UMBULHARJO,REDAKSI17.COM-Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-269 Kota Yogyakarta sedikit berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. HUT ke-269 Kota Yogyakarta menjadi momentum semangat perubahan dengan mengusung tema Lebih Dekat, Lebih Cepat Maju Melesat. Sejumlah rangkaian kegiatan akan diadakan sebagai penanda HUT ke-269 Kota Yogyakarta.
Rangkaian HUT ke-269 Kota Yogyakarta adalah sinergisitas antara program Pemkot Yogyakarta dengan keterlibatan masyarakat. Sedangkan tema Lebih Dekat, Lebih Cepat, Maju Melesat berarti mengandung semangat gotong royong untuk membangun kerekatan sosial yang lebih kuat dikolaborasikan dengan penumbuhan iklim inovasi lebih baik agar pembangunan di Kota Yogyakarta berjalan lebih cepat untuk mencapai tujuan bersama.
Menurut Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo peringatan HUT Kota Yogyakarta harus menjadi momentum perubahan. Bukan sekadar perayaan seremonial peringatan. “Ini (HUT Kota Yogya) harus menjadi titik balik, momentum perubahan untuk menjadikan kota kita lebih tertata, lebih manusiawi, dan lebih baik ke depan,” kata Hasto dalam beberapa kegiatan Pemkot Yogyakarta belum lama ini.
Hasto menyatakan ada sejumlah kegiatan penanda HUT atau Hari Jadi Kota Yogyakarta. Pihaknya sudah memimpin rapat dengan panitia dan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemkot Yogyakarta mengenai perubahan apa saja yang akan dibuat. Terutama peningkatan pelayanan publik dan kebersihan. Dicontohkan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kota Yogyakarta akan mengurus gelandangan dan pengamen (gepeng) serta di mana mereka akan ditempatkan.
“Dalam rangka Hari Jadi (Yogya) akan ada penanda berupa perubahan yang akan dilakukan. Misalnya dinsos akan mengurus pengamen (gelandangan) bagaimana mereka diurus, dan di mana mereka akan ditempatkan. Harapannya setelah hari jadi lewat ada perubahan keadaan di Kota Yogyakarta dalam  berbagai aspek yang menyangkut masalah ketugasan di OPD masing-masing,” jelasnya.
Setidaknya ada 14 penanda HUT ke-269 Kota Yogyakarta. Ada pemasangan penjor di sumbu filosofi, penanda slogan kebersihan bernuansa Jawa,  penggunaan pakaian khas Yogyakarta bagi pelaku usaha di sumbu filosofi, deklarasi Satu Kampung Satu Bidan dan peluncuran aplikasi Jogja Sehat. Selain itu ada deklarasi pendampingan kampung dari perguruan tinggi, Code Fest  melibatkan komunitas pemancing dengan kegiatan memancing sampah, mengumpulkan dan memusnahkan, peluncuran perluasan layanan parkir digital serta deklarasi zero gepeng.
Ada juga penanda penggunaan Batik Segoro Amarto Reborn dan temu kemitraan Koperasi Kelurahan Merah Putih, peluncuran aplikasi Geotaktis, tirakatan, peningkatan layanan kawasan Malioboro antara lain seperti penambahan car free night dan uji coba car free day 24 jam, upacara HUT ke-269 Kota Yogyakarta serta peresmian gapura dan Taman Sentra Bakpia Pathuk
Rangkaian HUT ke-269 Kota Yogyakarta juga diisi dengan berbagai lomba antara lain kebersihan lingkungan, pengelolaan sampah organik, reduksi sampah transporter, mural antar sekolah, upaya pencegahan stunting dan cakupan pemeriksaan gratis.
“Tanggal tujuh Oktober ada uji coba full pedestrian Malioboro. Tapi kita tidak ingin membuat atraksi-atraksi besar yang heboh. Alokasi anggaran di sana (hut kota) dipakai untuk kegiatan layanan publik. Ada kompetisi untuk lomba-lomba terkait layanan publik,” tambah Hasto.
Sementara itu Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta Yetti Martanti mengatakan berkaitan dengan HUT ke-269 Kota Yogyakarta menjadi momentum uji coba car free day  pada 7 Oktober untuk mewujudkan Malioboro yang bebas polusi dan sebagai kawasan sumbu filosofi. Hal-hal yang harus dilakukan adalah Malioboro bersih sepanjang hari, penambahan Jam Car Free Night 17.00-22.00 WIB, uji coba Malioboro bebas kendaraan 24 jam pukul 00.01-24.00 Dalam uji coba car free day melibatkan Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta dan DIY serta  kartu pass khusus bagi penghuni di Malioboro.
“Uji coba ini untuk mengidentifikasi berbagai masalah yang muncul sehingga bisa diantisipasi saat diberlakukan car free day yang sesungguhnya. Akan ada penanda informasi terkait do and don’t bagi pengunjung di Malioboro. Baik terkait kawasan tanpa rokok, informasi toilet, kebersihan dan sampah .Ada juga kebaharuan terkait titik-titik atraksi yang tidak hanya untuk pelaku seni, tapi juga pengamen di Jalan Margo Utamo dan Malioboro,” terang Yetti.