Pakualaman,REDAKSI17.COM – Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo meninjau langsung kondisi Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Graha Bina Harapan pada Kamis (6/11). Kunjungan ini dilakukan untuk melihat secara nyata situasi hunian warga dan memastikan fasilitas rusunawa tetap layak digunakan.

Dalam peninjauan tersebut, Hasto menyampaikan bahwa kunjungan ke lapangan penting dilakukan untuk memahami kondisi warga secara langsung, terutama mereka yang tinggal di fasilitas milik pemerintah.

“Saya ingin memastikan bahwa penghuni di sini bisa hidup dengan layak dan nyaman. Jangan sampai kota ini terlihat bagus dari luar, tapi warganya justru hidup dalam kesulitan,” ujarnya.

Hasto menyoroti sejumlah bagian bangunan yang perlu segera diperbaiki, terutama di lantai atas yang mengalami kebocoran. “Tadi saya lihat banyak atap dan dinding yang bocor, apalagi di lantai lima. Saya sudah minta Dinas PUPKP untuk segera memperbaikinya. Kalau bisa, juga ditambah kanopi supaya air hujan tidak masuk ke kamar,” kata Hasto.

Wali kota juga menyoroti kondisi di lantai lima rusunawa yang mengalami kebocoran parah, hingga membuat penghuni kesulitan menata kamar. “Yang di lantai 5 ini paling kasihan. Air blewer dari atas, jadi kasurnya enggak bisa mepet ke dinding. Sudah capek, masih bocor pula,” jelasnya.

Menurutnya, banyak warga Kota Yogyakarta yang tampak hidup di lingkungan kota yang tertata, namun sebenarnya tinggal dalam kondisi yang memprihatinkan. Ia menilai bahwa hunian di rusunawa harus dikelola dengan baik agar tetap manusiawi.

Hasto Wardoyo meninjau Rusunawa

“Saya melihat ada kamar yang sempit, tapi dihuni lima orang. Ini harus jadi perhatian kita bersama. Tinggal di rusunawa itu harusnya membuat hidup lebih tertata, bukan malah menambah beban,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala UPT Pengelolaan Rusunawa Kota Yogyakarta, Kuswarjanta Adi Nugraha, menjelaskan bahwa Rusunawa Graha Bina Harapan memiliki 68 unit hunian tipe studio (tipe 21) dengan luas sekitar 21–22 meter persegi. Tarif sewanya bervariasi antara Rp100.000 hingga Rp400.000 per bulan, tergantung pada lantai.

“Yang di lantai satu sekitar seratus ribu rupiah, sementara lantai dua sampai lima antara tiga ratus empat puluh ribu sampai empat ratus ribu rupiah,” jelasnya.

Kuswarjanta menambahkan, pihaknya terus melakukan pemeliharaan rutin setiap tahun sesuai dengan prioritas kebutuhan. “Masukan dari Pak Wali tadi sangat kami terima. Untuk kanopi di lantai lima memang baru kami kerjakan tahun ini di bagian belakang, yang depan belum. Jadi perbaikannya bertahap. Fokus kami selama ini pada bagian atap yang paling mendesak,” terangnya.

Adapun penghuni rusunawa umumnya merupakan keluarga berpenghasilan 1 sampai 2 kali Upah Minimum Regional (UMR) dan belum memiliki rumah. “Syaratnya antara lain belum punya rumah, sudah berkeluarga, dan memiliki anak. Kalau ketahuan sudah punya rumah, wajib mengundurkan diri,” ujarnya.

Setiap penghuni menempati unit dengan masa kontrak tiga tahun dan dapat diperpanjang satu kali periode hingga maksimal enam tahun. Kuswarjanta menambahkan, tingkat hunian di Graha Bina Harapan cukup tinggi, bahkan terdapat daftar tunggu bagi calon penghuni baru.

Sebagai perbandingan, tarif di rusunawa lain di Kota Yogyakarta bervariasi sesuai tipe bangunan. “Kalau di Rusunawa Bener misalnya, tarifnya antara Rp455.000 sampai Rp615.000 per bulan karena tipenya lebih besar, tipe 36 dengan dua kamar,” jelas Kuswarjanta.

Hasto Wardoyo berbincang dengan salah satu penghuni rusunawa

Salah satu penghuni lantai tiga, Ibu Sri Yuntari (44), mengungkapkan bahwa dirinya telah tinggal di Rusunawa Graha Bina Harapan beberapa tahun ini.

“Harapannya ya bisa punya rumah sendiri, karena di sini sempit untuk saya. Anak saya dua, sudah besar, tapi harus tidur di satu ruangan yang juga jadi tempat makan,” ujarnya.

Meski bersyukur mendapat tempat tinggal, Ibu Sri juga menyampaikan beberapa kendala yang masih dirasakan penghuni. “Kadang ada kebocoran, fasilitas rusak, itu harusnya segera diperbaiki. Terus anak-anak juga enggak punya tempat bermain,” tuturnya.