Home / Ekobis / Awas! BI Rate Naik Belum Tentu Rupiah Menguat

Awas! BI Rate Naik Belum Tentu Rupiah Menguat

Awas! BI Rate Naik Belum Tentu Rupiah Menguat

 

Jakarta,REDAKSI17.COM   – Kalangan ekonom perbankan mengingatkan Bank Indonesia (BI), kebijakan suku bunga acuan BI Rate belum tentu mampu memperkuat nilai tukar rupiah dan juga juga menjaga stabilitasnya dalam jangka waktu panjang ke depan. Di tengah penguatan dolar Amerika Serikat saat ini.

Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, kondisi itu disebabkan sentimen pelaku pasar keuangan saat ini tengah berburu aset-aset yang mana digunakan aman pada tengah tingginya tensi geopolitik, serta masih tingginya kemungkinan kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS akibat tekanan inflasi dalam negara itu.

“Karena kalau penanam modal luar ya memang merekan sekarang lebih tinggi tinggi menarik untuk mungkin taruh pada aset-aset dolar untuk sementara ini,” kata David kepada CNBC Indonesia, dikutip Selasa (23/4/2024).

“Jadi untuk misalkan kita menaikkan tinggi sekali, terus menarik merekan masuk, enggak serta merta juga,” tegas David.

Karena dolar yang digunakan tengah menguat, David menekankan, maka bukan rupiah hanya saja yang digunakan digunakan tengah melemah. Dilansir dari Refinitiv pada pembukaan perdagangan hari ini, mata uang Asia yang digunakan memiliki penurunan terparah yakni baht Thailand sebesar 0,08% diikuti oleh rupiah Indonesia serta yuan China yang dimaksud masing-masing terdepresiasi 0,03%.

“Memang kondisinya sekarang dolarnya yang dimaksud dimaksud menguat kencang, jadi ya mungkin enggak serta merta juga,,” ucap David.

Pandangan serupa disampaikan oleh Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede. Namun, ia mengakui, pelemahan rupiah saat ini juga sebetulnya ada pengaruh tingginya permintaan dolar di area area dalam negeri, dikarenakan faktor musiman yakni kebutuhan perusahaan untuk pembayaran pokok utang, deviden, lalu kupon ke non-resident.

“Pelemahan rupiah saat ini memang benar dikarenakan faktor eksternal yakni naiknya risiko higher for longer sehingga memicu terjadinya sentimen risk-off. Namun ada juga faktor internal pada tempat mana permintaan valuta asing cenderung naik secara musiman setiap kuartal kedua,” ucap Josua.

Oleh sebab itu, David mengatakan, untuk menjaga stabilitas rupiah, BI saat ini masih cukup melakukan intervensi pada pasar keuangan. Sebab, risiko untuk menaikkan suku bunga acuan belaka cuma demi menjaga stabilitas rupiah dikarenakan faktor itu menurutnya lebih besar besar besar, yakni melambatnya kegiatan perekonomian domestik di area dalam tengah masih lemahnya daya beli masyarakat.

“Tentu instrumen moneter intervensi pada pasar valuta asing merupakan salah satu cara yang cukup efektif dalam upaya stabilisasi nilai tukar rupiah,” tutur Josua.

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *