Yogyakarta (11/10/2024)REDAKSI17.COM– Pemda DIY dan Humas Indonesia berkolaborasi meluncurkan Kompetisi Karya Filosofis Kelana Humas Nguri-uri Keistimewaan Jogja yang mewarnai ajang bergengsi The 6th Anugerah Humas Indonesia (AHI) 2024 di The Rich Jogja Hotel pada Jumat sore (11/10). Kompetensi Karya Filosofis bertema ‘Sumbu Filosofi Jogja Untuk Dunia’ ini merupakan sebuah penghargaan baru yang diberikan untuk karya-karya filosofis dalam komunikasi publik yang dapat diikuti praktisi Humas di seluruh Indonesia maupun masyarakat umum.
Adapun penghargaan AHI 2024 bertema Profesionalisme Humas untuk Indonesia Emas diserahkan kepada 106 karya terbaik dari instansi dan korporasi yang berhasil menerapkan praktik keterbukaan informasi publik secara inovatif dan kreatif. Salah satunya Pemda DIY berhasil meraih Bronze Winner sektor Pemerintahan Daerah Provinsi Kategori Program Kehumasan Pemerintah Sub Kategori Pemerintah Daerah (Provinsi) Infrastruktur Istimewa yang diterima Kepala Biro Umum, Humas dan Protokol (UHP) Setda DIY, Teguh Suhada.
Dalam momentum tersebut, Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY, Dian Lakshmi Pratiwi selaku pembicara utama mengungkapkan sumbu filosofi Yogyakarta adalah hasil karya jenius Pangeran Mangkubumi atau Sultan Hamengku Buwono I pada 1755. Nilai universal luar biasa terwujud dalam beberapa bangunan di sepanjang axis yang melambangkan filosofi Jawa mengenai siklus kehidupan (Sangkan Paraning Dumadi), kehidupan harmoni dan ideal (Hamemayu Hayuning Bawono) dan hubungan antara manusia dan Tuhan (Manunggaling Kawula Gusti).
“Atribut ini antara lain Panggung Krapyak, Kompleks Keraton Yogyakarta dan monument/bangunan/ruang sepanjang axis dari utara ke Selatan sejauh 6 kilometer hingga monumen Tugu Yogyakarta. Penanda ini terhubung melalui desain, ritual dan sistem pengelolaan tradisional dari Keraton Yogyakarta,” tandasnya.
Dian menyatakan tetenger atau penanda tersebut menegaskan harmonisasi antara manusia, alam, dan Sang Pencipta. Dari ruas sumbu filosofi dan titik-titik kunci penghubung, Kota Yogyakarta berkembang sebagai pusat pemerintahan, ekonomi, dan sosial. Tradisi kebudayaan juga terus lestari dan menjadi identitas masyarakat. Ruang-ruang di dalamnya membangkitkan denyut nadi ekonomi dan mata pencaharian banyak orang.
Penetapan Sumbu Filosofi Yogyakarta menjadi warisan dunia merupakan keinginan masyarakat DIY dan Bangsa Indonesia pada umumnya untuk ikut melestarikan warisan budaya umat manusia. Sumbu Filosofi Yogyakarta juga merupakan bukti nyata kebudayaan dan peradaban Jawa yang menunjukkan pertukaran penting atas nilai-nilai dan sistem kepercayaan yang terwujud dalam tradisi dan masih berlangsung hingga saat ini
“Kami berharap agar penetapan sumbu filosofi Yogyakarta mampu dimaknai dan memaknai seluruh sendi hidup, kehidupan dan penghidupan khususnya masyarakat DIY, masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia. Kami juga sangat berharap peran, partisipasi dan kontribusi Humas Indonesia sebagai garda depan informasi publikasi yang memuat edukasi nilai penting filosofi khususnya Yogyakarta hingga mampu memberikan daya aruh peningkatan kualitas manusia Indonesia,” tutur Dian
Pemerintah dan masyarakat Yogyakarta telah berusaha keras melestarikannya, baik melalui cara tradisional Tata Rakiting Wewangunan maupun cara-cara modern yang didukung dengan sejumlah regulasi. Pihaknya menyadari hanya dengan melalui kebersamaan, kerjasama dan peran serta semua pihak di Indonesia maupun dunia internasional, maka akan semakin dimampukan dalam mengelola dan melestarikan Sumbu Filosofi Yogyakarta.
Sebelumnya, Founder dan CEO Humas Indonesia, Asmono Wikan menyatakan kompetisi yang diinisiasi Humas Indonesia tahun ini berhasil menarik 240 entri dari 62 instansi yang menekankan pentingnya keterbukaan informasi sebagai wujud profesionalisme humas dalam mendukung kemajuan Indonesia. Karya-karya yang dikirimkan bersaing dalam berbagai kategori, seperti Pelayanan Informasi Publik Terinovatif, PPID Terbaik, Media Internal, Kanal Digital dan Program Kehumasan Pemerintah.
“Kami sangat menghargai badan publik yang mampu berinovasi dan berkreativitas dalam menyajikan keterbukaan informasi. Apalagi di era digital ini, tantangannya semakin kompleks, sehingga penting untuk selalu berinovasi,” ujarnya.
Asmono menyampaikan akan menyelenggarakan Kompetisi Karya Filosofis Kelana Humas Nguri-uri Keistimewaan Jogja berkerjasama dengan Pemda DIY yang dapat diikuti para praktisi Humas Indonesia maupun masyarakat umum. Selama ini, sumbu imajiner yang menghubungkan antara Pantai Selatan hingga Gunung Merapi yang lebih dikenal daripada sumbu filosofi.
“Sampai akhirnya Sumbu Filosofi Yogyakarta tersebut ditetapkan sebagai warisan dunia oleh UNESCO. Untuk itu, kami ingin para praktisi humas mengulik titik-titik penanda sumbu filosofi mulai dari Panggung Krapyak sampai Tugu Yogyakarta mumpung masih berada di Yogyakarta. Kami sangat berterima kasih kepada Pemda DIY atas dukungan dan kolaborasinya dalam kompetisi ini,'” imbuhnya.
Kompetensi tersebut dibagi menjadi dua kategori yaitu foto filosofi dan video filosofi. Obyek kompetisi baik foto maupun video mulai Panggung Krapyak, Alun-alun Selatan, Keraton Yogyakarta, Alun-alun Utara, sepanjang kawasan Jalan Malioboro dan Tugu Yogyakarta. Para pemenang kompetensi berhadiah total Rp 30 juta akan mendapatkan Piala Gubernur, piagam penghargaan dan uang tunai.
Pendaftaran kompetisi dibuka mulai 2 Oktober hingga 8 November 2024. Disusul pengumuman serta apresiasi pemenang pada 6 November 2024. Keterangan dan syarat lebih lanjut dapat mengakses https://bit.ly/ENTRYKIT_KKFILOSOFIS?r=qr dan pendaftaran dapat mengakses https://bit.ly/KK_FILOSOFISJOGJA?r=qr.
Humas Pemda DIY