Jakarta,REDAKSI17.COM – Pidato Presiden Prabowo Subianto dalam Sidang Majelis Umum PBB ke-80, Selasa (23/9/2025) menjadi tonggak penting karena memperlihatkan posisi Indonesia yang jelas, berani, dan berpihak pada prinsip keadilan global.
Ketegasan dan keberanian Prabowo dalam pidato yang disampaikannya menuai pujian dari banyak kalangan, termasuk Presiden AS Donald Trump.
Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia, Prof Hikmahanto Juwana menyebut pidato tersebut terasa sangat kuat, terutama jika dibandingkan dengan gaya pidato mantan Presiden AS Donald Trump.
“Luar biasa menggema! Terasa sangat berbeda jika disandingkan dengan Trump,” ujar Hikmahanto dikutip dari YouTube, Kamis (25/9/2025).
Hikmahanto menjelaskan Prabowo menyampaikan pandangan Indonesia sebagai negara berkembang yang konsisten menjunjung tinggi hukum internasional, berbeda dengan negara-negara besar yang kerap bertindak semaunya.
“Negara-negara besar biasanya bicara berputar-putar, bahkan bisa melampaui batas waktu yang disediakan bisa sampai 45 menit. Mereka merasa bisa bertindak sesuka hati tetapi Indonesia menunjukkan sikap yang taat aturan dan menghormati hukum internasional. Itu ditegaskan Presiden Prabowo,” ujarnya.
Ia juga menggarisbawahi pendekatan baru Prabowo terhadap konflik Palestina-Israel.
“Presiden Prabowo menyadari Israel menginginkan hubungan diplomatik dengan Indonesia. Nah, itu dijadikan alat tawar. Beliau mengatakan, ‘Kami akan pertimbangkan pengakuan terhadap Israel, tetapi terlebih dahulu akui kemerdekaan Palestina.’ Pendekatan seperti ini belum pernah dilakukan oleh presiden sebelumnya,” jelas Hikmahanto.
Lebih lanjut, ia menilai perbedaan pendekatan Prabowo sangat mencolok jika dibandingkan dengan Trump.
“Kalau kita bandingkan, Trump sering mempertanyakan relevansi PBB atau isu perubahan iklim. Trump cenderung menolak. Tapi Pak Prabowo menegaskan bahwa isu-isu itu penting dan harus ditanggapi serius,” katanya.
Hikmahanto juga mengapresiasi pernyataan Prabowo soal kesiapan Indonesia dalam berkontribusi aktif pada misi perdamaian dunia.
“Beliau mengatakan bahwa jika diminta oleh PBB untuk mengirim pasukan perdamaian, maka Indonesia siap mengirimkan 20.000 personel, bahkan lebih jika diperlukan. Itu menunjukkan komitmen nyata, bukan sekadar kata-kata,” pungkasnya.