Yogyakarta,REDAKSI17.COM – Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) ke-20 resmi dibuka pada Sabtu (29/11) di Gelanggang Inovasi dan Kreativitas (GIK) UGM Yogyakarta. Pada edisi dua dekade ini, JAFF mengusung tema “Transfiguration”, yang merefleksikan proses transformasi ekosistem perfilman Asia serta peran Yogyakarta sebagai salah satu pusat perkembangan sinema di kawasan.
Tema Transfiguration tidak hanya menandai capaian usia, tetapi menjadi momentum reflektif mengenai proses perubahan yang telah dialami JAFF. Sejak diselenggarakan pertama kali pada tahun 2006 sebagai festival berbasis komunitas, JAFF berkembang menjadi salah satu forum penting berbagi gagasan dan wacana sinema di Asia.
Pembukaan JAFF20 dihadiri ratusan penonton yang memadati area GIK UGM. Antusiasme tampak merata baik dari penonton setia maupun pengunjung baru yang hadir untuk merayakan perjalanan panjang JAFF. Bagi sebagian pengunjung, seperti Killa, kehadiran pada JAFF20 menjadi kesempatan merayakan pengalaman sinema secara lebih mendalam.
Sineas yang hadir turut menyampaikan apresiasinya. Arswendy Bening Swara menyebut pelaksanaan JAFF tahun ini “meriah dan dahsyat”. Sementara itu, sutradara sekaligus aktor Reza Rahadian, yang tengah menapaki 20 tahun perjalanan berkarya, menilai JAFF sebagai ruang diskusi kreatif yang berkontribusi signifikan bagi perkembangan sinema Indonesia.
Nuansa Transfiguration tergambar pada penyajian mosaik perjalanan sinema Asia melalui pemutaran enam cuplikan film dari berbagai edisi JAFF. Penyajian tersebut mendapat penguatan dari penampilan musik orkestra dan paduan suara UGM, menghadirkan interpretasi baru terhadap karya-karya yang telah menjadi bagian sejarah festival, seperti The Handmaiden dan My Neighbor Totoro.
Festival Founder JAFF, Garin Nugroho, menyampaikan Transfiguration menjadi cerminan perjalanan JAFF dalam menumbuhkan ekosistem sinema. Baginya, dua dekade penyelenggaraan merupakan proses alih bentuk yang tidak hanya memperteguh peran Yogyakarta sebagai kota sinema, tetapi juga memperluas jejaring kolaborasi lintas negara di Asia.
Festival Director JAFF, Ifa Isfansyah, menekankan pentingnya manifesto arsip film yang diusung pada penyelenggaraan tahun ini. Ia menyatakan keberlanjutan transformasi sinema tidak dapat dilepaskan dari penguatan memori kolektifnya. Film sebagai artefak budaya memerlukan pengarsipan sistematis agar tidak kehilangan nilai historis dan identitas bangsa.
Melalui manifesto tersebut, JAFF mendorong perubahan paradigma dalam pengarsipan film nasional, dari upaya sporadis menuju kebijakan yang lebih terstruktur. Dua puluh tahun perjalanan JAFF dianggap sebagai momentum strategis untuk menyerukan urgensi penguatan infrastruktur dan kebijakan arsip film Indonesia.
Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, menyebut gagasan yang dibawa JAFF sejalan dengan agenda pemerintah dalam menjaga warisan budaya melalui arsip film. Ia menegaskan komitmen pemerintah dalam mendorong kebijakan, penyediaan fasilitas, serta pembangunan museum film yang lebih representatif sebagai bagian dari penguatan sektor budaya.
Menteri Fadli juga menyoroti tingginya partisipasi pada JAFF20, yakni 227 film dari 43 negara, yang menurutnya mencerminkan transformasi posisi Indonesia di mata dunia. Ia menyatakan JAFF sebagai ikon kultural Yogyakarta yang turut memperkuat peran Indonesia dalam peta sinema Asia.
Pembukaan festival turut menayangkan “Video 20 Tahun JAFF” karya Indra Sukmana dan Wahyu Agung, yang menyajikan rekam perjalanan JAFF dalam menghadapi berbagai fase dan tantangan, termasuk krisis ekonomi dan pandemi. Video tersebut menggambarkan evolusi JAFF sebagai institusi yang terus adaptif.
Sebagai bentuk penghormatan terhadap akar sejarahnya, JAFF20 kembali menayangkan film Opera Jawa karya Garin Nugroho dalam format seluloid 35mm. Penayangan tersebut menjadi simbol kontinuitas nilai sejarah JAFF. Artika Sari Devi, pemeran utama dalam film tersebut, menyampaikan rasa haru menyaksikan karyanya kembali hadir di layar lebar.
Tema Transfiguration juga tercermin melalui hadirnya kolaborasi antargenerasi sineas sepanjang rangkaian pembukaan. Selain pemutaran film, JAFF menyelenggarakan forum diskusi, kelas peningkatan kapasitas, market pendanaan film, serta networking hub yang mempertemukan pelaku film dari berbagai negara.
JAFF20 akan berlangsung hingga 6 Desember 2025 dengan rangkaian program yang menggambarkan spektrum transformasi sinema Asia. Melalui penyelenggaraan ini, DIY kembali mempertegas posisinya sebagai pusat kebudayaan serta ruang kreatif yang mempertemukan gagasan, talenta, dan jejaring masa depan industri film.
Memasuki usia ke-20, JAFF tidak hanya merayakan keberlanjutan penyelenggaraan, tetapi juga mengajak publik dan para pemangku kepentingan untuk turut berperan dalam proses transformasi sinema. Transfiguration menjadi ajakan untuk menatap masa depan film Asia secara lebih inklusif, visioner, dan berkelanjutan.
Humas Pemda DIY





