Home / Daerah / JAFF Market 2025 Hasilkan Dampak Ekonomi Rp130 Miliar

JAFF Market 2025 Hasilkan Dampak Ekonomi Rp130 Miliar

Yogyakarta,REDAKSI17.COM  – Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) Market 2025 Powered by Amar Bank sukses digelar selama tiga hari, mulai Sabtu (29/11) hingga Senin (1/12), di Jogja Expo Center (JEC). Dengan proyeksi total dampak ekonomi yang mencapai Rp130 miliar, agenda tahunan pasar film internasional ini semakin meneguhkan posisi DIY sebagai simpul penting dalam interaksi dan transaksi ekosistem sinema serta ekonomi kreatif di kawasan Asia.

Market Director JAFF Market, Linda Ghozali, menyampaikan perhitungan dampak ekonomi hingga pukul 14.00 WIB menunjukkan angka Rp125 miliar, dan dengan proyeksi hingga penutupan, nilainya diperkirakan mencapai Rp130 miliar. “Nilai tersebut merupakan capaian tertinggi sejak JAFF Market pertama kali digelar dua tahun lalu,” ujarnya.

Lebih lanjut Linda menjelaskan, nilai kesepakatan bisnis yang terdata sepanjang penyelenggaraan mencapai sekitar Rp43 miliar. Kesepakatan tersebut dihasilkan melalui kolaborasi pelaku industri dari Asia, Eropa, Australia, dan Amerika Utara, yang semakin mengukuhkan DIY sebagai pusat transaksi dan jejaring industri film regional. Capaian ini sekaligus mencerminkan peningkatan peran DIY dan Indonesia dalam peta ekonomi kreatif Asia yang kian kompetitif.

Secara keseluruhan, JAFF Market 2025 berhasil mencatat sejumlah indikator pertumbuhan, antara lain kehadiran 7.784 pengunjung, 1.431 peserta terakreditasi, serta partisipasi 116 exhibitor dan 122 perusahaan. Delegasi dari lebih dari 14 negara terlibat dalam lebih dari 2.433 pertemuan bisnis, meliputi sesi pitching, diskusi tertutup, serta pembahasan peluang koproduksi dan pendanaan.

Rangkaian kegiatan yang berlangsung di JEC tersebut semakin mempertegas posisi DIY sebagai titik temu strategis bagi pelaku industri film internasional. Diskusi yang digelar mencakup strategi distribusi, pengembangan pasar, hingga inovasi produksi. Pemilihan DIY sebagai lokasi penyelenggaraan kembali mencerminkan tingkat kepercayaan terhadap kredibilitas dan kesiapan ekosistem kreatif daerah.

Partisipasi lintas sektor turut menjadi salah satu faktor penguatan penyelenggaraan tahun ini. Dukungan kementerian, lembaga budaya internasional, serta otoritas daerah bersinergi dengan kontribusi perusahaan swasta, BUMN, dan brand teknologi. Sinergi ini menunjukkan semakin besarnya kepercayaan terhadap potensi DIY dalam menyediakan lingkungan kreatif yang kondusif, stabil, dan berkelanjutan.

Penyelenggaraan tahun ini turut didukung oleh sejumlah mitra strategis, antara lain Kementerian Kebudayaan (Kemenkebud), Kementerian Ekonomi Kreatif (Kemenekraf), Kedutaan Besar Prancis untuk Indonesia, Motion Picture Association (MPA), Asian Film Alliance Network (AFAN), Adelaide Film Festival (AFF), serta institusi dari sektor keuangan dan teknologi. Jejaring kerja sama ini sekaligus memperluas akses DIY ke dalam pasar kreatif global.

Linda menambahkan keberhasilan JAFF Market 2025 tidak hanya tercermin dari skala penyelenggaraan, melainkan juga dari kontribusinya dalam memperkuat ekosistem industri film nasional. “Platform ini mempertemukan gagasan dengan pendanaan, talenta dengan kesempatan, serta Indonesia dengan jejaring internasional. Capaian tahun ini membuktikan kesiapan industri film Indonesia untuk menerima investasi serta menjalin kolaborasi yang lebih luas,” terangnya.

Selain itu, acara penutupan turut dirangkaikan dengan pengumuman penghargaan industri yang digelar bersama studio regional dan lembaga internasional. Dukungan yang diberikan mencakup bantuan pendanaan, layanan pascaproduksi, serta fasilitasi distribusi ke pasar global, yang semakin mengokohkan posisi DIY sebagai pusat pengembangan proyek film internasional.

Pada kesempatan yang sama, Variety mengumumkan Hot Picks Indonesian Films for 2026, yang menampilkan 12 film Indonesia dengan potensi strategis untuk pasar global. Pengakuan tersebut memperkuat legitimasi bahwa ekosistem sinema Indonesia saat ini tengah berada dalam fase pertumbuhan yang dinamis.

Dampak ekonomi yang dihitung selama penyelenggaraan meliputi transaksi langsung, belanja pengunjung, aktivitas industri turunan, serta perputaran ekonomi lokal. Peningkatan tersebut menunjukkan semakin eratnya keterkaitan antara industri film dengan pertumbuhan ekonomi daerah.

Mengakhiri rangkaian kegiatan, Linda menegaskan komitmen penyelenggara untuk terus mendorong perluasan kontribusi DIY dalam industri film Asia. “Kami membangun platform yang berkelanjutan, berorientasi pada dampak, serta membuka akses yang lebih luas bagi talenta Indonesia. Tujuan kami adalah memastikan karya dan proyek Indonesia mampu bersaing di pasar internasional,” pungkasnya.

Humas Pemda DIY

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *