Roti Kembang Waru merupakan salah satu kuliner warisan kerajaan mataram islam. roti ini memiliki bentuk yang cukup unik. Bulat serta memiliki delapan sisi dipinggiranya. Ke delapan sisi tersebut bukan tanpa alasan. Roti sejenis kue yang berbentuk unik ini mengandung filosofi cukup mendalam terkait pinggiran sisinya yang berjumlah delapan. Pada masa Kerajaan Mataram Islam Roti Kembang Waru ini selalu menjadi hidangan favorit yang selalu ada dalam setiap hajatan ataupun acara adat pada masa itu. Tiak diketahui persis siapa penemu dari jajanan khas yang saat ini cukup popular di wilayah Kotagede.
Dahulu pasar Legi Kotagede sebelum dipenuhi kios-kios seperti saat ini itu ditumbuhi pohon-pohon lebat yang cukup rindang seperti pohon Beringin dan pohon Gayam. Pada masa Mataram Islam pusat pemerintahan atau ibu Kota nya terletak diwilayah Kotagede ini dan terkenal engan pohon Gayam yang tumbuh subur di sepanjang jalannya. Nah ddiantara pohon-pohon Gayam yang tumbuh terdapat pohon Waru yang tumbuh subur dengan bunganya yang berwarna cokelat kemerahan. Kemudian dibuatlah roti yang berbentuk bunga tersebut karena bunga Waru lebih mudah dibuat dibandingkan bunga Kenanga ataupun bunga mawar.
Alat untuk membuat roti ini membutuhkan cetakan yang terbuat dari besi. Sehingga ukuran dan bentuk dari roti ini ukurannya sama semua. Delapan sisi yang dimiliki roti ini bermakna delapan laku seorang pemimpin. Delapan laku yang dimaksud merupakan personifikasi dari delapan elemen unsur alam yakni Tanah, Air, Angin, Api, Matahari, Bulan, Bintang dan Langit. Jika seorang pemimpin dapat menerapkan 8 laku tersebut, makai a akan menjadi pemimpin yang Berwibawa dan mampu mengayomi semua rakyatnya.
Wisata Jogja dan kuliner Jogja jawil 087849378899