UMBULHARJO,REDAKSI17.COM – Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menggandeng Kelompok Tangguh Bencana (KTB) melaksanakan simulasi peralatan Early Warning System (EWS) atau Sistem Peringatan Dini Banjir di lima titik lokasi, yakni Sungai Winongo, Sungai Code, Sungai Gajah Wong, Kali Buntung, serta Kali Belik.
Kegiatan simulasi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan KTB serta kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi potensi bencana alam, khususnya banjir, di wilayah Kota Yogyakarta.
Kepala Pelaksana BPBD Kota Yogyakarta, Nur Hidayat, menjelaskan kegiatan ini merupakan langkah antisipatif menghadapi potensi cuaca ekstrem yang diperkirakan akan terjadi hingga awal tahun depan.
“Simulasi ini untuk memastikan seluruh sistem peringatan dini berfungsi dengan baik. Karena menurut prakiraan BMKG, mulai Oktober hingga Januari nanti akan terjadi peningkatan curah hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi yang berpotensi menimbulkan bencana,” ujarnya saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (4/11).
Menurutnya, saat ini BPBD Kota Yogyakarta telah memiliki 26 perangkat EWS yang tersebar di berbagai sungai. Ia juga telah memastikan EWS yang tersebar berfungsi dengan baik.
“Karena cuaca ekstrim dapat mempengaruhi jaringan listrik dan komunikasi, maka kita juga menyiapkan sistem cadangan seperti radio HT di setiap wilayah untuk memastikan komunikasi tetap berjalan bila sistem utama terganggu,” tambahnya.
Ia menambahkan, berdasarkan analisis cuaca dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah DIY, terpantau adanya peningkatan pembentukan awan hujan di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya. Untuk itu, ia menghimbau kepada masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem berupa hujan lebat yang dapat disertai kilat, angin kencang, serta potensi banjir, tanah longsor, dan puting beliung, terutama bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana hidrometeorologi.
Pihaknya juga terus mengoptimalkan peran anggota KTB di lapangan. Setiap anggota dijadwalkan piket rutin dua kali sehari pada pukul 09.00 pagi dan 21.00 malam untuk memantau kondisi wilayah dan melaporkan perkembangan potensi bencana.
“Kami sudah mengirimkan surat edaran kepada seluruh warga terkait masuknya musim cuaca ekstrem. Sosialisasi juga terus kami lakukan agar masyarakat semakin siap dan tanggap terhadap potensi bencana,” ungkapnya.
Ia menambahkan, peristiwa cuaca ekstrem yang terjadi di Kota Yogyakarta pada tanggal 21 Oktober 2025 lalu menjadi pengingat akan pentingnya kesiapsiagaan masyarakat. “Saat itu tercatat hampir 50 kejadian, di antaranya 22 pohon tumbang, 10 atap rumah roboh, kerusakan jaringan TV, serta beberapa baliho ambruk. Ini menjadi pelajaran bersama agar masyarakat selalu waspada dan siap menghadapi perubahan cuaca ekstrem,” tegasnya.
Dalam simulasi EWS tersebut, salah satu lokasi yang merasakan manfaatnya adalah warga Kali Belik, tempat dimana sistem peringatan dini tersebut telah dipasang sekitar dua tahun lalu.
Hal ini disampaikan oleh salah satu anggota Kelompok Tangguh Bencana (KTB) Kali Belik, Jarwo Kuswanto. Ia mengungkapkan, pemasangan EWS di wilayahnya berfungsi dengan baik dan sering memberikan peringatan dini ketika debit air meningkat, meskipun banjir besar sudah jarang terjadi.
“EWS ini sudah dipasang sekitar dua tahun. Bunyi peringatannya sering terdengar. Namun sampai saat ini belum pernah terjadi banjir besar di sini,” katanya.
Jarwo menambahkan, sebelum adanya pembangunan talud, wilayah sekitar Kali Belik kerap mengalami banjir setiap kali turun hujan deras.
“Dulu kalau hujan satu jam saja, air bisa naik sampai di atas mata kaki. Tapi sejak ada talut dan embung, sekarang hampir tidak pernah banjir lagi. Debit air rata-rata sekitar 200 meter, tapi masih aman dan tidak sampai meluap ke pemukiman,” ujarnya.
Ia berharap pemerintah dapat menindaklanjuti usulan warga terkait pembenahan dan pembersihan rutin Kali Belik, termasuk pemasangan jaring sampah di beberapa titik untuk menahan sampah kiriman dari hulu.



