Basiyo merupakan seorang pelawak dari Yogyakarta. Ia melawak menggunakan Bahasa Jawa. Sosoknya cukup populer karena ia sering mengisi acara lawak di RRI Yogyakarta. Jenis lawakannya dikenal dengan nama “Dagelan Mataram”.
Setiap melawak, Basiyo selalu mengangkat tema cerita sederhana yang berangkat dari kehidupan masyarakat desa, salah satunya adalah konflik rumah tangga. Melalui lawakan, kritik atau nasihat dapat diungkapkan tanpa menyinggung perasaan orang lain.
Di atas panggung Basiyo sering berkolaborasi dengan seniman-seniman lainnya seperti Bagong Kussudiardja, Ki Narto Sabdo, Nyi Tjondrolukito, dan nama-nama lainnya.
Harto Basiyo, putra dari almarhum Basiyo, mengatakan bahwa dalam memberi lawakan ayahnya melakukannya dengan gaya curhat atau bicara sendiri.
Di atas panggung, Basiyo tak segan untuk curhat tentang kisah hidupnya dan tak segan pula untuk mengkritik serta menertawakan diri sendiri.
“Curhat ini sudah menjadi ciri khas bapak untuk mengawali cerita,” kata Harto dikutip dari kanal YouTube Wong Jawa Ngayogya.
Walaupun seorang pelawak profesional, di mata Harto, Basiyo adalah orang yang serius, jarang tertawa, dan tidak pernah bergurau dengan siapapun.
“Baik dengan teman-temannya, tetangga, apalagi dengan keluarga. Tapi anehnya bapak bisa membuat orang lain tertawa,” ungkap Harto.
Widayat, seorang pemain ketoprak, mengatakan pada awalnya Basiyo berperan sebagai penata efek suara saat siaran ketoprak di RRI. Waktu itu ia masih dianggap belum lucu.
Waktu itu Widayat juga ikut membantu Basiyo dalam tugasnya sebagai penata efek suara. Hubungan mereka pun semakin akrab ibarat bapak dengan anaknya.
Pada suatu hari, maestro karawitan Wasitodipuro punya ide untuk menutup acara gendhing Jawa menggunakan Pangkur Jenggleng. Pangkur Jenggleng sendiri merupakan teater tradisional yang kini sudah menjadi bentuk modern yang di dalamnya terdapat unsur seni musik, sastra, dan seni rupa.





