Bantul,REDAKSI17.COM-Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, pada Rabu pagi (24/9/2025) hadir sebagai pembicara utama dalam rangkaian peringatan HUT Ke-80 Tentara Nasional Indonesia (TNI), HUT Ke-69 PIA Ardhya Garini, serta Hari Rabies Dunia Tahun 2025 yang dipusatkan di Gedung Serba Guna Adisutjipto, Yogyakarta.
Acara yang digelar dengan penuh khidmat ini dihadiri oleh jajaran TNI Angkatan Udara, perwakilan Pemerintah Daerah, organisasi PIA Ardhya Garini, tenaga medis, serta masyarakat umum.
Dalam kapasitasnya sebagai seorang dokter spesialis kebidanan dan kandungan, Hasto Wardoyo memanfaatkan kesempatan tersebut untuk memberikan edukasi seputar kesehatan reproduksi.
Ia menekankan bahwa pemahaman tentang kesehatan reproduksi bukan hanya penting bagi kaum perempuan, tetapi juga bagi seluruh lapisan masyarakat.

“Kesehatan reproduksi adalah kunci untuk mencetak generasi yang sehat, cerdas, dan produktif. Pengetahuan yang benar tentang kesehatan reproduksi akan mencegah berbagai persoalan, mulai dari angka kematian ibu, penyakit menular, hingga lahirnya bayi dengan risiko stunting,” ujar Hasto.
Hasto menegaskan bahwa stunting tidak hanya disebabkan faktor gizi saat bayi lahir, tetapi juga berkaitan erat dengan kondisi kesehatan ibu sejak masa kehamilan, bahkan sejak remaja. Karena itu, edukasi tentang kesehatan reproduksi menjadi langkah strategis untuk memutus rantai stunting di Indonesia.
“Jika kesehatan reproduksi diperhatikan sejak dini, maka ibu akan hamil dalam kondisi sehat, bayi lahir dengan berat badan ideal, dan risiko stunting bisa ditekan. Ini adalah investasi jangka panjang bagi masa depan bangsa,” tambahnya.
Hasto mengungkapkan bahwa Pemerintah Kota Yogyakarta akan selalu berkomitmen dalam meningkatkan kualitas kesehatan warga dan pengendalian penduduk melalui program sosialisasi Keluarga Berencana (KB). Upaya ini terbukti mampu menekan angka kehamilan, kelahiran, sekaligus menurunkan angka kematian bayi.
Data Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta mencatat, pada 2024 jumlah kehamilan mencapai 2.139 kasus, sementara hingga Agustus 2025 turun menjadi 1.311 kasus. Pada 2024 terdapat 2.137 bayi lahir, sedangkan hingga Agustus 2025 sebanyak 1.265 bayi. Sementara angka kematian bayi pada 2024 tercatat 21 kasus, dan hingga Agustus 2025 hanya 6 kasus.
“Penurunan angka kehamilan dan kelahiran ini menunjukkan bahwa sosialisasi KB berhasil meningkatkan kesadaran masyarakat. Yang lebih penting, angka kematian bayi menurun signifikan, yang artinya kualitas layanan kesehatan ibu dan anak di Kota Yogyakarta semakin baik,” jelas Hasto.
Selain itu, jumlah peserta KB juga menunjukkan tren positif. Pada 2024 tercatat 23.782 peserta KB, sedangkan hingga Agustus 2025 jumlahnya sudah mencapai 22.187 peserta. Dengan sisa empat bulan tersisa di tahun ini, Hasto optimistis angka tersebut akan terus bertambah dan bahkan melampaui capaian tahun 2024.
“Penurunan angka kehamilan dan kelahiran ini menunjukkan bahwa sosialisasi KB berhasil meningkatkan kesadaran masyarakat. Jumlah peserta KB yang terus bertambah juga menjadi bukti bahwa warga Kota Yogyakarta semakin peduli dengan perencanaan keluarga. Yang lebih penting, angka kematian bayi menurun signifikan, artinya kualitas layanan kesehatan ibu dan anak di Kota Yogyakarta semakin baik,” jelasnya.