Umbulharjo,REDAKSI17.COM – Perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-269 Kota Yogyakarta tahun ini bukan sekadar momen mengenang sejarah, melainkan momentum perubahan besar yang tengah dijalankan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta.

Di bawah kepemimpinan Wali Kota Hasto Wardoyo dan Wakil Wali Kota Wawan Harmawan, HUT kali ini menjadi simbol rekonstruksi sosial yang menggerakkan seluruh lapisan masyarakat untuk bertransformasi menuju kehidupan yang lebih baik.

“Memaknai HUT ke-269 ini adalah menandai satu tahun perubahan. Kalau selama ini kita kenal dengan proyek perubahan, maka di ulang tahun ini kita harus memiliki perubahan yang nyata sebagai penanda hari jadi,” ujar Hasto saat ditemui usai Upacara HUT ke-269 Kota Yogyakarta di Halaman Balai Kota, Selasa (7/10/2025).

Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo dalam Upacara HUT ke-269 Kota Yogyakarta.

Salah satu fokus utama rekonstruksi sosial yang dilakukan adalah perubahan perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah. Pemerintah Kota menghadirkan sistem yang melibatkan masyarakat secara aktif, mengubah kebiasaan lama menjadi pola baru.

Menurut Hasto upaya tersebut adalah contoh konkret rekonstruksi sosial, yang mengajak masyarakat berubah dari kebiasaan lama menuju perilaku yang lebih bertanggung jawab, membentuk perilaku dan kebiasaan memilah serta mengolah sampah.

“Di tingkat rumah tangga, warga diberikan sarana seperti ember atau galon, kemudian ada gerobak khusus untuk memilah sampah organik. Setiap pagi, sisa makanan yang sudah dipilah dalam galon tiap rumah tangga dituangkan ke ember khusus, kemudian diangkut para penggerobak. Sampah ini tidak lagi dibuang ke depo, melainkan dikelola dengan sistem yang terstruktur, ada juga offtaker sampah organik,” terangnya.

Wakil Wali Kota Yogyakarta Wawan Harmawan bersama Herry Zudianto (Wali Kota Yogyakarta periode 2001–2006 dan 2006–2011).

Perubahan juga terlihat pada perhatian khusus Hasto dan Wawan terhadap kebersihan dan perawatan sungai di wilayah Kota Yogyakarta, mulai dari Sungai Code, Winongo, dan Gajah Wong. Keduanya memiliki komitmen, sungai yang bersih bukan lagi sekadar impian, melainkan bagian dari program berkelanjutan yang mengintegrasikan perbaikan dan perawatan seperti halnya jalan raya yang dipelihara rutin.

“Dulu mungkin belum ada fokus untuk membersihkan sungai, sekarang tiga sungai yang melintasi wilayah Kota Yogyakarta kita rawat seperti jalan raya. Ini tidak hanya untuk menjaga lingkungan tapi juga meningkatkan kualitas hidup warga. Kalau jalan ada lubang diperbaiki, begitu pula sungai yang ada sampah dan kerusakan harus segera dibersihkan,” sebutnya.

Upacara Peringatan HUT ke-269 Kota Yogyakarta.

Dalam upaya menciptakan ruang publik yang tertib dan nyaman, Pemerintah Kota Yogyakarta juga mengujicobakan konsep pedestrian 24 jam di Malioboro, ikon kota yang sudah sangat dikenal. Program ini bertujuan untuk mengenali tantangan dan kebutuhan ruang pedestrian penuh waktu.

Terobosan penting lainnya dalam upaya rekonstruksi sosial oleh Pemkot Yogyakarta adalah integrasi data kependudukan melalui Data GeoTaktis. Sebuah sistem yang menggabungkan data sektoral dengan data kependudukan untuk memperkuat pengambilan keputusan berbasis bukti dan wilayah secara real-time. Mulai dari kondisi kemiskinan, stunting pada balita, hingga kebutuhan khusus warga masyarakat.

HUT ke-269 Kota Yogyakarta bukan hanya tentang usia, melainkan tentang semangat dan komitmen untuk melakukan rekonstruksi sosial secara menyeluruh. Dari pengelolaan sampah, perawatan sungai, penataan ruang publik, hingga integrasi data, perubahan ini adalah langkah nyata menuju pembangunan dan layanan publik yang Lebih Dekat, Lebih Cepat, Maju Melesat.