Home / Daerah / DIY Tonjolkan Kolaborasi Lintas Sektor untuk Mempercepat Pemberantasan TB

DIY Tonjolkan Kolaborasi Lintas Sektor untuk Mempercepat Pemberantasan TB

Yogyakarta,REDAKSI17.COM  – Gerakan kolaboratif penanggulangan tuberculosis (TB) tidak hanya bertumpu pada sektor kesehatan, tetapi juga melibatkan peran aktif masyarakat secara luas. Melalui rangkaian Active Case Finding (ACF) TB berbasis laboratorium yang selama beberapa hari terakhir menyasar ribuan pelaku wisata di kawasan Malioboro dan Keraton, upaya ini menjadi salah satu wujud nyata pemberantasan TB di DIY.
Dalam kesempatan tersebut, Sekretaris Daerah DIY, Ni Made Dwipanti Indrayanti membacakan sambutan Gubernur DIY, menyampaikan apresiasi atas pelaksanaan skrining yang telah melibatkan tenaga kesehatan, komunitas, dan para pelaku wisata. Kegiatan ini telah menjangkau sekitar 2.000 pelaku wisata di Malioboro dan Keraton Yogyakarta.
“Atas nama Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta, saya menyampaikan apresiasi yang tulus atas terlaksananya rangkaian skrining TBC aktif berbasis laboratorium yang hari ini kita tutup bersama. Kegiatan yang menjangkau sekitar 2.000 pelaku wisata di kawasan Malioboro dan Keraton ini bukan hanya sebuah program kesehatan, tetapi sebuah bentuk nyata dalam merawat ruang hidup Yogyakarta sebagai kawasan budaya, wisata, dan ekonomi yang sehat serta berkeadaban,” ujar Sekda DIY di Gedhong Pracimasana, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Sabtu (29/11).
Ni Made menyoroti capaian penanggulangan TB di DIY yang masih perlu dipercepat. “Penemuan kasus baru mencapai 63% dari target nasional 90%. Angka keberhasilan pengobatan berada pada 83,4%, dan cakupan Terapi Pencegahan TB baru 42,2%,” paparnya.
Karena itu, kegiatan ACF TB dipandang sebagai intervensi strategis. Selain menghadirkan deteksi dini, layanan laboratorium Open PCR, dan investigasi kontak, kegiatan ini ditempatkan di kawasan wisata yang menjadi pusat aktivitas sosial Yogyakarta. Dengan begitu, pendekatan penanggulangan TB tidak hanya berfokus pada fasilitas kesehatan, tetapi turun langsung ke ruang publik.
Ni Made turut menekankan bahwa keberhasilan ACF tidak lepas dari penyatuan peran berbagai pihak. “Dengan kolaborasi Balai Besar Labkesmas, Dinas Kesehatan, Keraton Yogyakarta, puskesmas, rumah sakit, komunitas, dan asosiasi pelaku wisata DIY menunjukkan bahwa penanganan TB bukan semata urusan medis, melainkan gerakan sosial yang melibatkan semua pihak,” tuturnya.
Lebih lanjut, Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Benjamin Paulus Octavianus, mengapresiasi langkah Daerah Istimewa Yogyakarta dalam pelaksanaan ACF TB berbasis laboratorium, yang dinilai memiliki keunggulan pada kekuatan kolaborasi lintas sektor. Ia menilai DIY memiliki pendekatan yang menonjol dalam pelaksanaan ACF, terutama dari sisi sinergi antarinstansi.
“Kami melihat apa yang bisa dibuat oleh Jogja sebelumnya kami di provinsi yang lain. Nah ternyata di Jogja punya kelebihan terjadi kolaborasi lintas sektor. Tadi ada dari dinas kesehatan, dinas pariwisata, juga dengan teman-teman dari TNI, ada teman-teman dari berbagai masyarakat peran serta masyarakat,” jelas Benjamin.
Wamenkes juga secara khusus menyoroti dukungan Keraton Yogyakarta yang turut membuka akses skrining bagi abdi dalem. “Jadi kolaborasi ini yang kita lakukan termasuk tadi dari keraton ya. Tadi keraton juga membuka tempatnya untuk memeriksa semua abdi dalemnya tadi ada 500 orang lebih. Inilah yang ingin kita contoh, ini kita lakukan apa yang baik di Jogja bisa diimplementasikan di wilayah lain di Indonesia,” ungkapnya.
Benjamin pun menyampaikan bahwa percepatan eliminasi TB membutuhkan dukungan menyeluruh dari berbagai kementerian dan lembaga. “Karena sebelumnya pemberantasan tuberculosis itu melibatkan 15 kementerian. Sekarang kita sedang siapkan presiden akan membuat kepres baru, revisi kepres melibatkan 31 kementerian dan lembaga,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa TB tidak hanya dapat diselesaikan melalui sektor medis melainkan turut serta dari berbagai sektor. “Karena pemberantasan TB itu bukan murni kerjaan dokter saja. Tapi bagaimana sanitasi lingkungan dia dibuat bagus, rumahnya harus dibantu untuk diberikan ventilasi, lantainya mungkin harus ada keramik dan ada air bersih, adanya jamban yang baik,” jelasnya.
HUMAS PEMDA DIY

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *