Home / Pendidikan / Berguru Integrasi Interkoneksi bersama Prof. Drs. K. H. Yudian Wahyudi, M. A., Ph. D.

Berguru Integrasi Interkoneksi bersama Prof. Drs. K. H. Yudian Wahyudi, M. A., Ph. D.

 

Yogyakarta, REDAKSI17.COM— Gagasan penguatan paradigma keilmuan integrasi–interkoneksi kembali mengemuka dalam kegiatan Berguru Integrasi Interkoneksi bersama Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi, M.A., Ph.D., Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Republik Indonesia, yang berlangsung pada Jumat, 26 Desember 2025. Kegiatan ini difasilitasi oleh The Centre for Integrative–Interconnected Transformation (CIINTRA) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai bagian dari ikhtiar strategis membangun fondasi keilmuan yang holistik dan berkarakter kebangsaan.

CIINTRA dalam kesempatan tersebut diwakili oleh Dr. Muhammad Ja’far Luthfi, M.Si., Dr. Sugiyanto, S.Si., S.T., M.Si., Win Indra Gunawan, S.Si., dan Sutriyono, S.Si. Pertemuan berlangsung dalam suasana dialog ilmiah yang intens, membahas penguatan integrasi ilmu agama, sains, dan ideologi Pancasila dalam sistem pendidikan nasional.

Prof. Yudian Wahyudi menegaskan bahwa integrasi–interkoneksi bukan sekadar pendekatan akademik di perguruan tinggi, melainkan sebuah mindset keilmuan yang perlu dipersiapkan sejak dini. Menurutnya, integrasi–interkoneksi sebaiknya sudah diperkenalkan sejak jenjang pendidikan sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA), terutama bagi siswa jurusan IPA, agar sejak awal mereka terbiasa melihat hubungan antara sains, nilai, dan makna.

Praktik konkret dari gagasan tersebut, menurut Prof. Yudian, sejatinya telah diterapkan di beberapa lembaga pendidikan berbasis pesantren. SMP Sunan Averroes dan SMA Santri Pancasila Pondok Pesantren Nawesea, misalnya, telah mengembangkan pendidikan integratif dengan memperkuat pembelajaran Bahasa Arab sejak jenjang SMP hingga SMA jurusan IPA. Bahasa Arab tidak hanya digunakan untuk membaca dan memahami ilmu agama, tetapi juga dimanfaatkan dalam pembelajaran IPA dan Pancasila. Pendekatan multibahasa ini diperkuat dengan penggunaan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris sebagai bagian dari strategi integrasi ilmu dan wawasan global. Bahkan, SMA Santri Pancasila mengusung semboyan “Cerdas Al-Qur’an + Pancasila + IPTEK = Pemimpin Masa Depan” sebagai penegasan arah pendidikan integratif tersebut.

Lebih lanjut, Prof. Yudian menyampaikan bahwa dalam konteks pendidikan tinggi, mahasiswa ilmu-ilmu eksakta perlu memulai proses belajar integrasi–interkoneksi dengan penguasaan Bahasa Arab. Bahasa Arab dipandang sebagai pintu masuk utama untuk memahami khazanah keilmuan Islam yang kaya akan metodologi berpikir, logika, dan etika keilmuan. Dari Bahasa Arab, mahasiswa dapat melanjutkan pembelajaran ke disiplin dasar seperti Balaghah, Ulumul Qur’an, Ulumul Hadits, Ushul Fiqih, dan Kaidah Fiqih, yang mampu melatih ketajaman analisis, ketertiban berpikir, serta kedalaman nalar normatif.

Perwakilan CIINTRA menegaskan bahwa pendekatan ini sangat relevan untuk membentuk ilmuwan dan profesional sains yang tidak terjebak pada positivisme sempit, tetapi memiliki kesadaran etis, spiritual, dan kebangsaan. Integrasi–interkoneksi diharapkan mampu melahirkan generasi ilmuwan yang unggul secara akademik sekaligus memiliki komitmen kuat terhadap nilai-nilai Pancasila.

Kegiatan Berguru Integrasi Interkoneksi ini menjadi bagian dari upaya nasional memperkuat transformasi pendidikan dan keilmuan Indonesia. CIINTRA menyatakan komitmennya untuk terus mendorong dialog, riset, dan program pendidikan yang menghubungkan sains, agama, dan ideologi Pancasila secara harmonis dan berkelanjutan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *