Home / Teknologi / Ahli BRIN Ungkap Ancaman Gorila El Nino Bergerak Menuju RI

Ahli BRIN Ungkap Ancaman Gorila El Nino Bergerak Menuju RI

Ahli BRIN Ungkap Ancaman Gorila El Nino Bergerak Menuju RI

Jakarta,REDAKSI17.COM – El Nino disebut menjadi salah satu penyebab fenomena anomali kenaikan suhu pada tempat Tanah Air.

Kini, ancaman El Nino bergerak dari arah timur Indonesia serta berpotensi berdampak makin besar, bahkan sanggup berubah jadi Gorila El Nino.

Hal hal itu diketahui melalui hasil kajian juga diskusi peneliti pada area Tim Variabilitas, Perubahan Iklim, kemudian Awal Musim Badan Riset serta Inovasi Nasional (TIVIPIAM-BRIN).

Peneliti memprediksi El Nino calon makin menguat menyerupai peristiwa serupa tahun 2015, atau tambahan lanjut ekstrem.

Jika ini terjadi, kekeringan juga cuaca panas ekstrem yang hal tersebut tengah melanda Indonesia berpeluang meningkat.

Sinyal itu dikonfirmasi oleh pemodelan yang dikerjakan oleh Biro Meteorologi Australia (Bureau of Meteorology/ BOM). Pemodelan memperhitungkan suhu bumi yang dimaksud sekarang ini mengalami peningkatan suhu sebesar 1,5 derajat Celcius.

Ketua Tim TIVIPIAM BRIN Erma Yulihastin mengatakan tipikal siklus hidup El Nino maupun La Nina adalah 9 bulan. Artinya, jika El Nino pada Indonesia disebutkan resmi dimulai sejak Juni 2023, maka seperti diprediksi, puncak El Nino dalam Indonesia justru akan terjadi di area tempat kisaran bulan November 2023-Februari 2024.

“Hasil kajian lalu diskusi ter-update yang dimaksud digunakan kami lakukan, jika melihat siklus hidup El Nino, dari pemodelan perhitungan indeks kekuatan El Nino itu sendiri, saat ini sedang menuju area 3, Samudra Pasifik semakin ke baratnya Peru,” katanya kepada CNBC Indonesia, dikutip Senin (30/10/2023).

“Setelah sempat ke level puncak pada 3,5, levelnya di area tempat nino area 2 itu menyentuh 2,32. Artinya ada penurunan. Kalau sudah 3,5 itu bukan super El Nino lagi, tapi gorila El Nino,” tambahnya.

Di saat terjadi penurunan tersebut, jelasnya, secara bersamaan terjadi transfer energi panas ke wilayah Samudra Pasifik semakin ke barat. Yang menandakan akan ada peningkatan level dalam wilayah yang dimaksud disebut menuju ke level 2.

Dari sisi indeks akan terus naik, pada saat bersamaan ada transfer energi dari wilayah timur Samudra Pasifik yang dimaksud dekat Peru ke arah barat. Ketika sudah mencapai 2, pada saat itu, kekeringan akan semakin terasa.

“Ini yang hal tersebut mau saya ingatkan, akan siklus hidup El Nino. Semua model sepakat, lantaran sekarang (El Nino) masih dalam perjalanan dari timur menuju ke barat,” kata Erma yang digunakan itu juga Peneliti Klimatologi Pusat Iklim kemudian juga Atmosfer Badan Riset kemudian Inovasi Nasional BRIN.

Apakah Indonesia berpotensi mengalami Gorila El Nino?

Erma menjelaskan, untuk mengukur indeks kemudian kekuatan intensitas El Nino, dalam pemodelan dijalankan pembagian wilayah menjadi area 1 serta 2 yang dimaksud berada pada wilayah timur Samudra Pasifik ke arah Peru, serta area 3 juga juga 4 yang digunakan dimaksud semakin ke barat Samudra Pasifik. Area 4 berada lebih banyak besar dekat ke Papua.

Lalu ada area 3.4 yang tersebut mana diyakini lebih lanjut lanjut berpengaruh kepada kondisi iklim di tempat tempat Indonesia. Jika El Nino yang tersebut yang disebut sedang menuju ke barat atau area 3 kemudian 4, pada saat tiba di tempat area area 3.4, bertahan lama dengan intensitas bertahan kuat, Indonesia akan mengalami kondisi serupa yang digunakan mana diakibatkan El Nino pada tahun 2015.

“El Nino tahun 2015 itu, ketika seharusnya dia sudah dalam tempat fase menurun, ternyata bertahan. Sehingga siklus hidupnya saat itu bukan lagi 9 bulan, melainkan tambahan 1 tahun, bahkan hampir 2 tahun. Pada saat itu, Ahli El Nino NOAA, Michael McPhaden, menyebut El Nino tahun 2015 itu Gorila El Nino. Karena bertahan lama dengan intensitas tinggi,” papar Erma.

“Pada saat itu, bukan ada ada satu pun model yang digunakan digunakan berhasil memprediksi El Nino akan sekuat itu juga bertahan selama itu,” katanya.

Suhu Bumi Naik

Terkait prospek Indonesia dapat sekadar mengalami kondisi serupa, Erma mengatakan, saat ini para peneliti masih menunggu. Yang jelas, menurutnya, dalam teori El Nino, jika masih fase naik dalam 1 siklus hidupnya, tiada ada prospek El Nino akan menurun.

“Apakah kita akan ada prospek Gorila El Nino? Kita tiada tahu, semua ilmuwan pada saat ini masih wait and see, harap-harap cemas. Karena baru pertama kali dalam sejarah, El Nino terbentuk saat suhu bumi sudah lebih tinggi tinggi 1,5 derajat Celcius. Ini yang tersebut mana kemungkinan memberi andil akan mempertahankan El Nino. Karena ada supply over heat itu,” terang Erma.

“Nah, pemodelan yang mana dimaksud dikerjakan BOM, Biro Meteorologi Australia, menunjukkan intensitas El Nino yang dimaksud berpotensi semakin menguat. Beda dengan yang digunakan digunakan dijalankan oleh Amerika Serikat juga juga Jepang. Pemodelan oleh BOM ini mengakomodasi kenaikan suhu bumi efek pemanasan global, yang mana dimaksud sekarang ini mencapai 1,5 derajat Celcius. Sehingga, apa pun sanggup terjadi,” ujarnya.

Dari hasil pemodelan BOM tersebut, katanya, EL Nino akan semakin menguat dalam pergerakan menuju area 3 lalu 4, artinya semakin ke barat mendekati Papua.

“Kalau pemodelan lain menunjukkan kondisi biasa, artinya El Nino akan mengecil di area area bulan Februari nanti (2024). Tapi bukan dengan BOM, dengan faktor pemanasan global, El Nino ini diperkirakan akan terus menguat, mampu bertahan lama, yang tersebut dimaksud kita sebut multiyears El Nino. Mirip tahun 2015,” pungkas Erma.

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *