Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) saat memimpin rapat koordinasi tingkat menteri terkait sistem transportasi nasional (sistranas) sekaligus persiapan Nataru 2026 di kantor Kemenko Infrastruktur, Jakarta, Jumat 19 Desember 2025. (Beritasatu.com/Celvin Moniaga Sipahutar)
Jakarta,REDAKSI17.COM – Presiden Prabowo Subianto meminta seluruh jajaran pemerintah pusat dan daerah meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi potensi cuaca ekstrem selama periode Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2026. Peningkatan mobilitas masyarakat yang beriringan dengan dinamika cuaca dinilai membutuhkan kesiapsiagaan ekstra agar keselamatan publik tetap terjaga.
Arahan presiden tersebut disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) saat memimpin rapat koordinasi tingkat menteri terkait sistem transportasi nasional (sistranas) sekaligus persiapan Nataru. Rapat berlangsung di kantor Kemenko Infrastruktur, Jakarta, Jumat (19/12/2025).
AHY menegaskan, kelancaran dan keselamatan masyarakat harus menjadi prioritas utama selama masa libur panjang Nataru. Presiden, kata dia, tidak menginginkan adanya kelengahan dari seluruh unsur pemerintahan di tengah meningkatnya aktivitas perjalanan masyarakat.
“Bapak Presiden menyampaikan kepada kita, hadapi Nataru kita semua harus semakin waspada,” kata AHY.
Lebih lanjut, AHY menjelaskan Presiden Prabowo meminta agar sistem peringatan dini (early warning system) benar-benar berfungsi secara optimal. Pemerintah daerah juga diinstruksikan memastikan kesiapan operasional dan teknis di lapangan, serta memperkuat koordinasi lintas sektor dengan pemerintah pusat dan instansi terkait.
Salah satu aspek koordinasi penting yang disoroti adalah operasi modifikasi cuaca (OMC) sebagai langkah mitigasi bencana hidrometeorologi. AHY menekankan, pelaksanaan OMC harus berdasarkan analisis dan rekomendasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
“BMKG dan BNPB bisa melakukan OMC jika ada permintaan dari kepala daerah,” jelas AHY.
Menurutnya, OMC dapat dilakukan ketika prakiraan cuaca menunjukkan potensi cuaca ekstrem pada level peringatan kuning atau mulai mengkhawatirkan. Langkah antisipatif dinilai penting untuk mencegah dampak yang lebih luas terhadap masyarakat dan infrastruktur vital.
Selain upaya mitigasi, kesiapan penanganan darurat juga telah disiapkan. AHY mengungkapkan Kementerian Pekerjaan Umum (PU) telah menyiapkan 440 unit alat berat serta memetakan 137 titik material guna mendukung respons cepat saat terjadi kondisi darurat.
“Sehingga nanti terutama di puncak libur dan puncak balik ini benar-benar ready to deploy, termasuk personelnya,” tutur AHY.
Di sektor transportasi, Kementerian Perhubungan secara berkelanjutan melakukan ramp check terhadap moda transportasi darat untuk memastikan aspek keselamatan. AHY juga mengingatkan potensi gelombang laut setinggi 2,5 hingga 3 meter yang perlu diwaspadai, terutama bagi transportasi laut dan penyeberangan.
Sektor penerbangan turut menjadi perhatian mengingat cuaca ekstrem berpotensi mengganggu keselamatan dan kelancaran penerbangan. Untuk memastikan respons cepat, posko pengamanan dan pemantauan akan dioperasikan selama 24 jam.
“Untuk pos komando, ini juga dilakukan oleh Kementerian Perhubungan dan semua jajaran stakeholder yang terkait sehingga kita bisa memberikan informasi dan data yang cepat dan akurat di lapangan,” pungkas AHY.




