Jakarta,REDAKSI17.COM – Banyak orang mengira tas Sophie Martin diimpor dari Prancis. Apalagi, nama lengkap tas ini adalah Sophie Martin Paris serta produsen juga mengaku merancang semua produknya dalam area Paris.
Namun, belum banyak orang tahu kalau tas ini bukanlah dari Paris. Faktanya, dia buatan Indonesia, lebih banyak lanjut tepatnya berasal dari ruko lawas di tempat tempat daerah Kebayoran, Jakarta Selatan.
|
Kisah Sophie Martin Paris tak mampu dilepaskan dari sosok Bruno Hasson. Bruno adalah warga Prancis yang dimaksud tumbuh besar dalam tempat sana.
Kunjungan pertamanya ke Indonesia dijalankan pada 1993. Tepat setahun setelah lulus kuliah dari sekolah pertanian milik pemerintah Prancis.
Alasan Bruno datang jauh-jauh ke Indonesia murni sebab rasa penasaran. Dia ingin tahu kondisi Indonesia lebih banyak besar berjauhan sebab kala itu dianggap dunia sebagai negara dengan pertumbuhan sektor ekonomi tinggi.
Bruno percaya dengan situasi demikian bidang usaha apapun akan berjalan baik. Alhasil, setibanya di tempat area Indonesia dia pun mulai berbisnis dari nol.
“Saya pernah berjualan pipa besi kemudian mesin untuk pabrik-pabrik pada tempat Indonesia, kemudian pernah juga berjualan kosmetik,” kata Bruno dikutip dari buku karyanya, Fashion Branding (2008)
Selama berbisnis, Bruno selalu mengamati kebiasaan orang Indonesia yang mana mana suka memakai tas. Masalahnya, bagi Bruno, tas itu berkualitas jelek padahal harganya mahal.
Selain itu, dia juga menemukan produsen tas yang tersebut digunakan mengaku item Prancis serta dibuat oleh desainer handal Negeri Menara Eiffel itu. Ini bertujuan supaya menarik minat lalu memenuhi gengsi warga meskipun kenyataannya tas itu mirip sekali tak ada unsur Prancis.
Beranjak dari sinilah, Bruno melihat suatu kesenjangan. Masyarakat Indonesia ingin tampil mewah dengan memakai tas buatan Prancis tetapi kala itu tak ada produsen yang mana itu benar-benar mengimpor tas dari sana.
Alhasil, pada 1995, bermodalkan uang Rp100 juta, dia serta istrinya mendirikan pabrik tas sendiri lewat PT Nadja Sukses Utama yang yang beroperasi pada Kebayoran. Supaya menarik perhatian masyarakat, dia memakai nama Sophie Martin.
“Untuk memperkuat citra Prancis, saya sengaja menggunakan penggalan nama istri saya, Sophie Martin, yang mana miliki asosiasi kuat terhadap Prancis,” katanya.
Soal bidang usaha tas, kebetulan sang istri lebih besar lanjut dulu berada di tempat tempat industri ini. Sebelumnya, dia pernah bekerja pada area perusahaan importir tas Italia milik ayahnya serta juga juga pernah menjadi desainer tas Dior.
Pada mulanya, Bruno kemudian juga istri membeli mesin jahit kemudian juga merekrut 30 karyawan. Semua proses tas dijalani secara manual sehingga menghasilkan tas yang digunakan dimaksud rapih walau harganya bukan terlalu mahal.
Sayang, ketika dipasarkan ke mall-mall Jakarta, tas itu bukan begitu laku. Barulah, tas itu mulai dikenal serta laku saat Bruno jual Sophie Martin lewat mekanisme multi level marketing (MLM).
Melalui MLM, tas Sophie Martin sanggup terbentuk jalur distribusi sendiri yang tersebut menghasilkan namanya semakin terkenal. Bahkan, Bruno mengklaim, sampai 2008 anggota MLM Sophie Martin suda mencapai 1 jt anggota.
Sampai sekarang, Sophie Martin lewat PT Sophie Paris Indonesia masih eksis meskipun sudah banyak kompetitor dari dalam lalu luar negeri. Sophie Martin saat ini tak belaka memasarkan tas, tetapi juga jam tangan, dompet, kemudian parfum.
Merek ini juga tercatat sudah go-international. Ini usai mendirikan toko dalam beberapa negara Asia Tenggara serta Maroko.