Umbulharjo,REDAKSI17.COM – Suasana halaman Balai Kota Yogyakarta tampak khidmat dan penuh semangat saat ribuan santri mengikuti Apel Hari Santri 2025 bersama Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo. Sekitar 2.000 santri dari berbagai pondok pesantren dan lembaga pendidikan Islam di Kota Yogyakarta hadir mengenakan pakaian khas santri, para laki-laki bersarung rapi sementara para perempuan tampil anggun dengan busana serba putih, Selasa (22/10).
Tahun ini, peringatan Hari Santri mengusung tema “Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Dunia”, menggambarkan semangat santri untuk berperan dalam membangun bangsa menuju Indonesia Emas 2045.
Pada kesempatan ini, Hasto Wardoyo menegaskan bahwa masa depan bangsa bergantung pada generasi muda, khususnya para santri yang memiliki semangat juang dan kekuatan moral.
“Santri-santri muda inilah yang akan menentukan apakah Indonesia Emas nanti benar-benar menjadi Indonesia Maju atau tidak. Maka saya berpesan, patahkan stigma bahwa generasi sekarang adalah generasi ‘strawberry’ atau ‘sandwich generation’ yang lemah. Santri harus menjadi generasi kuat, tangguh, dan siap memimpin masa depan,” ujar Hasto.
Wali Kota Yogya Hasto Wardoyo memimpin Apel Hari Santri 2025
Hasto juga menegaskan komitmen pemerintah dalam mendukung pendidikan santri. Selain melalui program pendidikan Bantuan Operasional Sekolah Daerah (BOSDA) dari Pemerintah Kota Yogyakarta, dukungan juga datang dari pemerintah pusat berupa dana DAK serta program bantuan makanan bergizi gratis bagi santri yang digagas oleh Presiden Prabowo Subianto.
“Kebijakan ini sangat membantu, karena banyak santri yang mukim di pondok atau asrama dan membutuhkan dukungan logistik. Pemerintah hadir untuk memastikan kebutuhan dasar mereka terpenuhi,” jelasnya.
Hasto Wardoyo juga menyinggung pentingnya peran santri dalam menjaga kebersihan lingkungan dan mendukung program gerakan Masyarakat Jogja Olah Sampah (Mas JOS). Ia menilai perubahan perilaku masyarakat dalam mengelola sampah harus dimulai dari generasi muda.
“Kita sedang melakukan rekonstruksi sosial untuk mengubah perilaku masyarakat. Kalau yang bergerak itu para santri, saya yakin perubahan akan cepat terjadi. Karena santri bisa menjadi agen perubahan yang mengedukasi teman sebayanya,” ungkapnya.
Pihaknya mengajak seluruh santri untuk terus menempah diri menjadi generasi pemimpin masa depan yang tangguh, berilmu, dan berakhlak mulia. “Kalau santri bergerak, selesai. Jogja akan lebih bersih, lebih hebat, dan lebih bermartabat. Santri adalah kekuatan moral bangsa,” pungkasnya.
Penampilan Marching Band dari Pondok Pesantren Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta
Sementara itu, Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Yogyakarta, Ahmad Shidqi menyampaikan makna penting Hari Santri sebagai momentum refleksi dan pengingat peran besar santri dalam sejarah bangsa.
“Alhamdulillah, hari ini 22 Oktober, sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015, ditetapkan sebagai Hari Santri. Ini menjadi pengingat bahwa santri memiliki peran besar, tidak hanya dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia, tetapi juga dalam membangun negeri ini,” ujarnya.
Ahmad Shidqi menegaskan, eksistensi pesantren yang telah ada jauh sebelum Indonesia merdeka menunjukkan bahwa santri merupakan bagian penting dari perjalanan sejarah bangsa. “Negara ini berdiri juga atas peran santri dan pesantren yang sudah ada jauh sebelum kemerdekaan. Karena itu, kami berharap santri terus memperjuangkan nilai-nilai positif dan menjadi bagian dari masyarakat yang aktif membangun negeri,” lanjutnya.
Ia juga meyakini bahwa dengan tempaan yang diperoleh di pesantren, para santri akan menjadi generasi tangguh yang siap menghadapi berbagai dinamika zaman.
“Kami yakin santri dengan berbagai tempaan di pesantren akan menjadi bagian dari masyarakat yang kuat, tangguh, dan siap menghadapi tantangan zaman. Semangat santri akan sangat membantu dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045,” pungkasnya.
Wali Kota Yogya Hasto Wardoyo didampingi Kepala Kemenag Kota Yogya Ahmad Shidqi foto bersama para santri
Semangat itu tercermin dari para santri yang hadir dalam apel. Dua di antaranya adalah Kesha Laksita Jasmine Putri Pradipta dan Shivari Sihairani, siswi kelas XI dari salah satu Pondok Pesantren Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta. Keduanya mengaku bangga menjadi bagian dari peringatan Hari Santri dan berharap santri di Yogyakarta semakin berkontribusi untuk kemajuan bangsa.
“Harapannya, semoga santri-santri di Kota Yogya semakin berkontribusi di masyarakat, semakin maju, dan bisa membawa peradaban ke arah yang lebih baik. Semoga juga makin inovatif dan berkembang,” ujar Kesha.
Tak hanya semangat belajar, kedua santri ini juga menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan melalui program “Barang Bekas Jadi Amal (Babe Jamal)”, yang mereka jalankan di sekolahnya.
“Para santri diajak mengumpulkan botol bekas. Hasilnya disalurkan untuk kegiatan amal ke SMP Muhammadiyah 8 Yogyakarta,” jelas Shivari.
Selain program itu, mereka juga telah menerapkan pemisahan sampah organik dan anorganik di lingkungan sekolah. “Kami sudah memisahkan sampah organik, residu, dan anorganik. Untuk sampah organik, biasanya sudah berlangganan ada yang mengambil,” tambah Kesha.