MERGANGSAN,REDAKSI17.COM – Pemerintah Kota Yogyakarta terus mendorong tumbuhnya pariwisata berwawasan lingkungan yang berpijak pada prinsip lestari budaya, lestari alam, dan lestari kehidupan. Salah satu wujud nyata upaya tersebut terlihat dalam gelaran Bronto Fest #3 di Kelurahan Brontokusuman. Tahun ini mengusung tema “Bronto Mantu”, Sabtu (18/10).
Kegiatan ini menampilkan simulasi upacara pernikahan Gagrak Jogja lengkap dengan berbagai prosesi adat seperti siraman, panggih, hingga resepsi. Tidak sekadar hiburan, “Bronto Mantu” menjadi ruang edukatif bagi masyarakat untuk memahami dan melestarikan nilai-nilai luhur budaya Yogyakarta.
Selain pertunjukan budaya, acara ini juga dirangkai dengan Gelar UMKM, yang menghadirkan berbagai produk lokal dari masyarakat Brontokusuman sebagai bentuk dukungan terhadap ekonomi kreatif berbasis warga.
Dalam kesempatan tersebut, Wakil Wali Kota Yogyakarta, Wawan Harmawan juga turut hadir dan mengapresiasi kegiatan tersebut. “Nguri-nguri kabudayan seperti ini luar biasa. Ide dan gagasan ini mahal, dan perlu ditiru kelurahan lain,” jelas Wawan saat memberikan sambutan.
Wawan juga memberikan masukan agar kegiatan serupa di tahun berikutnya melibatkan lebih banyak tamu seperti menggandeng Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) dan pihak pariwisata untuk memperluas jangkauan promosi budaya.
Sementara itu, saat ditemui Ketua Panitia Bronto Fest #3, Kusnan Najid, menjelaskan, acara ini bertujuan mengedukasi masyarakat mengenai makna dan filosofi pernikahan tradisional Yogyakarta.
“Kami ingin masyarakat tahu bahwa mantu gagrak Jogja itu sarat nilai kemanusiaan dan kesetaraan. Dalam resepsi adat ini, semua tamu duduk dan makan bersama tanpa perbedaan derajat,” ungkapnya.
Prosesi makan bersama tersebut dikenal dengan istilah Piring Terbang, dimana semua tamu disajikan hidangan secara serentak oleh petugas yang disebut sinoman. “Saat ini seperti piring terbang sudah jarang ditemui di acara pernikahan. Padahal ini sesuatu yang harus dilestarikan,” ujarnya.
Ia berharap, perpaduan harmonis antara pelestarian budaya, pemberdayaan ekonomi warga, dan penguatan identitas pariwisata dapat berkelanjutan di Kota Yogyakarta.