Gunungkidul,REDAKSI17.COM – Wakil Bupati Gunungkidul, Joko Parwoto, bersama Wakil Ketua MPR RI, Muhammad Hidayat Nur Wahid, melaksanakan peletakan batu pertama pembangunan Pondok Pesantren Modern Baitussalam 4 di Padukuhan Sumbertetes, Kalurahan Patuk, Senin (27/10/2025).
Dalam sambutannya, Hidayat Nur Wahid menyampaikan Pondok Pesantren Modern Baitussalam ke-4 ini akan mengacu pada sistem pendidikan yang diterapkan di Pondok Modern Darussalam Gontor.
“Yang dihadirkan adalah segala bentuk kebaikan—baik dari sisi kualitas, komitmen, maupun nilai-nilai yang diajarkan. Saya pastikan tidak ada unsur radikalisme di dalamnya,” ujar Hidayat.
Ia menambahkan, baik di Baitussalam maupun di Gontor, para santri dibiasakan melafalkan hymne yang menyebut tiga sosok ibu, Ibu Indonesia, ibu kandung, dan ibu pesantren.
“Dengan begitu, pesantren justru menanamkan nilai-nilai luhur tentang bakti dan cinta kepada ibu. Tidak mungkin mengajarkan hal yang durhaka terhadap ibunya,” tegasnya.
Wakil Bupati Gunungkidul, Joko Parwoto, menyampaikan peletakan batu pertama bukan sekadar simbol dimulainya pembangunan fisik, tetapi juga bentuk komitmen bersama untuk memperluas akses pendidikan keislaman yang berkualitas di Gunungkidul.
“Di tengah derasnya arus digitalisasi dan globalisasi, pesantren memiliki peran penting dalam menjaga moralitas, membangun karakter, dan menyiapkan generasi yang cerdas serta berakhlak mulia,” terang Joko.
|
Joko menegaskan, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul menyambut baik dan memberikan apresiasi setinggi-tingginya atas berdirinya Pondok Pesantren Modern Baitussalam 4.
Ia meyakini keberadaan pesantren ini akan memberi dampak besar bagi penguatan sumber daya manusia yang unggul, religius, dan berdaya saing khususnya di Bumi Handayani.
“Semoga pembangunan Pondok Pesantren Modern Baitussalam 4 ini berjalan lancar, membawa manfaat luas, dan menjadi ladang amal jariyah bagi semua pihak,” pungkasnya.
Pimpinan Pondok Pesantren Modern Baitussalam K.H. Abdul Hakim mengatakan, Ponpes ini akan dibangun diatas tanah seluas 1,5 hektare tidak hanya untuk gedung pondok namun juga untuk lembaga pendidikan dari jenjang Kelompok Bermain (KB) hingga SMA.
“Berawal dari hanya 3 santri saat ini sudah mencapai 2300 santri dari berbagai jenjang pendidikan,” kata Abdul Hakim.
