Mergangsan,REDAKSI17.COM – Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Yogyakarta mencatat tidak ada inflasi signifikan yang terjadi di sepanjang bulan Januari 2025. Berbeda dengan kondisi inflasi tiga tahun terakhir yang cenderung mengalami kenaikan.
Kepala BPS Kota Yogyakarta, Mainil Asni menjelaskan, di awal tahun 2025 atau bulan Januari ini inflasi year on year sebesar 1,3 persen sementara deflasi year to date terjadi sebesar 0,35 persen.
“Kondisi ini cukup berbeda dibandingkan tiga tahun sebelumnya, kecenderungan setiap awal tahun terjadi inflasi. Namun awal tahun 2025 ini terjadi deflasi yang cukup dalam,” jelasnya pada Senin (3/2/2025) di kantor BPS Kota Yogyakarta.
Menurutnya ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya deflasi pada bulan Januari 2025 tersebut. Seperti halnya dengan adanya diskon tarif dasar listrik yang menjadi kebijakan pemerintah pusat.
“Ada juga penerapan promo pada tiket kereta api dan pesawat. Kedua sektor tersebut memang menjadi penyumbang deflasi yang cukup besar di awal tahun 2025 ini. Karena dari segi harga beli barang tentu lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, sehingga tidak mempengaruhi peningkatan harga barang atau inflasi,” ujarnya.

Meski pada Januari 2025 secara umum terjadi deflasi, pihaknya menyatakan bukan berarti tidak ada komoditas di Kota Yogya yang mengalami kenaikan harga.
“BPS Kota Yogya mencatat kelompok makanan dan minuman menjadi penyumbang inflasi terbesar pada bulan Januari 2025 dengan angka 4,19 persen. Disusul kelompok pakaian dan alas kaki dengan andil inflasi sebesar 1,94 persen. Kemudian kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga menyumbang inflasi sebesar 0,97 persen,” terangnya.
Pihaknya berpendapat banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Kota Yogya pada momen libur Natal dan Tahun Baru, menjadi penyebab beberapa komoditas tersebut sebagai penyumbang inflasi.
“Selain itu, kondisi musim penghujan juga berpengaruh terhadap ketersediaan barang atau komoditas pokok. Jadi ada gabungan penyebab inflasi karena meningkatnya kunjungan dan faktor alam. Beberapa komoditas seperti cabai harganya sempat naik dan langka, walaupun tidak berlangsung lama,” imbuhnya.