UMBULHARJO,REDAKSI17.COM– Pemerintah Kota Yogyakarta sedang memetakan penambahan Layanan Lansia Terintegrasi (LLT) di beberapa wilayah kelurahan. LLT program berbasis masyarakat yang berfungsi menghubungkan kebutuhan berbagai layanan lansia dengan penyedia layanan. Pengembangan LLT adalah salah satu upaya Pemkot Yogyakarta mewujudkan Yogyakarta menjadi kota ramah lansia.

Kepala Bidang Pemberdayaan dan Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kota Yogyakarta, Indrawati mengatakan sudah ada roadmap terkait pengembangan LLT di Kota Yogyakarta. Lantaran LLT terintegrasi sehingga ada beberapa organisasi perangkat daerah (OPD) Pemkot Yogyakarta yang mendampingi yaitu Dinsosnakertrans, Dinas Kesehatan, Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Pengendalian Penduduk (DP3AP2KB) dengan OPD pengampu utama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda).

“Rencana di 2026 penambahan LLT. Kami baru memetakan mana-mana yang akan mulai penumbuhan LLT. Kami lihat yang potensial di mana. Rencana menambah di tiga wilayah,” kata Indra ditemui di Kantor Dinsosnakertrans Kota Yogyakarta, Selasa (4/11/2025).

Diakuinya penambahan LLT di wilayah baru itu tidak banyak. Dia menyatakan dalam pembentukan LLT harus ada kekuatan besar dari masyarakat karena program itu berbasis masyarakat. Dalam pembentukan LLT di suatu wilayah harus melihat potensi jumlah lansia, kekuatan komisi lansia dan relawan yang menjadi penggerak. Dalam pengembangan LLT para pengelolanya akan dilatih dari Bappeda.

Dokumentasi kegiatan pelatihan Layanan Lansia Terintegrasi terkait perawatan lansia.

“LLT itu sebenarnya sebagai penghubung atau hub untuk layanan lansia. Karena lansia itu ada yang masih mandiri, tidak mandiri tapi masih ada yang bisa  sendiri dan level tiga yang bedrest. Yang jadi fokus Dinsosnakertrans yang level tiga agar lansia-lansia yang bedrest ini tidak menjadi lansia yang terlantar,” terangnya.

LLT awalnya dibentuk di Kelurahan Wirogunan sebagai pilot project di tahun 2022. Kemudian direplikasi di 5 kelurahan yakni Purbayan, Gedongkiwo, Semaki, Baciro dan Kotabaru. Program itu direplikasi karena dengan berbasis masyarakat atau komunitas pengelolaan lansia bisa dilakukan bersama dengan pemerintah. Masyarakat di wilayah itu yang lebih mengetahui kondisi lansia wilayahnya.

“Menurut saya keberadaan LLT efektif karena penggeraknya dari berbagai sisi. LLT di enam wilayah ini polanya berbeda-beda. Misal Kotabaru itu banyak CSR sehingga muda aksesnya. Harapan kami dengan adanya LLT sebagai salah satu bentuk rehabilitasi sosial di luar panti agar lansia tidak terlantar,” papar Indra.

Dokumentasi kegiatan kunjungan sapa lansia oleh mahasiswa bersama pengelola LLT.

Dia menyebut berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024 jumlah lansia di Kota Yogyakarta sebanyak 60.070 jiwa. Jumlah itu sekitar 16 persen dari total penduduk Kota Yogyakarta. Menurutnya jumlah tersebut harus menjadi perhatian agar lansia tidak menjadi beban, tapi bisa menjadi potensi apabila diberdayakan.

Sedangkan jumlah lansia yang di level 3 atau bedrest dia menyampaikan sebanyak 1.139 jiwa. Indra menjelaskan bentuk-bentuk kegiatan LLT untuk lansia yang bedrest terkait keperawatan dan caregiver guna mengakses layanan yang dibutuhkan. Misalnya ada lansia di Semaki yang membutuhkan alat bantu kursi roda, kemudian LLT membantu mengakses ke Dinsosnakertrans Kota Yogyakarta. Selain itu melakukan sapa lansia yang melibatkan mahasiswa untuk berkunjung menyapa lansia.

Program LLT juga sinergi dengan program lansia yang digagas Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo antara lain layanan pemeriksaan gratis untuk lansia dan satu kampung satu bidan di mana salah satu tugasnya memantau kesehatan lansia. “Jadi di LLT itu yang lansia bedrest didatangi. LLT yang sudah ada ketemu program skrining gratis lansia jadi lebih bagus dan lebih sering skrining,” pungkasnya