Umbulharjo,REDAKSI17.COM – Peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) dan HUT ke-75 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) berlangsung meriah di Grha Pandawa, Balai Kota Yogyakarta, Minggu (30/11). Kegiatan yang diselenggarakan oleh IDI Daerah Istimewa Yogyakarta tersebut menghadirkan layanan pemeriksaan kesehatan lengkap dari berbagai spesialis, talk show kesehatan, senam bersama, hingga pembagian tali asih bagi marbot masjid.

Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo hadir memberikan apresiasi mendalam kepada IDI DIY atas terselenggaranya kegiatan kesehatan terpadu tersebut. Menurutnya, dukungan para dokter dan tenaga kesehatan sangat penting bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia di Kota Yogyakarta.

“Saya sangat apresiasi kepada IDI Daerah Istimewa Yogyakarta. Ternyata luar biasa, semua spesialis ada di sini. Kami mengucapkan beribu terima kasih kepada IDI yang dengan berbagai upayanya bisa sukses menyelenggarakan kegiatan hari ini,” ungkapnya.

Hasto menegaskan bahwa Kota Yogyakarta mengandalkan kualitas sumber daya manusia, mengingat ketersediaan sumber daya alam yang terbatas. Karena itu, kegiatan bakti sosial berupa pemeriksaan kesehatan menjadi bentuk nyata kolaborasi dalam menjaga kesehatan masyarakat.

Wali Kota Yogya, Hasto Wardoyo berdiskusi dengan para dokter

Menurutnya, kegiatan screening kesehatan seperti ini mengisi celah pelayanan yang belum dapat dijangkau skema jaminan kesehatan. Ia juga menilai pendekatan komprehensif tersebut menjawab kebutuhan masyarakat.

“Screening itu kalau tidak dikerjakan seperti ini, maka sulit dilakukan karena belum ditanggung BPJS. Dengan bakti sosial seperti hari ini, fill the gap, mengisi celah yang belum bisa dilaksanakan,” jelasnya.

Dalam kesempatan tersebut, Hasto juga mengajak IDI untuk terus menjalankan program-program nyata yang berkelanjutan. Ia berharap IDI memiliki eksistensi kuat melalui aktivitas yang berdampak langsung bagi masyarakat.

“Kalau ada program yang continuing dan in action yang betul-betul nyata, marilah kita kerjakan bersama,” ujarnya.

Hasto Wardoyo  juga menyoroti sejumlah persoalan kesehatan di Kota Yogyakarta yang membutuhkan dukungan lintas profesi, mulai dari tuberkulosis (TB), lingkungan permukiman kumuh, hingga tantangan stunting. Berdasarkan data nasional, angka stunting Kota Yogyakarta tahun 2024 berada di kisaran 14,8 persen, jauh dibawah target nasional 20 persen, namun masih perlu upaya lebih keras. Selain itu masalah lingkungan, sanitasi, dan pencahayaan rumah masih menjadi faktor sensitif yang mempengaruhi kesehatan masyarakat.

“TB masih menjadi masalah serius. Di gang-gang sempit banyak rumah tidak higienis dan kurang cahaya matahari. Itu menyebabkan TB masih cukup banyak, termasuk kasus multi-drug resistant,” terangnya.

Selain itu, ia mengungkapkan bahwa persentase lansia di Kota Yogyakarta mencapai 16,22 persen, tertinggi secara nasional. Kondisi ini menunjukkan harapan hidup yang tinggi, sekaligus menjadi alasan pentingnya pemeriksaan kesehatan rutin. “Artinya Insyaallah kalau tinggal di Jogja panjang umur,” katanya.

Screening kesehatan

Ketua IDI DIY, Heri Setyanto, menjelaskan bahwa rangkaian kegiatan ini merupakan bagian dari peringatan HUT IDI ke-75 sekaligus peringatan HKN. Menurutnya, tema yang diusung baik oleh Kementerian Kesehatan maupun IDI sama-sama menekankan pentingnya pencegahan.

“Ini merupakan wujud bakti IDI yang sudah 75 tahun berdiri. Kita membantu Pemerintah, karena penyakit itu lebih bagus dicegah daripada diobati,” ungkap Heri.

Kegiatan diawali dengan senam kesehatan sebagai upaya menjaga kebugaran masyarakat. IDI DIY juga menggelar Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang menjadi pusat perhatian warga. Heri menekankan bahwa deteksi dini sangat menentukan keberhasilan pengobatan sekaligus mengurangi beban anggaran negara.

“Kalau penyakit itu dideteksi awal, pasti pengobatannya lebih gampang dan lebih murah. Karena anggaran kesehatan kita sebagian besar habis untuk tindakan kuratif. Tahun 2025 itu sekitar Rp 218 triliun,” jelasnya.

Pada acara tersebut, IDI DIY menyediakan berbagai layanan screening, mulai dari pemeriksaan paru, penyakit dalam, neurologi, ortopedi, hingga kesehatan jiwa. Juga menghadirkan spesialis seperti Penyakit Dalam, Bedah, Anak, THT dan Patologi Klinik. Pemeriksaan dengan pendekatan pengobatan integratif juga disediakan, termasuk akupuntur yang mewakili praktik oriental medicine. Heri menegaskan bahwa perpaduan pengobatan barat dan timur merupakan salah satu kekuatan kegiatan kesehatan tahun ini.

“Screening-nya komplit. Karena ada 32 peserta dari Perhimpunan Dokter Spesialis dan perhimpunan lain, termasuk Ikatan Bidan Indonesia, Persatuan Dokter Gigi Indonesia, akupunktur, dan lain-lain,” jelasnya.

Screening kesehatan

Seluruh layanan tersebut dihadirkan bertujuan untuk meningkatkan cakupan pemeriksaan kesehatan masyarakat, yang menurut Heri masih perlu diperluas.

“Kita ingin membantu Pemerintah meningkatkan cakupan CKG yang masih kurang. Dengan pemeriksaan komprehensif seperti ini, masyarakat bisa mengetahui kondisi kesehatannya lebih awal,” tegasnya.

Selain pemeriksaan kesehatan, digelar pula talk show tentang penyakit pada usia lanjut, termasuk pencegahan osteoartritis. Talk show itu diselenggarakan karena Kota Yogyakarta memiliki usia harapan hidup tertinggi di Indonesia, yaitu 73,5 tahun. Selain itu juga memberikan 150 paket tali asih kepada para marbot masjid di wilayah Kota Yogyakarta.

“Ini bagian dari upaya membantu masyarakat agar tetap sehat, produktif, dan aktif meski usia bertambah,” terang Heri.