Jakarta,REDAKSI17.COM – Presiden Prabowo Subianto memerintahkan percepatan 18 proyek hilirisasi di sektor mineral dan batu bara. Keseluruhan nilai dari proyek tersebut mencapai Rp600 triliun.
“Hari ini kami rapat sama Bapak Presiden, khususnya menyangkut dengan percepatan hilirisasi. Nah, hilirisasi ini baik di sektor perikanan, kemudian di sektor pertanian, dan di sektor energi dan mineral batu bara,” tutur Menteri ESDM Bahlil Lahadalia di Istana Negara, Jakarta, Kamis (6/11/2025).
Menurut Bahlil, dari 18 proyek tersebut sudah ada yang selesai studi pra kelayakan atau pre-feasibility study serta dibahas bersama Danantara. Bahkan, diyakini dapat diselesaikan 2025 ini dan beroperasi pada 2026.
“Tadi Pak Rosan (Rosan Roeslani selaku CEO Danantara) juga, kita akan selesaikan di tahun ini untuk semuanya, dan di 2026 langsung pekerjaan di lapangan bisa berjalan,” jelas dia.
Lebih lanjut, Bahlil menyebut bahwa percepatan 18 proyek hilirisasi tersebut akan menciptakan pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja, serta produk yang dihasilkan dapat menjadi substitusi impor.
“Produk-produknya itu menjadikan sebagai substitusi impor. Salah satu diantaranya adalah menyangkut dengan DME (dimethyl ether),” Bahlil menandaskan.
Hilirisasi Batu Bara Pengganti LPG, Bahlil Pikir-Pikir
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia masih memfinalisasi mitra teknologi hilirisasi batu bara jadi Dimethyl Ether (DME) pengganti LPG. Ada tiga negara yang berpotensi masuk, yakni China, Eropa, hingga Korea Selatan.
Bahlil menuturkan, saat ini pemerintah masih melakukan uji coba feasibility study (FS) termasuk menilik teknologi yang tepat. Sudah ada pertimbangan melibatkan China dan gabungan Eropa dan Korea Selatan dalam daftarnya.
“DME, kita belum finalkan. Sekarang kita lagi uji FS-nya dengan teknologinya. Tetapi ancang-ancangnya sudah ada dua. Satu dari China, satu gabungan antara Korea dan Eropa. Nanti kita lihat, finalnya nanti kita lihat ya,” jelas Bahlil usai Sarasehan 100 Ekonom, di Jakarta, Selasa (28/10/2025).
Dia memastikan tak ada masalah pada aspek infrastruktur penunjang hilirisasi DME tersebut. Termasuk juga dengan kebutuhan pasokan batu bara untuk diproses jadi DME.
“Enggak ada masalah. Karena DME itu pakai batu bara low kalori, dan batubara kita cadangan kita banyak sebenarnya, dan teknologinya sekarang sudah jauh lebih efisien,” ujarnya.
“Memang kesini-kesini teknologinya semakin berinovasi ya. Jadi akan jauh lebih baik,” Bahlil Lahadalia menambahkan.
Ditentukan Danantara
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan hilirisasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) dilakukan mulai 2026. Hanya ada dua telnologi yang akan masuk kriteria yaitu China dan Eropa.
Bahlil menjelaskan, proyek hilirisasi DME ini telah melewati masa pra-feasibility study (FS), sejalan dengan 18 proyek hilirisasi. Adapun, finalisasinya saat ini digodok Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara).
“Sekarang, dari pra FS itu dipelajari oleh konsultan untuk finalisasi di Danantara. Dari sekian banyak, 18 project itu salah satunya adalah DME,” ungkap Bahlil usai acara Anugerah Subroto, di Hotel Kempinski, Jakarta, Jumat (24/10/2025).
Dia mengatakan, proyek ini akan dimulai pada 2026. Penentuan mitranya sendiri dilimpahkan ke Danantara. Dia meyakini hilirisasi DME bisa menjadi substitusi impor LPG nasional.





