, baik di militer, politik, maupun pemerintahan:
- Komandan Peleton Termuda Operasi Nanggala (1976): Menunjukkan kepemimpinan di usia muda dalam operasi militer.
- Memimpin Operasi Pembebasan Sandera Mapenduma (1996): Berhasil dalam misi penyelamatan yang berisiko tinggi.
- Pendiri dan Ketua Umum Partai Gerindra (2008): Membangun kekuatan politik signifikan di Indonesia.
- Menteri Pertahanan RI (2019-2024):
- Memodernisasi alutsista dengan pengadaan pesawat tempur F-15EX, Rafale, dan kapal selam.
- Membangun 25 Rumah Sakit TNI dan fasilitas kesehatan militer.
- Membentuk Satuan Tugas Air untuk mengatasi kekeringan di berbagai daerah.
- Mengembangkan program ketahanan pangan nasional (Food Estate).
- Membangun sekolah dan politeknik baru di bawah Kementerian Pertahanan.
- Presiden Republik Indonesia ke-8 (2024): Puncak karier politiknya setelah memenangkan Pemilihan Presiden 2024.
- Pidato Apresiasi di Sidang Umum PBB ke-80 (2025): Mendapat respons positif dan 10 kali tepuk tangan dari pemimpin dunia atas seruannya untuk perdamaian global dan solusi dua negara untuk Palestina.
Harta Kekayaan Prabowo Subianto
Kekayaan terbaru Presiden Prabowo Subianto tercatat sebesar Rp2,06 triliun, yang menunjukkan kenaikan sebesar Rp19 miliar dari laporan sebelumnya. Kenaikan ini mencerminkan bertambahnya nilai aset yang dimiliki oleh beliau. Menariknya, laporan ini juga menegaskan bahwa Prabowo Subianto tidak memiliki utang.
Sebagian besar kekayaan Prabowo terdiri dari aset-aset yang beragam. Aset properti berupa tanah dan bangunan menjadi penyumbang terbesar kedua dengan total nilai mencapai Rp294,5 miliar. Properti ini tersebar di 10 lokasi, yaitu dua di Jakarta Selatan dan delapan di Bogor. Selain itu, aset terbesar lainnya adalah surat berharga yang nilainya mencapai Rp1,7 triliun.
Selain properti dan surat berharga, laporan ini juga merinci kepemilikan aset lain. Presiden Prabowo memiliki sejumlah kendaraan, termasuk tujuh mobil dari berbagai merek dan satu motor Suzuki. Aset bergerak lainnya bernilai Rp16,46 miliar, serta uang tunai dan setara kas sebesar Rp48,04 miliar.
Visi, Misi, dan Perspektif Pribadi
Sebagai seorang pemimpin, Prabowo Subianto memiliki visi yang jelas untuk Indonesia: mewujudkan negara yang kuat, berdaulat, adil, dan makmur, serta berperan aktif dalam menciptakan perdamaian dunia. Filosofi hidupnya mengutamakan kepentingan nasional, kemandirian bangsa, dan etika kepemimpinan. Ia percaya pada kekuatan persatuan dan kerja sama, baik di tingkat domestik maupun internasional, sambil tetap menjaga kedaulatan dan martabat bangsa.
“Indonesia siap menjadi pilar solidaritas dunia,” ujarnya dalam pidato di Sidang Umum PBB ke-80, menegaskan komitmen Indonesia terhadap perdamaian global.
“Dalam politik internasional, saya ingin Indonesia merdeka & berdikari. Tidak diinjak-injak, tidak jadi budak, tidak jadi kacung bangsa lain,” katanya, menunjukkan prinsip kemandirian dan kedaulatan Indonesia.
Fakta Unik dan Trivia
- Keluarga Beragam Agama: Ayahnya Muslim, ibunya Protestan, dan adik kandungnya, Hashim Djojohadikusumo, juga seorang Kristen, menunjukkan toleransi dalam keluarganya.
- Multilingual: Fasih berbahasa Inggris, Prancis, Belanda, dan Jerman.
- Cucu Pendiri BNI: Kakeknya, Margono Djojohadikoesoemo, adalah pendiri Bank Negara Indonesia (BNI).
- Aktivis Muda: Pernah terlibat dalam pendirian lembaga swadaya masyarakat (LSM) bersama aktivis Soe Hok Gie pada tahun 1968.
Kutipan Langsung yang Menginspirasi
Prabowo Subianto dikenal dengan berbagai kutipan yang mencerminkan filosofi dan semangat perjuangannya:
“Jika dicemooh, balas dengan kebaikan.”
“Saya tidak punya waktu untuk sakit hati. Saya tidak punya energi untuk balas dendam,” menunjukkan sikap lapang dada dan fokus pada masa depan.
“Seribu kawan terlalu sedikit, satu lawan terlalu banyak. Artinya, berusaha untuk perbaiki hubunganmu, jangan mau dendam, jangan mau sakit hati,” sebuah nasihat tentang pentingnya menjaga hubungan baik.
Perjalanan Prabowo Subianto dari seorang prajurit tangguh hingga menjadi pemimpin tertinggi negara adalah cerminan dari ketekunan, adaptasi, dan dedikasi yang tak pernah padam. Dengan visi yang kuat untuk Indonesia yang berdaulat dan peran aktif di kancah global, ia terus berupaya membawa bangsa ini menuju masa depan yang lebih baik. Kisahnya adalah bukti bahwa dengan tekad dan semangat pengabdian, setiap individu dapat memberikan dampak besar bagi negara dan dunia.
OlehDwi Zain Musofa
Liputan6