
Jakarta,REDAKSI17.COM – Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (Menko IPK) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menegaskan bahwa penanganan banjir di sepanjang Pantai Utara (Pantura) Jawa tidak akan terbatas pada solusi fisik seperti beton semata. Pendekatan komprehensif ini melibatkan berbagai pihak dan teknologi inovatif.
Pernyataan tersebut disampaikan AHY usai memberikan kuliah umum di Universitas Diponegoro (Undip), Semarang, pada Kamis (27/11). Ia menekankan pentingnya kolaborasi dan sinergi antarlembaga untuk mengatasi permasalahan banjir dan rob yang semakin intens.
Proyek besar ini, termasuk penyempurnaan cetak biru pembangunan “Giant Sea Wall,” membutuhkan penelitian mendalam serta anggaran substansial. Setidaknya 17 kementerian dan lembaga akan terlibat dalam upaya penanganan banjir Pantura ini.
Pendekatan Komprehensif untuk Ancaman Banjir dan Rob
AHY menjelaskan bahwa banjir dan rob di Pantura menjadi perhatian serius Presiden Prabowo Subianto. Kementerian Koordinator yang dipimpinnya terus berupaya memproteksi wilayah rentan dari Banten hingga Jawa Timur. Semarang dan Demak disebut sebagai daerah dengan intensitas kerentanan paling tinggi.
“Dari Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah hingga Jawa Timur semua memiliki kerentanan. Memang Semarang dan Demak salah satu yang paling tinggi intensitasnya. Oleh karena itu, perlu mendapatkan ‘support’ dan atensi yang lebih besar lagi,” ujar AHY. Ini menunjukkan fokus khusus pada wilayah yang paling terdampak.
Penanganan banjir Pantura tidak hanya mengandalkan pembangunan struktur beton besar seperti Giant Sea Wall. Solusi ini akan dikombinasikan dengan berbagai upaya lain, termasuk penanaman mangrove dan pendekatan yang lebih alami. Konsep “Hybrid Sea Wall” menjadi pilihan utama.
AHY menambahkan, “Jangan dibayangkan semuanya akan menjadi beton. Nanti ada bagian-bagian paling parah tidak bisa digunakan solusi yang lain, tentu kami membangun beton yang tinggi. Tetapi, yang lainnya masih bisa menggunakan pendekatan lainnya, Hybrid Sea Wall.” Ini menunjukkan fleksibilitas dalam strategi penanganan banjir.
Kolaborasi Riset dan Inovasi dari Perguruan Tinggi
Pembahasan mengenai penanganan banjir Pantura ini sangat relevan mengingat Indonesia menghadapi ancaman bencana. Universitas Diponegoro (Undip) dinilai sebagai salah satu kampus terdepan yang mengawal pembangunan berkelanjutan, khususnya di wilayah Pantura.
AHY mengapresiasi hasil riset peneliti Undip yang telah diaplikasikan di lapangan. Undip, yang berada di wilayah Pantura, secara langsung menghadapi ancaman bahaya banjir dan rob, sehingga riset mereka sangat relevan dan praktis dalam membantu penanganan banjir.
Pada prinsipnya, Kemenko IPK akan mengombinasikan berbagai pendekatan. Pembangunan tanggul pantai dan tanggul laut akan diintegrasikan dengan solusi alami seperti penggunaan mangrove. Ini menciptakan konsep terintegrasi, komprehensif, dan lebih efisien untuk penanganan banjir Pantura.
Rektor Undip, Prof. Suharnomo, menyatakan dukungan penuh terhadap langkah pembangunan infrastruktur di kawasan Jawa Tengah, termasuk Pantura. Undip telah berkontribusi melalui inovasi riset, seperti konsep hybrid sea wall untuk mengatasi rob dan sedimentasi tinggi.
Konsep Hybrid Sea Wall dan Manfaat Ekologis
Konsep hybrid sea wall yang diajukan oleh Undip merupakan teknologi penahan gelombang laut yang inovatif. Teknologi ini menggabungkan rekayasa struktur beton ringan dengan restorasi ekosistem mangrove. Ini menunjukkan pendekatan yang holistik dan berkelanjutan dalam penanganan banjir.
Prof. Suharnomo menjelaskan, “Ini merupakan teknologi penahan gelombang laut yang menggabungkan rekayasa struktur beton ringan dengan restorasi ekosistem mangrove.” Pendekatan ini diharapkan mampu memberikan perlindungan jangka panjang bagi wilayah pesisir.
Selain pembangunan tanggul fisik, pendekatan hybrid sea wall juga mengedepankan pemulihan ekosistem mangrove. Mangrove berperan penting dalam memperlambat energi gelombang, menahan sedimen, dan membantu pembentukan daratan alami, sehingga memberikan manfaat ekologis ganda.
Integrasi solusi rekayasa dan ekologis ini diharapkan dapat menciptakan sistem perlindungan pesisir yang lebih tangguh dan adaptif terhadap perubahan iklim. Ini juga menunjukkan komitmen terhadap pembangunan berkelanjutan di wilayah Pantura, khususnya dalam penanganan banjir.
Sumber: AntaraNews





