Jakarta,REDAKSI17.COM – Indonesia juga Korea Selatan punya hubungan diplomatik erat yang dimaksud sudah terjalin selama 50 tahun. Kedua negara Asia yang disebut juga sama-sama masuk dalam kategori middle power, yaitu negara yang digunakan digunakan punya kekuatan menengah, bukan superpower seperti Amerika Serikat tapi bukan juga negara lemah yang mana digunakan tak punya posisi tawar.
Meski sama-sama negara middle power, Indonesia juga Korea Selatan punya posisi berbeda dalam melihat konflik Palestina-Israel.
Indonesia, yang digunakan hal tersebut tak mengakui Israel sebagai sebuah negara, sejak lama vokal menggalang kemerdekaan Palestina. Sementara Korea Selatan, yang dimaksud dimaksud bersekutu dengan Amerika Serikat, mengambil posisi netral.
Asisten profesor dalam tempat Department for Cross-Cultural and Regional Studies, University of Copenhagen, Dr. Jin Sangpil, menyebut bahwa Korea Selatan sebenarnya ada dalam posisi yang tersebut sulit. Ini akibat Seoul, pada satu sisi harus menjaga hubungan dengan Israel, namun di area tempat sisi yang lain merek itu juga bergantung kepada minyak juga gas dari negara-negara Timur Tengah.
Berada pada posisi yang dimaksud sulit, sambung Sangpil, Pemerintah Korea sadar bahwa merek harus berhati-hati mengambil sikap pada isu yang digunakan dimaksud sensitif tersebut.
“Jika, katakanlah, Korea Selatan terang-terangan memihak Amerika atau Israel, maka Timur Tengah akan miliki persepsi yang tersebut negatif terhadap Korea. Inilah kenapa Korea tiada terlalu vokal dalam isu Palestina,” kata Sangpil, saat menjadi pembicara dalam workshop bertajuk “Indonesia and Korea Middlepower-ship in a Changing World” yang digunakan dimaksud diselenggarakan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) bekerja identik dengan Korea Foundation, pada Jumat (8/12/2023).
Berbicara dalam kesempatan yang tersebut sama, Dosen Universitas Airlangga Radityo Dharmaputra mengatakan bahwa negara-negara middle power, walau punya kesamaan, bukan harus mengambil posisi yang dimaksud dimaksud sejenis dalam sebuah isu.
“Yang penting adalah tergantung kepentingan nasional masing-masing negara.”
Dia menyebut, aspek penting dalam middle power adalah forum-forum multilateral yang menjadi strategi bagi negara-negara untuk menyatukan kekuatan lalu memacu perubahan agar mendatangkan manfaat untuk mereka.
Sebagai informasi, Indonesia, sekalipun tak punya hubungan diplomatik dengan Israel, tetap mempunyai hubungan dagang dengan Negeri Yahudi tersebut. Sejak perang pecah, data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor Indonesia terhadap barang dari Israel mengalami penurunan sebesar 38,23% secara bulanan pada November 2023 menjadi US$1,56 jt atau setara dengan Rp 24,20 miliar (Rp 15.515/US$1). Kemudian, volume impor juga mengecil sebesar 48,73% secara bulanan.
Berdasarkan data dari BPS, penyumbang terbesar nilai impor yakni perkakas, perangkat potong (HS 82) sebesar US$463 ribu. Serta, mesin-mesin lalu pesawat mekanik (HS 84) sebesar US$346 ribu.