Home / Daerah / DIY Jadi Lokus Global Penguatan Ekonomi Inklusif 2025

DIY Jadi Lokus Global Penguatan Ekonomi Inklusif 2025

Sleman,REDAKSI17.COM – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Sekretariat Negara, Kementerian Dalam Negeri, dan Kementerian Sosial, bekerja sama dengan Pemerintah Jerman melalui GIZ Indonesia dan ASEAN, serta Pemerintah Yordania, secara resmi membuka rangkaian kegiatan South-South and Triangular Cooperation on Inclusion and Economic Empowerment for Persons with Disabilities (SSTC IEE) 2025 di Mustika Yogyakarta Resort & Spa, Sleman, pada Selasa (25/11). Forum kolaborasi tiga negara ini berkomitmen memperkuat ekosistem ekonomi inklusif bagi penyandang disabilitas di tingkat global.

SSTC IEE merupakan kerja sama multilateral yang diinisiasi sejak Desember 2024 dan dijadwalkan berlangsung hingga 2027. Kolaborasi multistakeholder ini diharapkan memperkuat jejaring pembelajaran dan membuka peluang replikasi model inklusi di berbagai wilayah. DIY dipilih sebagai lokus penyelenggaraan karena dinilai memiliki ekosistem inklusi yang progresif dan mampu menjadi model pembelajaran internasional.

Pembukaan program dihadiri Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setda DIY, Aria Nugrahadi; Secretary-General of the Higher Council for the Rights of Persons with Disabilities Kerajaan Yordania, Muhannad Alazzeh; perwakilan Kementerian Sekretariat Negara RI beserta jajaran; perwakilan Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Sosial; mitra pembangunan dari Pemerintah Jerman melalui GIZ Indonesia dan ASEAN; serta para peserta forum.

Aria Nugrahadi, yang mewakili Gubernur DIY, menyampaikan apresiasi atas kepercayaan yang diberikan kepada DIY sebagai lokus penyelenggaraan SSTC IEE. Menurutnya, kehadiran peserta dari Indonesia, Jerman, dan Yordania mencerminkan komitmen global untuk memperkuat inklusi dan pemberdayaan ekonomi bagi penyandang disabilitas.

“DIY dipilih bukan tanpa alasan. Kami telah menempuh perjalanan panjang dalam menegakkan prinsip penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas sebagaimana tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2022. Perda tersebut menjadi landasan penguatan kebijakan, pelayanan publik, serta peningkatan partisipasi penyandang disabilitas dalam berbagai aspek kehidupan,” terangnya.

Dalam beberapa tahun terakhir, Pemda DIY mengembangkan ekosistem inklusi berbasis kolaborasi multipihak. Pemerintah Daerah menggandeng organisasi masyarakat sipil, perguruan tinggi, komunitas disabilitas, hingga sektor swasta untuk menghadirkan model pemberdayaan ekonomi berbasis hak. Pelatihan UMKM disabilitas, pendampingan usaha, serta dukungan pemasaran menjadi bagian penting dalam penguatan kemandirian ekonomi penyandang disabilitas.

Upaya peningkatan aksesibilitas ruang publik juga terus dilakukan secara berkelanjutan. Mulai dari koridor Malioboro, kawasan Kotabaru, hingga daerah heritage lainnya telah dilengkapi dengan guiding block, rampsignage inklusif, serta transportasi publik Trans Jogja yang terus disempurnakan agar semakin ramah disabilitas. “Aksesibilitas adalah hak dasar warga,” tegas Aria.

Ekosistem inklusi DIY juga diperkaya oleh peran perguruan tinggi dan komunitas seni budaya. Pendidikan inklusif, seni pertunjukan inklusif, hingga inovasi teknologi bantu menjadi kekuatan yang mendorong perubahan sosial. Hal ini selaras dengan nilai budaya Yogyakarta, Hamemayu Hayuning Bawana, yakni upaya mewujudkan kemaslahatan bagi seluruh manusia tanpa terkecuali.

Aria berharap forum SSTC IEE dapat menjadi wahana saling belajar antarpeserta, sekaligus memperluas pemahaman mengenai praktik baik yang dapat direplikasi di berbagai negara. “Semoga pertemuan ini menjadi langkah nyata menuju masyarakat yang inklusif, adil, dan berdaya,” ujarnya.

Sekretaris Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial Kemensos RI, Idit Supriadi Priatna, yang membacakan sambutan Menteri Sosial, menegaskan DIY merupakan tempat yang tepat untuk memulai perjalanan pembelajaran bersama dalam forum ini. Menurutnya, DIY telah lama dikenal progresif dalam memajukan hak penyandang disabilitas melalui kebijakan daerah, layanan publik inklusif, hingga kolaborasi lintas sektor.

“Kegiatan ini memiliki tujuan mulia, yakni memperkuat inisiatif lokal dalam pemberdayaan ekonomi dan inklusi sosial penyandang disabilitas di Indonesia, Yordania, dan Jerman. Ini menempatkan setiap negara sebagai mitra yang setara. Kami berharap forum ini menjadi ruang dialog yang jujur dan produktif serta melahirkan inovasi yang bermanfaat bagi penyandang disabilitas,” ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Biro Kerja Sama Teknik Luar Negeri Kemensetneg, Noviyanti, menjelaskan SSTC IEE bertujuan memperkuat ekosistem pemberdayaan ekonomi inklusif melalui pertukaran pengalaman, peningkatan kapasitas, dan kolaborasi lintas negara. Program ini diharapkan menghasilkan pembelajaran bersama, praktik baik, serta model kolaborasi yang dapat direplikasi di berbagai konteks nasional maupun daerah.

“DIY telah berhasil mengembangkan praktik unggulan dalam regulasi responsif disabilitas, model layanan terpadu, serta penyediaan alat bantu adaptif. Praktik baik seperti yang dikembangkan DIY telah terbukti mampu menjawab tantangan di tingkat akar rumput dan perlu terus dikembangkan, direplikasi, dan diperluas pada tingkat lokal, nasional, hingga global,” jelasnya.

Tahun ini, SSTC IEE berlangsung pada 25–29 November 2025 dan diikuti oleh 22 peserta dari tiga negara. Rangkaian kegiatan mencakup sesi panel kebijakan, diskusi tematik, peer learning sessionsfield visit ke lokasi-lokasi praktik baik inklusi di DIY, serta kunjungan budaya untuk memperkaya pemahaman lintas negara dan lintas budaya.

Humas Pemda DIY

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *