TEGAL,REDAKSI17.COM — Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PKS, Abdul Fikri Faqih, menekankan pentingnya integrasi teknologi dengan pembelajaran bahasa dan sastra untuk mengatasi rendahnya etika masyarakat Indonesia dalam bermedia sosial.
Penegasan ini disampaikan dalam Workshop Pendidikan bertema “Pemanfaatan Teknologi dalam Pembelajaran Kebahasaan dan Kesastraan” yang digelar oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen RI) pada Sabtu (25/10/2025) di Kota Tegal, Jawa Tengah.
Pria yang akrab disapa Fikri ini menyoroti temuan survei Microsoft 2020, di mana Indonesia menempati urutan ke-29 dari 32 negara dalam hal kaadaban bermedia sosial, bahkan menjadi yang paling tidak sopan di Asia Tenggara.
Ia menyebut, rendahnya etika digital ini dipicu oleh penggunaan media sosial untuk menyebar hoaks atau berita palsu, penipuan, hingga untuk memaki atau bullying.
“Inilah maka kemudian workshop seperti ini menjadi sangat penting, pemanfaatan teknologi dalam mendukung pembelajaran bahasa dan sastra,” kata legislator Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini.
Lebih lanjut, Fikri mengungkapkan sastra menjadi pendekatan yang sangat relevan karena berfungsi meningkatkan kemampuan berbahasa (memilih diksi dan ekspresi yang benar), meningkatkan cara berpikir kritis (tidak hanya mengambil sumber apa adanya), dan menumbuhkan empati sosial.
Legislator dari daerah pemilihan (Dapil) IX Jawa Tengah (Kota Tegal, Kabupaten Tegal, Kabupaten Brebes) ini juga mengingatkan bahwa sastra adalah cara untuk mengungkapkan nilai-nilai kehidupan.
Namun, implementasi teknologi dalam pembelajaran menghadapi tantangan serius, terutama masalah kesetaraan akses koneksi internet antara kota dan desa.
Selain itu, terdapat kendala kompatibilitas antara aplikasi yang disediakan pemerintah dengan gawai yang dimiliki masyarakat, serta kesenjangan pemahaman guru (gaptek), yang dinilai masih menggunakan model pembelajaran yang membosankan.
Fikri juga menyoroti adanya ironi di mana orang kaya di daerah sering membeli gawai berspesifikasi tinggi tetapi hanya digunakan untuk hal sederhana, sementara anak-anak muda di kota menggunakan gawai sederhana untuk memproduksi film hingga berbisnis online.
“Dengan berbagai cara, salah satunya melalui workshop ini, saya berharap seluruh pihak—penyelenggara pendidikan, pendidik, dan tenaga kependidikan—mendapatkan kesadaran dan sarana efektif untuk memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran bahasa dan sastra, demi memajukan pendidikan di Indonesia,”pungkasnya.





