Jakarta, REDAKSI17.COM – Pemerintah Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden melempar ‘bom’ ke Rusia juga China. Rabu waktu setempat, Washington secara resmi menerbitkan ratusan sanksi baru yang mana dimaksud menargetkan aktivitas Rusia, termasuk yang yang melalui China.
Rusia sendiri sebelumnya memang sudah pernah disanksi Barat akibat perang di area dalam Ukraina. Sanksi baru ini juga terkait hal yang dalam mana beberapa orang perusahaan China dianggap “diam-diam” memberi dukungan ke militer Rusia.
Mengutip Reuters, Departemen Keuangan AS menjatuhkan sanksi terhadap hampir 200 target. Sementara Departemen Luar Negeri menetapkan lebih tinggi banyak dari 80 target.
Sebanyak 20 target merupakan perusahaan yang dimaksud dimaksud berbasis pada dalam China daratan kemudian daerah otonomi khusus, Hong Kong. Dukungan China terhadap Rusia memang menjadi salah satu dari banyak isu yang tersebut mana mengancam perbaikan hubungan antara kedua negara dengan perekonomian terbesar dunia itu.
“Departemen Keuangan secara konsisten memperingatkan bahwa perusahaan-perusahaan akan menghadapi konsekuensi signifikan jika memberikan dukungan material untuk perang Rusia, kemudian AS hari ini menerapkannya pada hampir 300 target,” kata Menteri Keuangan (Menkeu) AS Janet Yellen dalam sebuah pernyataan, dikutip Kamis (2/5/2024).
Bukan semata-mata sekali China, disebutkan pula bahwa sanksi juga diberikan ke perusahaan lain pada tempat Azerbaijan, Belgia, Turki, Uni Emirat Arab juga Slovakia. Semuanya dituduh memungkinkan Rusia untuk “memperoleh teknologi serta peralatan yang dimaksud sangat dibutuhkan dari luar negeri” kendati tak dijelaskan keperluan aslinya.
“Kekhawatiran terhadap entitas-entitas dalam China yang dimaksud mana memasok peralatan perang ke Rusia menjadi fokus pada tingkat tertinggi Departemen kemudian pemerintahan,” kata orang pejabat senior Departemen Luar Negeri AS.
“Alasannya sangat sederhana dikarenakan China adalah pemasok utama komponen-komponen penting untuk basis industri pertahanan Rusia, serta Rusia menggunakan merek untuk menuntut perangnya terhadap Ukraina,” tambahnya.
“Jika China mengakhiri dukungannya untuk mengekspor barang-barang ini, Rusia akan kesulitan mempertahankan upaya perangnya,”.
Mengutip AFP, sanksi secara rinci juga diberikan ke perusahaan di area dalam sektor energi seperti pertambangan lalu logam. Individu juga disasar sebagai target “hukuman”.
Sementara itu Kedutaan Besar Rusia pada AS belum menanggapi laporan ini. Namun Juru Bicara Kedutaan Besar China dalam dalam Washington mengecam sanksi itu.
Liu Pengyu mengatakan pemerintah mengawasi ekspor barang-barang sesuai dengan undang-undang serta peraturan. Ia menambahkan bahwa perdagangan normal serta interaksi kegiatan ekonomi antara China lalu Rusia sejalan dengan peraturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) serta prinsip-prinsip pasar.
“Pihak China dengan tegas menentang sanksi sepihak ilegal AS,” katanya.