Gedong Tengen,REDAKSI17.COM – Untuk pertama kalinya, Pendidikan Kesetaraan Festival atau DIKTARA FEST digelar pada Selasa (21/10/2025) di Royal Darmo. Menghadirkan 17 Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) dari wilayah Kota Yogyakarta, sebagai ajang untuk mengenalkan secara lebih luas keberadaan dan kiprah pendidikan kesetaraan kepada masyarakat.
Dalam festival ini, masing-masing PKBM menampilkan berbagai hasil karya, mulai dari kerajinan tangan, produk kreasi daur ulang, hingga pertunjukan seni dan kreativitas peserta didik.
Pendidikan kesetaraan merupakan bagian dari layanan pendidikan nonformal yang memberikan kesempatan belajar bagi warga yang belum menempuh pendidikan formal, baik setara SD, SMP, maupun SMA. Melalui kegiatan ini, para peserta didik dan penyelenggara PKBM menunjukkan bahwa pendidikan kesetaraan punya daya saing dalam hal kualitas, kreativitas, dan inovasi.

Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dindikpora) Kota Yogyakarta, Budi Santosa, menyatakan DIKTARA FEST menjadi bagian dari upaya bersama untuk memajukan Yogyakarta sebagai kota pendidikan. Lewat pameran karya dan unjuk bakat peserta didik PKBM.
“Pada tahun 2024, rata-rata lama sekolah di Kota Yogyakarta mencapai 12,2 tahun dan menjadi yang tertinggi di Indonesia. Capaian ini tentu tidak lepas dari peran PKBM yang telah memberi kesempatan belajar bagi anak-anak maupun warga yang belum bisa menempuh pendidikan formal,” ujarnya.
Wakil Wali Kota Yogyakarta, Wawan Harmawan, menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya DIKTARA FEST, yang menjadi momentum penting untuk terus mengembangkan kompetensi peserta didik PKBM agar semakin berdaya saing.
“Pemkot berkomitmen mendukung pendidikan kesetaraan sebagai bagian penting dari Kota Pendidikan yang inklusif dan berkeadilan. Tentu pendidikan non formal ini akan terus dikembangkan, dengan memperkuat kolaborasi antar PKBM serta meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa pendidikan kesetaraan membuka peluang yang sama untuk berkembang dan berdaya,” imbuhnya.

Salah satu perwakilan PKBM, Sigit Nur Cahyo dari PKBM Al-Islam Giwangan, menceritakan perjalanan lembaganya yang telah berdiri sejak tahun 2018, dan memperoleh izin resmi sekitar tiga tahun kemudian.
“Saat ini PKBM Al-Islam Giwangan memiliki sekitar 45 peserta didik, sebagian besar berasal dari wilayah Giwangan dan sekitarnya, termasuk anak-anak dari panti asuhan. Program kesetaraan kami setara jenjang SMP atau Paket B. Selain pelajaran umum, kami juga memiliki program tahfiz dan baca-tulis Al Quran. Di akhir tahun ajaran, anak-anak menampilkan karya mereka melalui pameran seni rupa dan pertunjukan seni sebagai tugas akhir kelas 9,” ceritanya.

Sigit menambahkan, peserta didik di PKBM Al-Islam Giwangan sebagian besar berusia remaja, seusia pelajar SMP. Pihaknya berkomitmen untuk membentuk karakter siswa melalui pendidikan berbasis agama, pemberdayaan, dan keterampilan.
“Alhamdulillah banyak anak yang bisa terus melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA atau SMK hingga perguruan tinggi. Hingga kini PKBM Al-Islam Giwangan telah meluluskan sekitar empat hingga lima angkatan, dengan rata-rata satu kelas berisi 10 hingga 20 peserta didik,“ tambahnya.