Jakarta,REDAKSI17.COM – Dunia perusahaan pada saat ini dihebohkan dengan kemunculan fenomena baru, yakni banyaknya miliarder yang dimaksud memperoleh kekayaan bukan dari perusahaan yang tersebut dibangun, melainkan hasil warisan.
Berdasarkan laporan bertajuk Billionaire Ambitions Report 2023 yang tersebut digunakan dikeluarkan UBS, selama setahun terakhir, ada peningkatan “transfer kekayaan dalam total keseluruhan besar”.
“Setelah lonjakan aktivitas kewirausahaan yang digunakan terjadi selama beberapa dekade terakhir, banyak pendiri bidang usaha saat ini menua lalu mewariskan kekayaan merekan kepada generasi berikutnya,” tulis laporan itu dikutip dari CNBC International, Sabtu (9/12/2023).
Setidaknya ada 53 ahli waris sudah pernah lama menerima total kekayaan sebanyak US$150,8 miliar. Ini tambahan banyak tinggi dari US $140,7 miliar yang digunakan digunakan diperoleh 84 miliarder baru.
Catatan itu menjadi rekor sejak laporan yang tersebut pertama kali diterbitkan pada 2015. Dalam 20 hingga 30 tahun ke depan, kekayaan senilai sekitar US$5,2 triliun akan diturunkan dari satu generasi ke generasi lainnya.
“Transfer kekayaan besar-besaran mendapatkan momentum yang mana signifikan,” kata kepala klien strategis manajemen kekayaan global UBS, Benjamin Cavalli, dalam keterangan lanjutannya.
Dilaporkan bagaimana kekayaan miliarder secara keseluruhan mulai pulih, dengan total keseluruhan miliarder meningkat sebesar 7% dalam 12 bulan hingga awal April 2023. Sekitar 2.544 orang menjadi miliarder pada akhir periode ini.
Kekayaan miliarder meningkat sebesar 9% saat ini. Kemungkinan, nilai itu akan mencapai nominal sekitar US $12 triliun.
Namun transfer kekayaan mungkin bukan berjalan mulus. Sebuah survei yang digunakan itu dilaksanakan terhadap klien miliarder UBS menemukan adanya perbedaan pendapat dari generasi ke generasi mengenai kekayaan lalu juga warisan.
“Intinya merekan juga mempunyai ide kemudian juga ambisinya sendiri, merekan tampaknya sadar akan fakta bahwa merek mungkin perlu mengubah kemudian mengatur ulang kekayaan mereka itu itu jika ingin melanjutkan warisan keluarga,” kata laporan itu.
Generasi pertama, merekan yang tersebut digunakan menciptakan kekayaan, lebih banyak tinggi memilih utang serta pengerjaan ekonomi pendapatan tetap. Menurut UBS mungkin terkait dengan kenaikan suku bunga.
Namun generasi ultra-kaya selanjutnya tampaknya tambahan banyak menyukai investasi modal pada ekuitas swasta. Meskipun ada penyesuaian tarif aset terkait suku bunga.
Perbedaan generasi juga terlihat jelas dalam hal filantropi, dalam mana para miliarder generasi pertama lebih banyak besar cenderung mengatakan bahwa memberikan dampak adalah tujuan utama mereka. Sementara penerus merek tampak ragu-ragu untuk memberikan uang yang mana tak mereka itu hasilkan sendiri.
“Namun, ada kecenderungan menuju konstruksi perekonomian berdampak atau mengelola industri dengan cara mengatasi hambatan lingkungan dan juga juga sosial, baik untuk tujuan komersial maupun altruistik,” jelas laporan itu lagi.
“Temuan survei ini mungkin mencerminkan peralihan di dalam dalam kalangan ahli waris dari filantropi pemberian hibah klasik ke arah memberikan hasil yang digunakan mana berkelanjutan di area dalam seluruh kegiatan,” tambahnya lagi.