Danurejan,REDAKSI17.COM – Pemerintah Kota Yogyakarta mulai menertibkan sampah visual dengan menurunkan berbagai baliho berisi foto pejabat, termasuk milik Pemkot sendiri. Langkah ini dimulai langsung oleh Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo pada Minggu (23/11/2025) saat membersihkan baliho di depan Puskesmas Danurejan II.
Hasto menegaskan bahwa materi komunikasi pemerintah harus kembali pada pesan, bukan figur. Ia meminta semua baliho bergambar dirinya dan wakil wali kota diturunkan dan diganti dengan konten edukatif, seperti pesan penurunan stunting atau layanan publik lainnya.
“Foto saya dibersihkan saja, yang penting pesannya. Kalau hanya menjadi sampah visual untuk apa? Lebih baik diganti dengan pesan yang bermanfaat untuk masyarakat. Diganti dengan edukasi mencegah stunting, atau layanan apa saja yang bisa diakses masyarakat,” tugasnya.

Ia menyebut saat ini masih ada tujuh titik baliho bergambar dirinya dan semuanya akan diganti. Menurutnya, pemasangan foto pejabat hanya wajar pada konteks tertentu, seperti ucapan Idulfitri, tetapi tidak untuk memenuhi ruang kota secara berlebihan.
Di sisi lain, Hasto juga meminta pelaku ekonomi kreatif menyusun ide-ide baru hingga calendar of event Kota Yogyakarta 2026, termasuk memasukkan potensi kawasan seperti Kotagede.
“Bersih-bersih yang saya jalankan ini kan land clearing, untuk menciptakan kota yang rapi, sedangkan substansi pembangunan, mulai dari peningkatan pariwisata, amenitas, hingga integrasi akses mesti diisi melalui kolaborasi masyarakat, ekonomi kreatif dan investor,” imbuhnya.

Sejalan dengan itu Ketua Komite Ekonomi Kreatif Kota Yogyakarta, M. Arief Budiman, mendukung langkah tersebut dan menilai fokus komunikasi publik harus pada karya dan hasil, bukan figur. Ia juga menyoroti pentingnya calendar of event yang terencana untuk mendorong perputaran ekonomi.
“Calendar of event itu memberikan pesan kepada wisatawan dan investor bahwa tahun depan sudah tertata. Problem event tanpa kalender adalah promosi yang tidak efektif, penonton sedikit, padahal biayanya besar,” ujarnya.
Menurutnya, event besar seperti Art Jog ataupun JAFF yang memiliki agenda tetap terbukti menarik wisatawan mancanegara dan berdampak signifikan pada ekonomi daerah.
“Penyusunan kalender event juga dapat mengisi bulan-bulan non-peak agar okupansi hotel dan perputaran ekonomi lebih stabil sepanjang tahun. Sinergi antara pemerintah, komunitas, pelaku usaha, dan pemangku kepentingan lainnya inilah yang berperan penting agar ekosistem ekonomi kreatif semakin kuat,” tambahnya.


