Manado,REDAKSI17.COM – Ketua Harian DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Ahmad Ali meresmikan Kantor Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PSI Sulawesi Utara di Kota Manado pada Kamis, 27 November 2025. Peresmian kantor baru ini diharapkan menjadi ruang aktivitas politik sekaligus ruang interaksi masyarakat dengan PSI di daerah.
Dalam sambutannya, Ahmad Ali berharap kantor baru tersebut dapat dimanfaatkan secara maksimal, sehingga bisa memberi ruang aktivitas untuk masyarakat.
“Mudah-mudahan kantor ini bisa digunakan sebagaimana fungsinya, dan mudah-mudahan ini bisa diluas ke satu petak lagi, sehingga kemudian bisa beraktivitas, bisa memberi ruang aktivitas untuk masyarakat yang ada di daerah-daerah sini, sehingga PSI Sulawesi Utara bisa lebih dekat dengan masyarakat. Kedepannya kita ingin semua kantor-kantor PSI itu harus terbuka untuk aktivitas masyarakat,” ucap Ahmad Ali.
Ia menegaskan bahwa kantor partai harus menjadi wadah untuk membicarakan kepentingan luas, bukan semata urusan internal.
“Kantor-kantor PSI itu harus dibuka untuk membicarakan tidak hanya untuk kepentingan PSI, tapi juga untuk membicarakan kepentingan masyarakat. Karena sejatinya kita ingin menyatukan masyarakat dengan PSI, dengan partai,” katanya.
Ahmad Ali juga menekankan pentingnya PSI mendengar aspirasi masyarakat sebagai bekal perjuangan politik.
“PSI harus lebih banyak mendengar keluhan-keluhan masyarakat, karena insyaallah ketika kedepannya PSI diamanati oleh rakyat, menjadi anggota parlemen, kita sudah punya belanja masalah yang cukup,” ucapnya.
Lebih jauh, ia menyampaikan semangat PSI untuk memperkuat basis dukungan di Sulawesi Utara. Ahmad Ali menggambarkan PSI sebagai partai yang kuat dan solid.
“Kandang banteng, saya tidak tahu tapi yang pasti setiap daerah kita berjuang untuk bahwa gajah akan juga tiap daerah akan jadi
Ia menegaskan jika saat ini PSI bukan partai yang lemah lembut, melainkan seperti filosofi gajah yang kuat dan bergerombol.
“PSI hari ini bukan partai yang lemah lembut tapi PSI adalah gajah. Kami gajah hari ini, jadi di setiap daerah kami datang dengan cara yang teratur, berbaris, karena gajah itu selalu hidupnya bergerombol. Santun berbaris, yang tidak berbaris itu manusia hutan,” pungkasnya.





