Sleman (16/10/2025) REDAKSI17.COM – Youth Music Camp 2025 dan Melbourne Symphony Orchestra (MSO) sukses menyuguhkan konser kolaborasi apik di Auditorium Driyarkara, Universitas Sanata Dharma, Kamis (16/10) malam. Konser bertajuk “The Harmony of Working Hand in Hand” ini bukan sekadar perayaan musik, melainkan simbol nyata semangat gotong royong lintas budaya yang menyatukan dua generasi dalam irama kebersamaan dan harmoni tanpa batas.
Hadir dalam konser tersebut Sekretaris Daerah (Sekda) DIY, Ni Made Dwipanti Indrayanti mewakili Gubernur DIY, Wakil Duta Besar Australia untuk Indonesia Gita Kamath, Chief Executive Officer MSO Richard Wigley beserta tim manajemen dan musisi MSO, jajaran Forkopimda DIY, para kepala OPD Pemda DIY, instruktur lokal, musisi muda peserta Youth Music Camp 2025, serta tamu undangan lainnya.
Enam karya musik klasik dan kontemporer disuguhkan malam itu, mulai dari George Frideric Handel – Concerto Grosso in G Op.6 No.1, Karl Jenkins – Palladio, Caerwen Martin – Stars Come Out in a Midnight Sky, Swedish Traditional, arr. Danish String Quartet – Kristi Du Kom, Eric Whitacre – Sleep, hingga karya komponis Indonesia Vishnu Satyagraha – Aluna Digdaya yang dikolaborasikan dengan irama khas Gejog Lesung di bawah arahan konduktor Danny Ceri.
Dalam sambutan Gubernur DIY yang dibacakan Sekda DIY Ni Made Dwipanti Indrayanti, disampaikan konser kolaborasi tersebut bukan hanya menjadi pertemuan antara musisi, tetapi juga pertemuan dua peradaban yang saling menghormati dan merayakan keberagaman. “Gejog Lesung adalah puisi cinta dari peradaban Jawa atau musik yang lahir dari pelukan tanah dan kerja bersama para petani. Kini, puisi cinta itu berdialog dengan orkestra megah dari Melbourne,” tuturnya.
Ni Made menegaskan, orkestra adalah metafora sempurna yang menyatukan berbagai instrumen berbeda menjadi satu kesatuan nada. Demikian pula hakikat dari gotong royong dan cinta dalam kebudayaan, yakni saling mendengarkan, memberi ruang, dan mencipta harmoni tanpa harus menyeragamkan. “Inilah esensi peradaban sesungguhnya, tentang cinta yang terorkestrasi. Bukan tentang menyamakan suara, tetapi merayakan perbedaan dalam harmoni,” lanjutnya.
Harmoni yang terjalin malam itu bukan sekadar antara nada dan irama, tetapi juga antara hati dan semangat gotong royong dua bangsa. Kolaborasi antara Yogyakarta dan Victoria menghadirkan keindahan yang memadukan tradisi dan modernitas dalam satu panggung. “Pertemuan budaya ini memiliki makna mendalam. Sejarah terindah tidak hanya ditulis dengan tinta, tetapi juga dianyam dalam nada,” tandas Ni Made.
Melalui konser kolaborasi ini, Yogyakarta dan Victoria menorehkan kisah persahabatan dan cinta dalam partitur sejarah lintas negara. Harmoni gotong royong ini menjadi refleksi semangat kebersamaan dan persaudaraan antarbangsa.“Semoga kita terus merekatkan tali persaudaraan antara Yogyakarta dan Victoria, di mana cinta, budaya, dan harapan menyatu dalam harmoni,” imbuh Sekda DIY.
Wakil Duta Besar Australia untuk Indonesia, Gita Kamath turut menyampaikan apresiasinya atas terlaksananya konser kolaborasi tersebut. Menurutnya, kegiatan ini mencerminkan eratnya hubungan persahabatan antara Indonesia dan Australia yang terus tumbuh dalam bingkai saling menghormati dan berbagi nilai budaya.
“Konser ini menjadi simbol kuat persahabatan antara dua negara, yang dibangun atas dasar seni dan budaya. Sebuah cara indah untuk mempererat hubungan antarbangsa melalui musik,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi melaporkan konser ini merupakan bagian dari kerja sama sister province antara Pemda DIY dan Negara Bagian Victoria, Australia, yang telah berjalan hampir satu dekade. Kolaborasi ini diwujudkan melalui berbagai program seperti Youth Music Camp, Art Management Workshop, dan Internship Program.
“Sebanyak 25 peserta terbaik dari 86 pendaftar Youth Music Camp mengikuti pelatihan intensif bersama instruktur lokal dan musisi profesional MSO sejak 6 hingga 15 Oktober 2025. Hasilnya adalah konser malam ini yang menampilkan pembelajaran dan kolaborasi lintas budaya,” terang Dian.
Selain menampilkan repertoar lintas zaman dan wilayah dari barok hingga modern, dari Eropa hingga Nusantara, konser ini juga menjadi ajang berbagi pengalaman lintas generasi. Tak hanya para musisi muda yang tampil di atas panggung, sebagian besar tim produksi di balik acara juga merupakan alumni Art Management Workshop dan Youth Music Camp tahun-tahun sebelumnya.
Konser kolaborasi ini menunjukkan keberlanjutan dan manfaat nyata dari kerja sama budaya antara Yogyakarta dan Victoria. Di penghujung acara, diumumkan dua peserta yang akan mengikuti program magang di Melbourne selama 30 hari, serta satu peserta terbaik dari Management Workshop yang akan difasilitasi Pemda DIY untuk mengimplementasikan proyek budaya pada tahun 2026 mendatang.
Humas Pemda DIY