GONDOKUSUMAN,REDAKSI17.COM – Kesadaran masyarakat Kota Yogyakarta terhadap pengelolaan sampah mulai tumbuh, terutama dalam penerapan pengelolaan sampah residu. Salah satu bentuk implementasi nyata dari upaya ini terlihat ada pada Bank Sampah Drupadi RW 09 Kricak Kidul, yang aktif mengelola sampah. Baik sampah organik, anorganik hingga sampah residu atau sampah yang tidak mudah terurai, seperti styrofoam, popok sekali pakai, pembalut bekas, puntung rokok, maupun tisu bekas.
Saat ditemui, Ketua Bank Sampah Drupadi, Ari Widi Astuti, mengatakan, aktivitas bank sampah dilakukan setiap bulan pada minggu ketiga atau keempat. Fokus utama adalah pada pengumpulan sampah anorganik.

Namun untuk sampah residu, bank sampah Drupadi memiliki inovasi yang bisa dijadikan inspirasi yakni dengan membuat insinerator dari batu bata. Selain itu, dana yang dikeluarkan merupakan swadaya dari masyarakat.
“Kami membangun insinerator sederhana dari batu bata setinggi 1,5 meter, seperti cerobong. Sampah residu yang tidak diterima oleh pelapak dibakar secara mandiri,” jelas Widi saat ditemui di sela kegiatan Monitoring Bank Sampah di Ruang FBS, DLH Kota Yogyakarta, Senin (19/5).
Melalui sistem retribusi, masyarakat bisa ikut memanfaatkan insenerator yang ada dengan membayar Rp 1.000 saja. “Karena yang membuat adalah uang dari swadaya masyarakat RT 41, maka warganya khusus dikenai iuran sebesar Rp 1.000, per kilogramnya. Sedangkan warga dari luar wilayah RT 41 dikenakan biaya Rp 2.000 per kilogram sampah,” ujarnya.
Pihaknya menambahkan, Insinerator milik bank sampah Drupadi ini beroperasi tiga kali dalam seminggu dan menghasilkan pendapatan sekitar Rp 25 ribu hingga Rp 40 ribu setiap kali dibuka.
Ia berharap, dengan fasilitas yang ada akan terus berkembang dan semakin banyak warga memanfaatkan pengelolaan sampah di wilayahnya. Sehingga sampah yang di bawa kedepo akan semakin berkurang.
“Kedepannya, sampah organik akan kami manfaatkan untuk pembuatan bahan dasar sabun biowash dari buah-buahan. Inovasi ini diharapkan mampu menekan jumlah sampah organik rumah tangga yang dibuang ke tempat pembuangan akhir,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pengembangan Kapasitas dan Pengawasan Lingkungan Hidup, Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta, Drh. Supriyanto, menyebutkan, jumlah bank sampah di Kota Yogyakarta terus meningkat.

“Saat ini terdapat 701 bank sampah yang tersebar di seluruh Kota Yogyakarta. Kami terus berupaya memfasilitasi dan mendorong kolaborasi antar tokoh dan pengelola bank sampah agar pengelolaan dapat berjalan lancar,” jelasnya.
Menurut Supriyanto, keberhasilan pengelolaan sampah tidak hanya bergantung pada sistem, melainkan juga pada kesadaran individu. “Mau sehebat apa pun sistem pengelolaannya, akan sulit jika warga tidak memilah dan mengolah sampahnya sendiri,” ujarnya.
Ia menegaskan, meskipun penanganan sampah di Kota Yogyakarta menunjukkan hasil yang cukup baik, upaya memaksimalkan prinsip 3R yakni Reduce, Reuse, dan Recycle harus terus ditingkatkan. “Kita semua punya tanggung jawab untuk mengurangi timbulan sampah demi lingkungan yang lebih bersih dan sehat,” katanya.