Jakarta,REDAKSI17.COM – Pasar keuangan Indonesia bergerak beragam pada perdagangan kemarin, Selasa (25/6/2024). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun sedangkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat sementara Surat Berharga Negara (SBN) kembali dilirik investor.
Pasar keuangan diperkirakan masih bergerak cukup volatil pada hari ini, Rabu (26/6/2024) dengan terdapat beberapa sentimen yang mana dimaksud telah dilakukan lama rilis kemarin kemudian program hari ini. Selengkapnya mengenai proyeksi juga sentimen pasar pekan ini dapat dibaca pada halaman 3 artikel ini
IHSG pada perdagangan kemarin, Selasa (25/6/2024) ditutup pada zona merah juga sudah pernah mematahkan tren penguatan selama tiga hari beruntun. Pada akhir perdagangan kemarin, IHSG berakhir pada dalam 6.882,7 atau melemah 0,09% dalam sehari.
Ada sebanyak 23,47 jt lembar saham yang mana mana berpindah tangan hingga 731,348 kali, sehingga total transaksi kemarin mencapai Rp27,18 triliun. Adapun 241 saham menguat, 308 saham turun, sementara sisanya 234 saham cenderung stagnan.
Nilai transaksi kemarin terpantau cukup besar, namun ini didominasi oleh transaksi nego yang dimaksud mana terjadi pada saham PT Amman Mineral International Tbk (AMMN) sebanyak Rp17,52 triliun. Total transaksi ini melibatkan 103.414.217 lot saham dalam biaya Rp 1.695/saham.
Lebih lanjut, pelemahan IHSG kemarin ditekan oleh saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebesar 6,87 poin, PT MD Pictures Tbk (FILM) 2,29 poin, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) 2,19 poin, juga PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk 2,18 poin.
Sementara dari pasar mata uang, rupiah kembali menguat terhadap dolar AS pada penutupan kemarin sebesar 0,12% ke hitungan Rp16.370/US$. Apresiasi rupiah ini sejalan dengan penguatan rupiah yang mana yang disebut terjadi di dalam tempat awal pekan ini sebesar 0,33%.
Penguatan rupiah terjadi setelah diselenggarakan Konferensi Pers terkait Kondisi Fundamental Ekonomi Terkini juga Rancangan Anggaran Pendapatan juga Belanja Negara (APBN) 2025.
Baik pemerintah maupun tim Prabowo menegaskan jika pemerintahan Prabowo-Gibran Rakabuming Raka akan tetap menjalankan APBN 2025 secara prudent, termasuk dengan tetap menetapkan ambang defisit maksimal 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB) serta rasio utang terhadap PDB sebesar 60%.
Pernyataan ini menjawab keresahan banyak pihak jika belanja pemerintahan Prabowo akan menghasilkan defisit ke atas 3% lalu rasio utang mendekati 60%.
Sementara itu, perekonomian Indonesia diperkirakan masih akan tumbuh stabil dalam area atas 5% hingga 2025.
Menurut laporan Bank Dunia berjudul Indonesia Economic Prospects, pertumbuhan item domestik bruto (PDB) Indonesia diperkirakan mencapai rata-rata 5,1% per tahun pada 2024 hingga 2026.
Namun demikian, Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani mengatakan pengelolaan APBN tahun depan tergolong cukup berat, mengingat selain akan adanya program Makan Bergizi Gratis (MBG) dengan anggaran Rp71 triliun, juga terdapat utang jatuh tempo dengan jumlah total agregat cukup besar yakni Rp800,33 triliun yang mana yang disebut terdiri dari SBN Rp 705,5 triliun lalu pinjaman Rp 94,83 triliun.
“Nah ini kan yang digunakan digunakan masih banyak menjadi pertanyaan orang. Saya rasa memang pengelolaan APBN tahun depan itu agak berat, akibat kan utang jatuh temponya cukup besar,” tutur Aviliani.
Selanjutnya, beralih pada imbal hasil SBN yang dimaksud mana bertenor 10 tahun terpantau mengalami penurunan dari 7,097% menjadi 7,067%.
Penurunan imbal hasil ini merupakan yang dimaksud itu terendah sejak 13 Juni 2024 atau sekitar dia minggu terakhir.
Perlu diketahui, hubungan yield juga nilai tukar pada SBN ini berbanding terbalik, artinya ketika yield turun berarti biaya jual obligasi naik, hal ini menunjukkan minat penanam modal mulai kembali lagi ke SBN.